Pembelajaran bahasa, terlebih bahasa Arab tidak terlepas dari problematika yang ada. Agar mampu menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar siswa harus menguasai mufrodat baru serta tata kalimat dalam bahasa Arab. Oleh karena itu dibutuhkan pengembangan buku ajar bahasa Arab untuk membantu siswa dalam mempermudah memahami pembelajaran bahasa Arab. Pemilihan bahan ajar yang sesuai dengan materi yang diajarkan sangat diperlukan agar pembelajaran tidak membosankan atau monoton. Pengembangan berupa produk dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development (R&D). Hasil penelitian menunjukkan pengembangan bahan ajar bahasa Arab berbasis Mind Mapping dapat digunakan untuk siswa kelas VII MTS Ali-Imron Bandar Selamat. (Zulfahmi, 2023).
Strategi pembelajaran bahasa begitu berkembang, karena dengan menguasai satu bahasa biasanya seseorang akan mendapatkan lebih banyak tentang sumber ilmu pengetahuan.
Sedikit berbeda orang yang hanya menguasai bahasa Indonesia, dibanding rekannya yang mampu membaca teks bahasa Inggris, terlebih bahasa Arab.
Keperbedaan itu justru menjadi tantangan tersendiri bagi para dosen, atau ahli tentang kebahasaan sebagai sebuah fenomena atau justru keadaan laten yang tidak akan berhenti.
Berbagai keadaan tentang pembelajaran bahasa, khususnya bahasa Arab didapati bahwa sebagian anak-anak belajar dengan mudahnya, apakah dikarenakan lingkungan yang dipaksa di pesantren untuk muhadatsah, atau jangan-jangan takut kena hukuman bila tidak melakukan.
Sebagian justru anak-anak di pesantren sudah terbiasa dengan bahasa yang menjadi alat mereka untuk mendalami ilmu utama yakni ilmu Al Qur`an dan hafalan.
Jadi mungkin saja ada kaitan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain. Lebih dari itu belajar bahasa Arab apakah itu muhadatsah, qowa`id atau lainnya memang perlu pengayaan kosa kata itulah al mufrodah.
Pembelajaran bahasa arab hari ini dirancang untuk jangka waktu yang sangat fleksibel, mau satu hari, satu pekan, satu bulan, atau bahkan bertahun tahun.
Kita balik logika pembelajaran terkait dengan waktu dimaksud. Seorang siswa dari sejak TK atau RA sudah diajarkan beberapa kata tentang penguasaan bahasa Arab, apakah nama-nama barang di sekitarnya.
Kurikulum di MI pada jenjang berikutnya sudah disiapkan oleh pemerintah bagaimana seorang anak MI memiliki kompetensi paling tidak menguasai beberapa kalimat dalam bahasa Arab.
Sampailah ia belajar di MTs. Pengayaan tentang mufradah sudah ditambah, apakah dengan qowa`id, muhadatsah dan lain sebagainya, hampir sama juga dengan MA dimana kurikulum memberikan cakupan penguasaan yang lebih baik tentang bahasa Arab.
Alih-alih berhenti, sampai di perguruan tinggi justru bahasa Arab tetap diperlukan, mata kuliah semakin luas, apalagi di program studi bahasa Arab, ada balaghah, tahsin, Bahasa Arab 1,2,3 dan entah apalagi.
Kini kita lihat siapa yang belajar dari RA, sampai perguruan tinggi, apakah mereka menguasai pasti mufradah dari apa yang dilihatnya sehari-hari, lingkungan yang lebih luas, sampai kemahiran muhadatsah?.Tergantung, ya tergantung pada siapa yang belajar, bagaimana cara mengajarnya.
Penelitian Zulfahmi, memberi satu solusi untuk belajar efektif tidak mesti bertahun-tahun, ada yang cukup satu tahun, satu bulan, bahkan mungkin saja beberapa pekan.
Bantuan bahan ajar berbasis mind mapping akan memberi kemudahan untuk menguasai khususnya mufradah. Pembuktian secara ilmiah ini tidak mesti sampai perguruan tinggi, cukup di madrasah setingkat Tsanawiyah saja, dan hasilnya luar biasa.
Senangnya belajar bahasa bila cara guru tidak menyusahkan apalagi banyak tugas untuk dihafal, gembiranya anak belajar berbahasa Arab mungkin saja karena strategi dan pemanfaatan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan anak.
Tetapi belajar bahasa Arab mungkin karena ada nilai lain yakni untuk mendalami ilmu agama bernama Al Qur`an akan lebih mudah mendapat berkah bila niat yang ikhlas mengiringinya.
Pendidik inspiratif tidak takut untuk berbuat apalagi sekadar mencoba membelajarkan bahasa Arab dengan bahan ajar yang lebih baik, tetapi keikhlasan dan tanggung jawab tetap menjadi hal yang utama.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.