I`tikaf bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt dan menyucikan kalbu dari kesibukan dunia. Selama i`tikaf seseorang melakukan muhasabah tehadap perjalanan hidupnya selama ini. Mengingat berapa banyak nikmat Allah yang sudah diterima sementara begitu banyak dosa-dosa dan kesalahan yang sudah dilakukan. Dengan i`tikaf seseorang akan menyesali kelalaiannya, bertafakkur akan kebesaran dan keagungan Allah swt, serta memperbanyak amal ibadah untuk mendekatkan diri kepadaNya. (Tanti, 2021:6).
Kata i'tikaf menurut asal kata ‘akafa-ya'kifu-ukufan. Kemudian bila dikaitkan dengan kalimat “an al-amr” maka jadinya “akafahu an al-amr” dan artinya ‘mencegah'. Begitu juga bila dikaitkan dengan kata “ala” dan kemudian menjadi “akafa ‘ala al-amr” artinya ‘menetapi'.
Sementara itu menurut istilah, i'tikaf dapat dimaknai berdiam diri di masjid tentu disertai dengan niat. Karena memang tujuan i'tikaf adalah semata-mata beribadah kepada Allah SWT bukan yang lain, terkhusus lagi dalam hal ibadah-ibadah yang umumnya dilakukan di masjid.
Betapa kita memerlukan i`tikaf, karena memang hidup adalah siklus antara malam, pagi siang, sore dan seterusnya, kita diingatkan dengan sumpah Allah SWT, pada surah Al Asr demi masa (waktu ashar). Semuanya agar kita sadar bahwa siklus waktu harus dimaknai dan jangan tergilas dengannya.
Apa saja yang harus dilakukan;
1. Mendekatkan diri kepada Allah swt
Mungkin saja kita selama ini lebih dekat kepada duniawi, dekat kepada pekerjaan lebih dekat lagi dengan peraturan atau bos dalam bekerja. Maka kita diingatkan agar lebih dekatlah dengan Allah swt.
2. Menyucikan kalbu
Bisa saja hati kita selama berhari-hari, berbulan bahkan bertahun sibuk dengan dunia, menggunjing sesame, atau berprasangka pada hal yang tidak baik. Kembalikan untuk membersihkan hati, mensucikan kalbu agar lebih tenang dalam beribadah.
3. Muhasabah terhadap perjalanan hidup
Memang sebagian kita selalu sibuk menghitung harta kekayaan, berapa jumlah gaji, dan penghasilan, kita kadang lupa mana zakat dan hak orang lain. Kini adalah saatnya untuk menghitung mana yang dapat bermanfaat dan dibawa sampai tua, atau bahkan sampai menolong kita nanti di akhirat, sekali lagi pertimbangkan itulah muhasabah.
4. Mengingat banyak nikmat Allah
Setiap bangun pagi, kita masih jumpa dengan ruang kamar tidur, dengan istri, suami dan keluarga, keluar rumah masih kita dapatkan tetangga, jalan sampai pekerjaan, bukankah itu nikmat bila dimaknai arti yang sesungguhnya. Benarlah firman Allah, Nikmat mana lagi yang kamu dustakan, intinya tak terhitung bila dihitung, tak terduga bila diduga, tak terukur bila diukur, ternyata yang benar adalah syukuri.
5. Mengingat dosa-dosa dan kesalahan
Kesalahan orang lain sangat mudah dilihat, kelemahan pihak lain bahkan selalu terjaga, bahkan sampai menjadi trauma, atau kita terbuai dengan dendam. Sesungguhnya itu bukan soluasi, tetapi kesalahan harus kita akui dari diri sendiri, ingatlah dosa menjelang tidur, mohon ampunlah itu yang utama.
6. Menyesali kelalaian.
Memang bangun tidur kita telah memiliki jadwal, direncanakan dengan baik, namun kadang kelalaian menjadi alasan untuk tidak menggapai keberhasilan. Bila disesali pasti tidak akan terulang, apalagi perbuatan jahat yang mungkin pernah diwaktu sebelumnya.
7. Bertafakkur akan kebesaran dan keagungan Allah
Bersyukur masih punya iman, bertaubat masih punya waktu, dan bertafakkurlah karena kita diberi kemampuan. Bertafakkur yang diawali kesyukuran, akan membawa kenikmatan tersendiri, tidak jauh untuk sehat Rohani, ternyata ada dalam diri kita sendiri.
8. Memperbanyak amal ibadah.
Ibadah itu akan diterima bila dilaksanakan sesuai dengan syarat, waktu dan tempat.
Di bulan Ramadan ini, ber i`tikaf bila diniatkan, di masjid, diamalkan maka bukan sekedar perjalanan untuk pengalaman istirahat terhadap kesibukan duniawi, tetapi menenangkan hati, bertamasya ke bibir surga.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.