Oleh Prof Dr Mardianto MPd
Mengkaji bahasa secara ilmiah sama artinya memandang bahasa secara objektif. Pandangan yang objektif terhadap bahasa merupakan upaya untuk mengeliminir berbagai prasangka sosial dan rasial terhadap bahasa. Memandang bahasa secara objektif, juga merupakan dasar untuk membedakan linguistik sebagai sebuah disiplin ilmu pengetahuan dari beberapa disiplin ilmu lain yang melihat bahasa dari sudut eksternal. (Sakholid, 2017:5).
Bahasa adalah alat ilmu pengetahuan, dengannya pengetahuan manusia berkembang dari seseorang kepada orang lain, bahkan kepada banyak orang mungkin saja kepada seluruh manusia di muka bumi.
Dengan bahasa pula manusia dapat menyebutkan satu obyek yang didapatkan, kemudian dikomunikasikan apakah itu obyek masa lalu, obyek masa kini dan mungkin saja obyek masa depan.
Jadi dengan bahasa manusia dapat melintasi zaman. Bahasa dapat menyampaikan sesuatu tentang pengalaman seseorang selama ini, atau mengungkapkan perasaan yang sedang dialami, bahkan dengan bahasa seseorang dapat mengomunikasikan ide gagasan yang belum ada.
Sungguh bahasa mempunyai sesuatu yang melintasi skat personal, melampaui batas waktu, bahkan memberi ruang dari reality sampai maya sekalipun. Ini membuktikan bahwa bahasa memang menjadi penting bagi kehidupan manusia, dengan itu pula lahirlah ilmu tentang kebahasaan, salah satunya linguistik.
Sama halnya dengan fakultas lain, fakultas Bahasa yang beririsan dengan Budaya dan Seni menjadi satu disiplin yang terus berkembang di beberapa perguruan tinggi.
Apa yang menjadi pemikiran Doktor Sakholid tentang bahasa harus dipahami baik secara obyektif maupun kontekstual. Keluasan peran bahasa dalam kehidupan sehari-hari perlu dijadikan dasar bagi para pendidik di masa depan. Seperti halnya keahlian beliau tentang Bahasa Arab semuanya telah diformalkan dalam hal ini; mata pelajaran Bahasa Arab memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Arab, baik lisan maupun tulis, yang mencakup empat kecakapan berbahasa, yakni menyimak (istima'), berbicara (kalam), membaca (qira'ah), dan menulis (kitabah).
2. Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya bahasa Arab sebagai salah satu bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar, khususnya dalam mengkaji sumber-sumber ajaran Islam.
3. Mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitan antara bahasa dan budaya serta memperluas cakrawala budaya. Dengan demikian, peserta didik diharapkan memiliki wawasan lintas budaya dan melibatkan diri dalam keragaman budaya.
Bahasa adalah alat komunikasi dari satu orang kepada orang lain, atau dari satu kelompok kepada kelompok lain dengan berbagai varian. Semakin banyak varian dalam komunikasi maka semakin tumbuh dan berkembang bahasa dalam kehidupan manusia.
Bila pelajaran bahasa Arab telah diberikan sejak dini, ditata dengan kurikulum yang apik, serta pendidik yang mumpuni, maka kita memiliki harapan tentang generasi bahasa Arab di masa depan.
Betapa tidak, bila rangkaian dari sejak tingkat awal, belajar bahasa Arab dari Raudhatul Athfal, mengenalkan bahasa Arab yang sederhana dimulai dari hal-hal paling ringan yakni mengucapkan kata dan kalimat seperti Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillahhirabbil`alamanin, atau membaca ayat-ayat pendek.
Kemudian belajar bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah, mengenalkan bahasa Arab sederhana, dimulai dengan percakapan sehari-hari. Juga belajar bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah, mulai mempelajari qowa`id atau tata bahasa, akhirnya ketika belajar bahasa Arab di Madrasah Aliyah, bila muhadatsah atau percakapan akan semakin percaya diri.
Kita akan selalu melihat bahwa orang mampu berbicara dengan berbagai bahasa, akan berbeda dengan orang yang memiliki kesantuan dalam berbahasa. Jadi memang benar bahasa sebagai obyek, sebagai keterampilan atau sebagai upaya mengeliminir prasangka sosial.
Pendidik inspiratif berada di dalam cerita bahasa tadi, karena dengan bahasa yang baik, seorang pendidik akan memberikan apa yang ia miliki sesuai dengan kemampuan siapa yang akan menerima dan melakukannya.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.