Pak Marmuj alumni sebuah perguruan tinggi fakultas keguruan setelah beberapa tahun mengajar di tingkat sekolah dasar kini mempunyai telephone seluler salah satu fiturnya adalah WhatsApp. Tak ayal lagi WhatsApp Group atau WAG menjadi bagian dari rutinitas yang selalu dijadikan mengisi kesibukan, apakah di sela waktu luang atau justru diwaktu suntuk.
Seorang teman yang sudah lama mencoba membuat WAG alumni SMA sungguh betapa senangnya Pak Marmuj bisa jumpa teman lama lebih dari sepuluh tahun lalu walau lewat layar. Dari apa kabar, kini tinggal di mana siapa suami atau istri, sampai sudah berapa anak.
Namun ada satu usul yang baik, kapan kita bisa kumpul reuni. Langsung ramai di WAG alumni SMA Pak Marmuj.
Benarlah reuni itu adalah pertemuan kembali teman sekolah, kawan kuliah dan sebagainya, dimana mereka telah lama tidak pernah bersua, berjumpa baik tatap muka di darat maupun alam maya.
Dengan reuni biasanya momen bersatu kembali yang pernah dilakukan dulu akan terulang terlebih kenangan yang baik atau yang lebih Istimewa. Uniknya justru di reuni inilah kadang ada berbagai cerita apakah mengenang masa lalu yang tak terlupakan, atau justru ingin menata masa depan yang akan dijalani bersama lagi.
“ah….. tak perlu teori banyak, yang penting jumpa teman lama” pikir Pak Marmuj sambil menutup WAG, dan kembali beraktivitas.
Memang teman lama sudah lama sekali, mereka ada yang melanjutkan kuliah, ada pula yang langsung kerja, dan kini sudah punya rumah, ada yang sudah memiliki kendaraan bagus, tetapi sebagian masih ada yang belum punya anak.
Setelah usul, dan disepakati, hari reuni yang dinantipun tiba, bergegas Pak Marmuj membawa istri tercinta untuk diperkenalkan dengan rekan-rekan lamanya.
“Saya Marmuj, dipanggil oleh tetangga dengan Pak Guru Marmuj, dan ini istri tercinta saya” perkenalan terus berlanjut, masing-masing menyampaikan dimana mereka tinggal sekarang, dan pekerjaan sehari-hari sampai sudah berapa anak.
Gelak tawa kadang menyelingi perkenalan, ada yang menyetuk “kok tidak jadi dengan si dia yang dulu kan sempat pacaran…..”, dan banyak lagi cerita.
Makan siang pun diiringi dengan suka cita, jumpa teman lama ada yang ngobrol tertawa, ada pula yang baru kenal dengan pasangan teman lain.
Namun di sudut rumah reuni terjadilah perbincangan yang sedikit serius.
Mereka cerita tentang obat-obatan,
“Mungkin dia sales sekaligus menawarkan obat” pikir Pak Marmuj, tak lama diperhatikan, nimbrung dua tiga teman lama lainnya.
“Saya dulu sempat dua tahun tidak ada tanda punya keturunan” teman pertama memulai pembicaraan. Bahkan saya pernah ikut program Bayi Tabung Indonesia, sungguh biaya IVF bayi tabung bervariasi, tergantung rumah sakit tempat melakukan prosedur. Namun, estimasinya berkisar Rp 60 juta hingga Rp 100 juta. Mana mungkinlah saya sanggup suami saya cuma kerja di pabrik kecap no1 di dunia.”
“Wah……..” diam sejak, teman ketiga semakin serius,
Teman kedua melanjutkan: “namun karena tidak sabar, saya hentikan beberapa bulan. ya syukurlah kini saya sudah punya satu anak, saya sayangi dan ini sudah lebih empat tahun belum ada adiknya. Tentulah ada resep rahasia “Pil Sehat” yang kami miliki.
Oh, apa rahasianya “Pil Sehat” tanya teman ketiga, adalah saya juga minum “Pil Sehat” tentu diiringi dengan kasih sayang kita terhadap suami itu lebih utama, dan doa adalah pamungkasnya.
