Perencanaan kurikulum berkenaan dengan pengembangan pokok pikiran/bide kurikulum di mana wewenang menentukan ada pada pengambil kebijakan untuk suatu lembaga pendidikan. Sedangkan implementasi kurikulum berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum di lapangan (lembaga pendidikan/kelas) dimana yang menjadi pengembang dan penentu adalah pendidik/tenaga kependidikan. Evaluasi kurikulum merupakan kategori ketiga di mana kurikulum dinilai apakah kurikulum memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang sudah dirancang ataukah ada masalah lain baik berkenaan dengan salah satu dimensi ataukah keseluruhannya, (Lubis, 2016:137).
Kurikulum adalah seperangkat kegiatan pendidikan yang di dalamnya terdapat orang, materi, tujuan, media atau peralatan serta lingkungan.
Sesungguhnya tidak ada yang duluan dipikirkan dalam kurikulum, tidak pula diprioritaskan dalam kurikulum apalagi dijadikan tumpuan untuk mencapai sebuah kurikulum. Yang ada adalah semua perangkat harus diorganisir dengan baik yakni direncanakan, diimplementasikan dan dievaluasi.
-Perencanaan kurikulum lebih mengarah kepada mengidentifikasi siapa yang akan belajar, untuk tujuan apa ia harus belajar, sampai kepada bagaimana ia harus mecapai pelajaran tersebut. Jadi landasan filosofi manusia sangat penting dalam hal ini, karena kurikulum mengajarkan kepada kita pendidikan bukan untuk sesaat apalagi satu hari, satu semester atau satu tahun. Lebih dari itu filsafat pendidikan memberi pertimbangan terhadap kurikulum agar berfikir jauh melampaui zaman di mana anak hidup hari ini sampai masa mendatang.
Catatan kita; rencanakanlah kurikulum yang dapat diimplementasikan di lapangan, maka perencanaan yang baik adalah yang dapat dilaksanakan di lapangan.
-Implementasi kurikulum lebih berorientasi kepada bagaimana mengelola sumber daya baik itu media, materi maupun lingkungan. Pengelolaan media agar dapat membantu pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin sangat penting dilakukan, karena dengan media diharapkan pembelajaran akan berjalan seperti yang direncanakan. Pengelolaan materi adalah bagian yang harus dirancang sedemikian rupa, tidak harus semua diajarkan, tetapi bagian penting dari pelajaran itulah yang membuat peserta didik penasaran akhirnya ia akan belajar sendiri menjadi keterampilan sekaligus membentuk sikap dan kepribadian. Pengelolaan lingkungan dimaksudkan untuk memberdayakan seluruh potensi yang ada, dukungan dari dalam dan luar diri peserta didik adalah penting. Penciptaan suasana belajar selalu menjadi dukungan alami, sehingga anak belajar bukan karena keterpaksaan, tetapi lebih kepada kebutuhan, dan itu lebih alami.
Catatan kita; tidak ada implementasi yang tidak menghadapi masalah, karena masalah itu adalah bagian dari implementasi kurikulum, maka implementasi yang baik adalah mengorganisir masalah menjadi bagian dari evaluasi kurikulum.
-Evaluasi kurikulum lebih diarahkan pada melihat lebih jauh apakah yang direncanakan dapat dilaksanakan, atau sebaliknya apakah pelaksanaan telah sesuai dengan perencanaan. Banyak faktor di luar sana yang menjadi pertimbangan bahwa kurikulum tidak mesti mengatur hal-hal dari yang umum sampai sedetail mungkin. Akan tetapi improvisasi guru atau tenaga pendidik harus dihargai dan diberi ruang untuk berekspresi. Evaluasi dapat saja dilakukan setiap saat, dengan tujuan untuk terus memperbaiki, meningkatkan dan mengembangkan berbagai perangkat pembelajaran berikutnya.
Catatan kita; evaluasi ditujukan untuk mengetahui apa yang sedang terjadi, dan apa yang mungkin akan terjadi, maka tidak perlu disesali, tetapi diperbaiki. Evaluasi yang baik adalah berniat memperbaiki dengan mengetahui segala apa yang sedang terjadi dalam pendidikan.
Jelaslah, Marasamin memberi batasan, bahwa kurikulum akan berjalan dengan baik bila ketiga hal di atas, perencanaan, implementasi dan evaluasi berjalan seimbang dan saling memberi keuntungan.
Tidak ada yang paling penting dalam kurikulum pendidikan, karena kurikulum itu sendiri lebih penting dari sekadar kegiatan mempertimbangkan.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.