Ajaran Al Qur`an diturunkan untuk dikembangkan bukan hanya sebagai suatu agama tetapi juga sebagai suatu kebudayaan dan peradaban, maka kita harus menerima kepentingan yang tertinggi dari bidang etika sosial, yang terdiri dari konsep-konsep yang berhubungan dengan kehidupan manusia dalam bermasyarakat sehari-hari. (Izutsu,1993:419).
Al Qur`an, Ramadhan, Tadarus tiga hal ini menjadi kata paling banyak ditulis di berbagai media sosial tentu pada bulan yang pernuh berkah ini.
Memang begitu terhipnotis kita dengan nikmatnya bulan Ramadhan di mana diturunkan Al Qur`an setelah dipelajari oleh Nabi Muhammad kemudian diajarkan kepada kita ummat Islam.
01. Al Qur`an
Al-Quran sendiri berasal dari Bahasa Arab yang mana merupakan bentuk jamak dari kata benda (masdar). Al-Quran diambil dari kata kerja qar'a-yaqra'u-qur'anan yang artinya sesuatu yang dapat dibaca berulang
Al-Quran merupakan firman Allah Ta'ala yang tidak memiliki tandingan atas kitab apapun. Al-Quran sendiri diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,
Membaca Al Qur`an itu bisa memberatkan, apalagi dengan target, harus tamat, harus selesai, harus benar, harus ini itu dan lain sebagainya.
Membaca Al Qur`an dapat menjadi ringan bahkan menyenangkan, bila diniatkan untuk ibadah, mencari keridhaan atas apa yang dilakukan, jadi tidak ada kurikulum yang kejar tayang, pelajarilah selagi kita mampu atau semampu kita.
Membaca Al Qur`an mungkin saja jadi penasaran, atau tersinggung atau bahkan mengasyikkan, karena dengan perlahan kita baca, diketahui isi, pesan bahkan makna yang terkandung di dalamnya.
Dialog di dalam cerita Al Qur`an bahkan kadang menghanyutkan kita seakan menjadi aktor yang sedang dibahas atau dikisahkan. Sesekali kita turut bersedih karena cerita hukuman dan neraka, tetapi kadang bahagia ketika mengkisahkan imbalan dan surga.
Sungguh kita tinggal pilih yang mana dari ketiga hal di atas, yang penting semakin kita baca sebaiknya penasaran ingin membaca berikutnya, buktinya ada orang berkali-kali tamat, tetap berhasrat untuk mengulanginya lagi.
02. Ramadhan
Ramadhan berasal dari akar kata ر – م – ض, yang berarti panas yang menyengat., puasa Ramadhan hukumnya fardhu (diwajibkan) untuk muslim dewasa, kecuali ia mengalami halangan untuk melakukannya seperti sakit, dalam perjalanan, sudah tua, hamil, menyusui, diabetes, atau sedang mengalami menstruasi.
Kewajiban berpuasa pada bulan Ramadan ditetapkan pada bulan Sya'ban tahun kedua setelah hijrahnya umat Muslim dari Makkah ke Madinah.
Bulan Ramadan diawali dengan penentuan bulan sabit sebagai pertanda bulan baru. Dari sejak penetapan awal Ramadhan, lahirlah ilmu falak, dari cerita bagaimana ramadhan kaitannya dengan terik matahari, lahirlah ilmu tentang bumi antariksa.
Sampailah berpuasa banyak ilmu yang membahasnya, dari biologi, psikologi sampai pada ekonomi ummat Islam yang sangat fluktuatif.
Sebagian kita ada yang berpuasa dengan semangat untuk mendapatkan hadiah pada hari raya, ini mungkin baik untuk anak-anak di tingkat TK dan SD.
Sebagian saudara kita ada yang berpusa karena memang dari pelajaran yang didalami, akan menyembuhkan segala penyakit, atau justru untuk kesehatan membakar lemak sampai mengendalikan emosi.
Ini dimaklumi karena memang ilmu pengetahuan dipelajari untuk menopang beramal agar menjadi ibadah. Pada tingkatan tertentu berpuasa karena memang perintah sekaligus kebutuhan dalam tingkatan ibadah, jadi apapun alasannya mau ilmiah, hadiah atau karena kalender hijriah, ia tetap puasa.
Biasanya ini adalah orang yang telah berpuasa sebelum ramadhan tiba dan tetap berpuasa walaupun shawal setelahnya.
Kita percaya berpuasa itu berbagai hadits, dan perintah, bertebal literatur dan seluruh ahli, tetapi tak sebanding dengan hikmah yang didapat.
Dan itu sangat personifikasi, bukan sekedar pengalaman jamaah apalagi ditandai hanya dengan ramainya buka puasa bersama.
03. Tadarus
Tadarus berasal dari kata “darasa” yang artinya mempelajari, meneliti, menelaah, dan mengambil pelajaran. Tadarus al-Qur'an berarti mempelajari al-Qur'an.Tadarus dapat dilakukan sendirian atau bersama-sama, baik di rumah, mushala atau masjid.
Kita menyadari bahwa satu huruf dalam Al Qur`an dapat menjadi ribuan pelajaran untuk dijadikan pedoman hidup, artinya tak ada habisnya untuk dipelajari, dimaknai dan dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
Bayangkan Al Qur`an dengan sistematika 30 juz, 114 surah itu hanyalah sekadar penataan untuk memberi kemudahan kita dalam membaca, padahal lebih dari itu kita dapat peroleh bila satu satu kita pelajari dengan saksama.
Sejak abad pertama hijriah, di mana Al Qur`an dipelihara dengan kekuatan hafalan dan pengucapan dari para ulama, jadilah penghafal Al Qur`an orang yang menjaga dan memelihara.
Pada periode skolastik, tulisan menjadi media Al Qur`an, maka penemuan mesin cetak menjadi penting, dan penyimpan, pengarsip dokumen Al Qur`an mendapat tempat.
Perkembangan teknologi informasi, menjadikan Al qur`an ada dalam sebuah software, dan kini dengan mudah kita dapatkan di aplikasi android.
Sungguh mempelajari Al Qur`an kini telah dipermudah dengan berbagai perkembangan pemikiran manusia, bisa dilakukan bersama, sendiri maupun berkelompok.
Tidak ada alasan tidak memiliki Al Qur`an, justru kini Al Qur`an ada dalam tiga periode tadi, ada di aplikasi, ada pada mushaf, ada dalam hafalan.
Mempelajari Al Qur`an memang harus berubah dari masa ke masa, pilihan perubahan bukan karena sekedar latah menggunakan teknologi atau ikut perkembangan zaman.
Lebih dari itu mempelajari Al Qur`an mulailah dari hati, bahwa dekat, akrab, akibat dari bacaan sangat memberikan kebaikan bagi kita yang ingin hidup lebih baik lagi.
Apa yang dipesankan oleh Izutsu, abad yang lalu tidaklah berlebihan, bahwa Al Qur`an bukanlah sekadar ajaran, tetapi diturunkan untuk kebudayaan dan peradaban.
Kini giliran kita harus menerima kepentingan yang tertinggi dari bidang teknologi tetapi tetap menjunjung etika, karena semua pasti bermakna bila berhubungan dengan kehidupan manusia dalam bermasyarakat sehari-hari.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.
P
Tempat menimba ilmu yang bagus