Langsung subur, walau keluarga kami sederhana suami kerja di pabrik Kacang Dua Kelinci. Kini saya punya dua anak kembar, tak tahulah, memang resep “Pil Sehat” bagian dari rezeki kami.
Semakin penasaran teman teman lainnya.
Sementara teman keempat beliau justru bingun, tidak berani berkomentar untuk menannyakan “Pil Sehat” walaupun di juga belum dikaruniani anak sampai saat ini. Lebih aneh lagi teman kelima justru menjauh dari sudut rumah, dan tidak mau bergabung lagi.
Pak Marmuj menelusuri ada apa sebenarnya. Ternyata tempat keempat suaminya bekerja di Pabrik Obat Anti Nyamuk Tiga Roda, dan teman yang menjauh tidak ada kabar keburu pulang.
Hahahahahaaaaa. Pak Marmuj…….
Baru tahu rupanya menghubungkan antara Pil Sehat dengan jumlah keturunan baru saja terjadi. Tak berselang lama azan Shalat Ashar pun terdengar, bergegaslah dan bersalaman Reuni Pertama selesai.
Masing-masing istri bersama suami pulang ke rumah yang berbeda alamat. Di jalan sampai ke kediaman masing-masing teman pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima membawa cerita yang berbeda, tetapi sebagian sama. Oh…. reuni reuni…… semakin penasaran dengan Pil Sehat.
Keesokan harinya Pak Marmuj membaca WA dari WAG Alumni dari seorang teman yang menuliskan: “Sesungguhnya hidup ini kita perlu berusaha namun ikhtiar dan berdo`a ya Tuhan apa yang terbaik bagi saya itu adalah Taqdir dan akan saya syukuri.”
Setelah ditelusuri rupanya dialah peserta reuni teman kelima kemarin, di mana suami beliau adalah mandor di perusahaan Mie Intan Mie 100.
Sungguh, ya Allah engkau lebih adil kepada hambau yang mempercayai dan mensyukuri apa yang telah engkau berikan.
Reuni itu benar-benar menjadi hal yang berbeda, ada yang bersua mengobati karena sudah lama tak jumpa.
Ada pula yang bercengkrama, ada hal yang membuat lucu mungkin dulu waktu bersama ada hal yang mereka rahasiakan berdua.
Adapula yang diam, mungkin ia mencari teman atau sahabat yang tak kunjung datang, sudah duluan dipanggil oleh Tuhan. Sungguh reuni anak SMA kini sebagian sudah diberi rezeki oleh tuhan dengan anak dan keturunan, ada pula yang masih berusaha, itu semua adalah bunga hidup dalam pergaulan.
Pak Marmuj yang kembali mengajar seperti hari biasa ia kadang tersejum sendiri, dan akhirnya ia bersyukur sudah memiliki anak atau keturunan. Masih banyak rekan lain belum memiliki keturunan mungkin belum rezeki dititipi Tuhan, sementara ada pula yang belum memiliki jodoh bisa saja itu yang terbaik hari ini ditakdirkan Tuhan.
Apapun yang kita miliki adalah kesyukuran, berusaha itu tidak boleh berhenti, tetapi hasil tetap disandarkan pada keridhaan Tuhan.
Pak Marmujpun kini hati-hati dengan reuni, mungkin saja reuni yang akan datang temanya adalah membagi cerita lain yang pasti bukan Pil Sehat lagi lah.
Tiga hal hikmah yang dapat kita ambil dari cerita ini adalah:
Pertama; hidup itu adalah perjalanan dari sendiri, bersama, beramai, berjamaah, kadang berlanjut, kadang berulang, dan akhirnya itulah siklus yang harus kita alami dan syukuri.
Kedua; berteman tidak selamanya harus bersama, ketika berpisah jadikanlah untuk mencari pengalaman terbaik, ketika berjumpa jadikanlah silaturahmi untuk saling berbagi kebahagiaan.
Ketiga; rezeki adalah dapat memiliki hari, memiliki teman bisa berbagi tetapi yang utama adalah mensyukuri apa yang kita alami saat ini, apalagi dengan Ikhlas untuk saling berbagi.
Ketujuh kita setuju berkolaborasi mengeksplorasi sejarah, lewat kisah kita bercari ibrah.
Catatan; kisah ini diinspirasi dari berbagai sumber