Dengan konten dan strategi pembelajaran model multi mazhab, mahasiswa menjadi terdidik untuk bersikap terbuka pada pluralitas fikih yang berkembang di tengah mahasiswa dan hal itu relevan dengan keadaan. (Azhar, 2022).
Seorang dosen hadir ke depan kelas bukan bertanya apa yang harus saya ajarkan, tetapi ia memberi pertimbangan apa saja yang tidak boleh saya sampaikan.
Namun sebagian dosen menuangkan segala isi ilmu pengetahuan, diiringi emosi bahwa ia setuju terhadap ilmu yang disampaikan, bahkan sedikit mengancam apabila ada yang tidak setuju terhadap materi pembelajaran.
Di hadapan dosen terdapat sejumlah mahasiswa, bahkan beberapa mahasiswa, yang beragam, apakah latar belakang pendidikan, pemikiran sampai pada tujuan mereka belajar.
Tetapi tidak sedikit pula mahasiswa secara sengaja memilih dosen yang mengajarkan ilmu pengetahuan karena karakter dosen, dan mungkin saja karena pentingnya ilmu yang diajarkan.
Bila kita berpikir bahwa dosen adalah orang yang menguasai ilmu pengetahuan, kemudian dari tangan dan fikirannya kita peroleh segala hal terkait dengan hikmah kehidupan, maka ini disebut mengkultuskan sumber ilmu dari hakikat yang sebenarnya.
Disadari atau tidak dosen yang mempelajari ilmu pengetahuan sejak ia kuliah baik strata satu maupun strata dua, ditambah pengalaman bersama dosen bagaimana mengembangkan kegiatan pembelajaran itulah bekal utama ia menjadi dosen sebagai sumber ilmu pengetahuan.
Bayangkan bila dosen tersebut kuliah program sarjana ditambah program magister di kampus yang sama, dan mengajar ditempat yang sama pula. Maksudnya pengalaman tentang pembelajaran tentulah sedikit terbatas.
Namun bila kita memahami mahasiswa yang datang ke kelas kita satu sisi adalah karena tidak ada pilihan lain, atau karena sistem, sebagian mahasiswa mungkin disiplin dan ikut aturan. Tetapi bukan tidak banyak mahasiswa yang ingin mendapatkan ragam ilmu pengetahuan dari sumber yang ragam pula.
Pengalaman dosen dalam hal ini sangat dipertaruhkan, maka dosen yang memiliki pengalaman studi atau pelatihan dari berbagai kampus, atau selalu mengupdate model pembelajaran selalu dinantikan mahasiswanya.
Strategi pembelajaran multimazhab yang dimaksudkan oleh seorang Ihsan Satria memberi ruang bahwa seorang dosen tidak harus menjadi otoritas dari ilmu yang diajarkan.Hal ini bermaksud memberi ruang kepada mahasiswa untuk memilih, memilah dan mengembangkan ragam sumber ilmu pengetahuan.
Multi mazhab memang terkesan adanya ruang berbeda dalam hal materi pembelajaran, tetapi lebih dari itu kita diberi kebebasan untuk berfikir lebih luas, sebelum memilih dan menetapkan satu sikap atau tindakan. Ilmu pengetahuan sesungguhnya lahir dari adanya pandangan yang berbeda atau anti thesa dari satu thesa sebelumnya.
Maka Ihsan Satria dalam hal ini memberi terobosan bahwa seorang dosen harus berdiri di atas segala golongan, fraksi apalagi taklid terhadap satu mazhab.
Sungguh inilah pembelajaran di perguruan tinggi yang benar-benar bermakna, menghargai mahasiswa, dan memiliki perspektif epistimologi ilmu pengetahuan.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.