Apapun itu, apa yang kita lakukan biar Allah yang melihat. Kadang saya juga heran, sewaktu ngasih zakat saya ke masjid, malah difoto-foto dan dibilang money politic. Apa karena saya caleg tidak boleh lagi bersedekah. (Musa Rajekshah, 2024).
Masjid adalah tempat di mana umat Islam dapat melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. Karena makna ibadah bukan saja salat lima waktu, salat jumat saja, tetapi banyak amalan ibadah lain.
Kata masjid sendiri berasal dari serapan bahasa Arab kemudian ditranslit maka kata masjid, harfiah dapat diartikan adalah “tempat sujud” di mana merupakan tempat salat bagi umat Islam.
Dalam sejarah masjid adalah tempat salat sederhana bagi umat Islam, dan mungkin merupakan ruang terbuka daripada bangunan.
Sejarah masjid bersamaan dengan sejarah peradaban Islam, karena bukan saja perkembangan arsitektur Islam, tetapi juga fungsi masjid sebagai tempat ilmu pengetahuan, tokoh serta politik.
Umat Islam memiliki tiga masjid utama yang sekaligus menjadi situs sejarah untuk terus dihormati, yakni Masjidil Haram di Makkah, Masjid Nabawi di Madina dan Masjidil Aqsa di Yerusalem.
Banyak yang sudah berangkat ke tiga masjid tersebut, tetapi ummat Islam diwajibkan bila mampu ibadah haji ke Masjidil Haram di Makkah, dan bila ada keringanan shalat arba`in di Masjid Nabawi Madina. Sekadar melihat dan mengkonfirmasi sejarah isra`mi`raj nya nabi bila terjamin kemanan boleh ke Masjid Al Aqsa.
Sebagian orang yang telah berangkat tetap ingin berangkat haji beberapa kali, untuk menunjukkan kemampuan bahkan mereka justru umrah sekaligus wisata. Tetapi hanya segelintir orang memikirkan ummat untuk sekadar memiliki tempat yang disebut masjid.
Dr H Musa Rajekshah MSi keluarga dari H Anif, justru menjadikan masjid bagian dari kekayaannya, niat membangun 99 masjid bukan hal yang sia-sia, tetapi amal yang tidak akan ada hentinya.
Sangat terasa, bila di daerah tertentu kita dapati masjid megah dan mewah, berbanding kenyamanan untuk melaksanakan ibadah salat di dalamnya, sungguh seperti kita di bibir sorga, walaupun khayalan belum pernah ke sana.
Bukankah di daerah lain kita juga masih mendapati saudara kita untuk mendirikan musala saja sulit, bukan saja karena izin, tetapi biaya bahkan membeli tapak sebidang tanahpun seperti mimpi.
Pemikiran keluarga H Anif lewat program 99 masjid tentu bukan sekedar melayani ummat secara tradisional sekadar menyediakan masjid, namun manajemen modern, mengidentifikasi, sampai pada pemberdayaan umat telah menyatu dalam program ini.
Ada sebagian umat karena ada masjid ia rajin beribadah, ada pula sebagian ummat lainnya ia rajin beribadah untuk mendoakan agar ada masjid di sekitarnya.
Jadilah program pembangunan masjid bisa saja dikaitkan dengan berbagai macam tergantung siapa yang akan mempersepsi atau menanggapi. Namun yang pasti masjid terbangun umat, nyaman beribadah, insya allah kebaikan ini melebihi dari orang yang gemar umrah sedikit beraroma wisata.
Dari masjid kita ikhlaskan hati, untuk menjeput keberkahan Ilahi, dengan niat membangun ada baiknya ummat bersyukur kepada Ilahi, mari kita maknai bahwa kebaikan orang membangun masjid sempurnakan dengan ibadah rutin di sana di setiap saat panggilan waktu.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.