Oleh : Prof Dr Mardianto MPd
Mengajar di kelas empat memang menghadapi berbagai macam perangi murid. Ada murid yang senang duduk di depan, bahkan tempat duduknya tak boleh digantikan orang lain. Ada murid yang senang duduk berpindah-pindah, mencari teman setiap kesempatan.
Satu ketika ada murid yang selalu membawa makanan dan diberikan kepada guru, sementara ada pula murid yang sudah dua semester diberi peringatan tetap saja mengganggu teman, bahkan malas mengerjakan tugas.
Itulah guru, 27 murid dengan segala macam tingkah laku adalah muridnya, tidak ada yang memiliki kelebihan satu dengan lainnya tetapi tetap sama mereka adalah murid ku dalam hati Pak Marmuj.
Kadang saat memilih kelas, Pak Marmuj ingin rasanya usul untuk mengajar di kelas atau rombel yang baik atau kelas unggulan. Tetapi “ah…… apapun yang diberi oleh kepala sekolah, di situlah mungkin saya bisa belajar lebih baik lagi,” gumam Pak Marmuj.
Satu ketika Pak Marmuj mengajarkan tentang ilmu bumi kini disebut geografi, tentang laut. Pikiran Pak Marmuj menerawang jauh ke laut lepas seakan berlayar ke tengah samudera. Dari pinggir terlihat muara sungai, banyak kapal, sampan bahkan warna yang sangat berbeda.
Sampai di tengah dihantar oleh burung camar dari daratan banyak manusia, sampai dermaga banyak kapal, akhirnya ke laut lepas banyak gelombang dan air di mana-mana.
Pak Marmuj tak henti-hentinya memandang dan mengagumi air laut, dan iapun menuliskan apa yang dilihatnya.
Air laut di pantai ke laut lepas sampai ke tengah Samudra.
Kapal pesiar yang indah dan megah masuk dan berlayar di laut.
Kapal kayu penjala ikan masuk dan mencari tangkapan di laut.
Sampah dari seluruh aliran sungai masuk ke laut.
Bahkan kotoran serta segala macam limbah ada di laut.
Oh ia juga bahkan air hujan pun lebih banyak jatuh ke laut.
Tapi apa yang kita lihat…………
Dari luasnya apa yang dapat kita pelajari…..
Air laut tak pernah menolak, ia adalah air yang memang tempat singgah dan siklus dari air hujan, air sungai menjadi satu jadilah rasa asin.
Air laut adalah tempat berbagai macam jenis hewan seperti ikan dan lainnya.
Lautan dan samudera justru bukan hanya pemisah dari pulau, tetapi penghubung jalan kapal dan jembatan.
Ratusan bahkan ribuan mungkin juga jutaan orang mencari nafkah di laut.
Sungguh air laut
Airnya tetap suci lagi menyucikan, bahkan tetap bermanfaat untuk dapat dijadikan air wudhu ketika mau ibadah.
Air laut. Ternyata banyak hal yang dapat kita pelajari dari perjalanan mengarungi air laut.
Dalam buku pelajaran Pak Marmuj menelusuri ilmu pengetahuan tentang bumi dan lautan, bacaan kita melihat bahwa menurut para peneliti, meski planet bumi kabarnya berusia 4,54 miliar tahun, lalu kehidupan di permukaannya baru muncul sekitar 3,5 miliar tahun yang lalu, ya.
Kemudian apalagi, kabarnya secara keseluruhan luas permukaan bumi mencapai 510.072.000 kilometer persegi. Dan di sinilah yang perlu kita ketahui, bahwa 70,8 persen di antara terdiri dari perairan sedangkan daratannya hanya sekitar 29,2 persen. Sungguh luar biasa rupanya air laut dan samudera itu ya….
Pak Marmuj pun semakin serius menulis seperti puisi saja.
Jadikanlah hati guru seperti air laut.
Dalam mendidik dan menghadapi murid, ada yang memang senang duduk belajar, ada pula yang belajar sambil berjalan-jalan, ada murid yang tidak mau mengerjakan tugas, semua adalah murid kita.
Siapapun murid dengan berbagai perangainya adalah murid kita. Apapun keadaan dan kebiasaannya dalam belajar itu adalah murid kita. Justru dari merekalah pendidikan yang sesungguhnya kita dapatkan, tinggal bagaimana mengelola ragam keadaan murid.
Bila sejak awal kita memilih murid yang baik, itu berarti menyeleksi bibit unggul yang tepat, tetapi guru yang baik adalah tidak memilah dan memilih apapun yang diberikan oleh kepala sekolah, karena mendidik, mengajar, membina adalah tugas untuk siapa saja yang tercatat sebagai murid di satuan pendidikan tempat kita bekerja.
Pak Marmuj pun mengajarkan kepada kita semua lewat air laut, bahwa semua murid yang ada di kelas memiliki hak mendapatkan layanan yang sama oleh kita sebagai guru.
Semua kelas yang ada di satuan pendidikan memiliki hak yang sama untuk mendapatkan roster di mana kita harus mendidik, mengajar. Dan begitulah seterusnya, selagi kita masih menjadi guru atau pendidik.
Tiga hal hikmah yang dapat kita ambil dari cerita ini adalah:
Pertama; kita hidup di permukaan bumi dimana luas lautan lebih dari luasnya daratan, banyak kehidupan dan keadaan di lautan yang dapat kita jadikan pelajaran bagaimana menghadapi segala macam persoalan.
Kedua; menjadikan hati guru seperti air laut adalah kelapangan menerima apa yang terjadi di hadapan kita, keikhlasan untuk melakukan tugas utama yakni mendidik menjadi ibadah seluas samudera.
Ketiga; tidak perlu memilih siapa peserta didik, dengan itulah maka kita akan menjadi guru yang terpilih.
Ketujuh kita setuju berkolaborasi mengeksplorasi sejarah, lewat kisah kita bercari ibrah.
Catatan; kisah ini diinspirasi dari berbagai sumber