Oleh Prof Dr Mardianto MPd
Penelitian ini mengeksplorasi minat dan tantangan mahasiswa dalam menulis fiksi di kelas menulis kreatif EFL. dengan pendekatan kualitatif melibatkan 43 mahasiswa yang mempelajari penulisan kreatif. Temuan penelitian ini mengungkapkan bahwa (1) sebagian besar mahasiswa (53,5%) tertarik dan lebih suka menulis fiksi roman, dan (2) sebagian besar mahasiswa mengalami tantangan dalam menulis cerita pendek termasuk kesulitan dalam mengembangkan cerita yang menarik, menentukan plot dan dialog yang terperinci, dan mendefinisikan karakter dalam cerita.(2022)
Mengembangkan pembelajaran pada mahasiswa cenderung menghasilkan berbagai varian tipe belajar, namun semuanya memiliki alasan.
Walaupun tantangan bukan strategi pembelajaran yang direkomendasikan dalam berbagai kesempatan, tetapi ini adalah pilihan bagaimana kita menyadari, pembelajaran harus memperhatikan taksonomi keadaan dengan sebaik-baiknya.
Tipologi varian belajar mereka di antaranya adalah;
Pertama, belajar dengan format. Satu kegiatan harus dirancang sedemikian rupa agar dapat direncanakan, kemudian dilaksanakan, dikembangkan dievaluasi akhirnya dapat diberi nilai.
Apakah perencanaan diimplementasikan menjadi panduan kegiatan, apakah kegiatan mengarah pada pengembangan, apakah pengembangan dapat dinilai, apakah penilaian dapat mengukur perencanaan. Itulah mekanistik dari sebuah kegiatan pembelajaran. Inilah aliran mekanistik dari psikologi behaviorisme yang terjadi sehingga kegiatan pembelajaran cenderung lebih bersifat formal, administratif.
Peran dosen lebih kepada mesin yang menjadikan manual kegiatan adalah segala-galanya. Semua telah diatur, seluruh mahasiswa telah ditetapkan, bahkan kompetensi apapun yang akan dihasilkan telah dirumuskan dan disiapkan.
Kedua, belajar dengan kebebasan. Kegiatan yang menjadikan perkembangan mahasiswa adalah hal utama, karena mereka bukan orang tua berukuran kecil, tetapi mereka memiliki dunianya sendiri, baik secara psikologis terlebih secara fisik.
Ekspresi mahasiswa, atau peserta didik diberi ruang untuk melakukan hal-hal yang merangsang keinginannya melakukan eksplorasi pengetahuan, penjelajahan fisik, serta petualang hati. Apakah mimbar bebas, ruang kolom opini, atau bahkan karikatur untuk mengkritik sesuatu.
Peran dosen lebih kepada fasilitator bagi siswa agar memiliki kemampuan mendayagunakan segala apa yang ada, terlebih mencukupkan apa yang ada di depan mata. Tetapi yang paling utama adalah memberi tantangan dari apa adanya diri seorang mahasiswa menemukan potensi untuk mengenali menguasai dan menggunakan apa yang ada di sekelilingnya.
Ketiga, belajar dengan pengendalian. Semua manusia memiliki kemampuan untuk berbuat, bentangan alam sangat tak terbatas untuk dieksplorasi, sejumlah waktu kapan saja siap untuk dimanfaatkan.
Bagaimana mengorkestra hal di atas menjadi kegiatan pembelajaran? Di sinilah peran pendidik, berangkat dari psikologi perkembangan, psikologi belajar, sampai pada pembelajaran yang memberdayakan, semua dikendalikan tetapi tidak mematikan potensi yang ada.
Peran dosen dalam hal ini lebih kepada memberikan rambu-rambu atau pertimbangan bagaimana melakukan, apa yang harus dituju dan dipertimbangkan. Pendidikan didasarkan pada hal yang memiliki keseimbangan antara pengetahuan dengan pengalaman mengatasi masalah di lapangan.
Bagaimana pendidik inspiratif hadir di tengah-tengah keadaan di atas, maka identifikasi terhadap kemampuan mahasiswa perlu dilakukan apakah lewat penelitian, atau lewat tantangan.
Bila ada mahasiswa yang memang membutuhkan bimbingan, maka bimbinglah, bila ada mahasiswa yang memang perlu tantangan maka beri ia permasalahan. Di sanalah seni mendidik dan terus berbeda antara satu kasus dengan kasus lainnya.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.