Pelaksanaan ‘iqāb di Pesantren Modern Kota Medan disesuaikan jenis pelanggaran yang dilakukan santri. Pelaksanaan ‘iqāb dimulai dengan dijemur di lapangan, memakai jilbab yang sudah ditentukan warna dan motifnya, jalan jongkok, menyetor hafalan, dipanggil orang tua, diskors sampai adanya proses pemecatan jika pelanggaran berat. (Hanum OK, 2020).
Belajar dengan memberi hukuman itu penting, tetapi belajar dengan cara memberi penghargaan itu lebih utama. Dalam bahasa pendidikan istilah reward and punishment sepertinya seiring sejalan dan seimbang.
Ini berlangsung lama, apakah karena memang manusia itu dibekali dengan istilah kebaikan dan keburukan, atau karena memang diasumsikan lingkungan itu ada yang baik ada yang buruk, tetapi itulah yang terjadi selama ini.
Kita masih ingat satu pesan dalam film Laskar Pelangi, pesan kepala sekolah kepada guru junior adalah; “kalau kita sibuk memberi kita akan lupa meminta.
Beriringan dengan hal tersebut selama beberapa tahun kami bergabung di Usaid yang mengusung praktik baik dalam pendidikan, tersirat pesan kalau kita sibuk menghargai keberhasilan orang lain maka kita akan sedikit waktu untuk mencela keburukan orang lain.
Inilah yang menjadikan semangat dalam pendidikan adalah memburu kebaikan, membagi keberuntungan, serta menyebarluaskan praktik baik kepada orang lain.
Junjung tinggi sportifitas, berlomba-lomba kepada hal yang baik, akhirnya bagi mereka yang melakukan ketidakbaikan semakin tidak mendapat tempat dengan sendirinya.Akhirnya tersisih dan hilang dari peredaran, tak ada waktu untuk mendiskusikan, titik.
Bila memang penelitian menunjukkan bahwa peraturan atau tata tertib yang ditetapkan adalah peraturan yang disesuaikan dengan kebutuhan santri dan pesantren sendiri, maka peraturan yang ditetapkan khususnya kepada santri didasarkan pada beberapa kategori.
Kategori dimaksud adalah jenis pelanggaran pelanggaran ringan, pelanggaran sedang, dan pelanggaran berat.
Kita juga masih melihat terpampang tulisan di depan pintu gerbang sebuah yayasan pendidikan, hal-hal yang dilarang selama di lokasi, atau amar yang dengan warna merah menohok memberi ke”ngeri”an akan akibat yang dialami bagi siapa yang melakukannya. Sungguh ini baik, tetapi menghilangkan kesan pendidikan itu lebih banyak melarang sulit kita terima.
Benarlah penelitian yang dilakukan ibu Azizah Hanum OK yang mengarah pada; peran pelaksanaan ‘iqāb dalam pembentukan akhlāq al-karĩmah santri Pesantren Modern adalah santri tergerak untuk menyadari kesalahannya, merasa jera dan tidak akan mengulangi lagi.
Dikuatkan dengan hukuman tersebut juga bisa menjadi contoh bagi santri yang lain agar tidak melanggar tata tertib yang telah ditetapkan.
Tetapi kita tidak semuanya sepakat bahwa pelaksanaan hukuman di samping sebagai wahana pendidikan kepada para santri tentang perilaku yang salah dan menyimpang.Dalam hal ini juga agar santri mampu menumbuhkan sikap disiplin sehingga terbentuknya perilaku yang baik pada diri santri.
Inilah sebabnya, maka pelaksanaan ‘iqāb di Pesantren masih ditemukan santri yang memiliki perilaku menyimpang atau berkelakuan buruk, kesadaran mereka dalam melaksanakan peraturan pesantren sangat rendah.
Pemberian ‘iqāb kurang berpengaruh, sehingga mereka berulangkali harus diberikan ‘iqāb, dan lebih parah lagi perilaku mereka ini diikuti oleh santri yang lain.
Klimaks dari penelitian tersebut adalah bahwa; selain itu terbatasnya jumlah guru pengasuh atau guru pembimbing, sehingga menyulitkan pengawasan terhadap santri.
Kurangnya dukungan orang tua atau wali santri dalam pelaksanaan sanksi atau ‘iqāb, juga menjadi kendala pelaksanaan ‘iqāb di Pesantren. Sebahagian orang tua tidak terima anaknya diberi sanksi atau ‘iqāb.
Sungguh pada bulan ramadhan ini, bila kita lebih banyak mengingat mati dan masuk neraka itu memang baik, tetapi untuk pendidikan yang lebih optimis lebih mengarah pada betapa indahnya ramadhan latihan kita untuk menahan diri karena harapan surga telah menanti.
Pendidikan lebih diarahkan pada bagaimana menggapai kebaikan, dengan cara yang menyenangkan, jadi kenyamanan dalam ibadah, kebahagiaan yang akan dituju semua berjalan indah. Tidaklah perlu diperbanyak forsi cerita tentang neraka, karena dengan sendirinya kita akan terhindar tanpa disengaja.
Pendidik inspiratif mungkin memilih jalan ketiga, hukuman memang ada adalah penting, `iqab itu adalah pilihan, tetapi kita percaya terlalu banyak jumlah untuk satu kali menghukum, dan terlalu sedikit ratusan kali untuk memberi penghargaan.
Pendidik inspiratif selalu membuat inovasi dalam pembelajaran, penghargaan, dan kebaikan dengan memberi ketauladanan itu yang utama.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.