Oleh Prof Dr Mardianto MPd
Suatu ibadah itu berhasil dan fungsional, dengan meminjam perspektif berpikir sistemik, jika inputnya bagus, prosesnya juga baik, hingga diharapkan outputnya juga baik. Dari segi input dalam ibadah haji, termasuk orang yang akan melaksanakan haji, sudah harus memenuhi semua persyaratan ditetapkan dan yang terpenting tentu saja didasari niat yang ikhlas. (Nurhayati, 2019:5).
Dari lubuk hati paling dalam kita akan berangkat menelusuri sebuah perjalanan, 50 tahun yang lalu dimana mesin tik masih satu buah untuk satu kampus, tetapi semua catatan rapi dan terarsip dengan lengkap.
Itulah paling tidak pengalaman seorang Drs Syarifudin, Kepala Bidang Humas Kantor Gubernur Sumatera Utara, hingga terbitlah Surat Keputusan Menteri Agama RI No 65 Tahun 1973 tentang Pembentukan Panitia Peresmian Institut Agama Islam Negeri Al Jami`ah Sumatera Utara di Medan. SK tersebut masih tersimpan rapi dalam buku 1973-1974 Buku Tahunan IAIN Sumatera Utara.
Apa yang terjadi 15 tahun kemudian, tepatnya 1988 dikenalkan Toto Sugiarto dari PTPN memberi sumbangan sebuah komputer dekstop, diperlukan satu ruangan khusus di gedung Mustafa Husain kampus Jalan IAIN/ Sutomo untuk mengoperasikannya.
Awal tahun 2000-an laptop jinjing menemani satu dan beberapa dosen menjadi bagian dari gengsi dan sumber ilmu pengetahuan. Apa yang terjadi hari ini, teknologi metaferse bukan barang mewah, gedung bertingkat tersebar di beberapa sudut kota, di mana kampus kita terletak di seluruh belahan Sumatera Utara, bahkan walau mangkrak tak jadi masalah, karena ilmu pengetahuan semakin menyempit perangkat dan fasilitas sudah terganti oleh piranti keras bersuara brisik, kemudian lunak berirama iringan MP3 sudah diganti dengan aplikasi. Inilah dunia maya inilah metaferse kita dapat menilik sejarah mengendarai satu alat sembari menikmati minuman teh di pustaka pribadi. Sungguh teknologi smart telah hadir di kampus tercinta hari ini bernama UIN Sumatera Utara Medan.
Perjalanan hari sudah 50 tahun, boleh jadi 10 lustrum untuk saling evaluasi, bisa jadi paruh baya usia manusia untuk lebih tengadah. Seperti ibadah Haji, UIN Sumatera Utara Medan hari ini telah memasuki usia 50 tahun, sistematika pekerjaan telah diberikan oleh pendahulu kita, seleksi mahasiswa dan dosen telah dilakukan dengan baik sehingga banyak hal kini telah dibenahi dan disempurnakan, bagaimana kita mengelola, mengembangkan serta mendayagunakan dalam bentuk kolaborasi membangun negeri lewat pendidikan kita bersinergi.
Nakhoda hari ini ada pada seorang Rektor “Tengku”, Prof Dr Hj Nurhayati MAg dengan semangat Smart Religius Campus, tentu menjadi nilai tersendiri di mana perguruan tinggi ini telah berumur 50 tahun. Catatan kecil kami dapat kita hantarkan untuk menarik benang hijau sejarah yang pantas bagi kita.
Pertama, awal berdirinya IAIN Sumatera Utara tahun ajaran 1973, baru dua tahun penerimaan mahasiswa baru disambut oleh pemerintah 1975 SKB tiga Menteri memberi kebijakan tamat madrasah dapat masuk ke fakultas atau perguruan tinggi umum dan agama, begitu juga sebaliknya tamat sekolah menengah umum dapat diterima di perguruan tinggi agama dan umum. Ini artinya enam tahun kedepan IAIN bukan hanya menerima siswa pesantren, madrasah atau sekolah agama, tetapi siap untuk menerima siswa sekolah umum.
Selanjutnya awal tahun 1980-an mengantisipasi kebijakan sebelumnya, maka IAIN Sumatera Utara membuka jurusan Tadris IPA pertama kali, maka semua input mahasiswa adalah siswa yang berasal dari sekolah umum. Ini menjadi warna tersendiri bagi institut dan pengembangan pendidikan agama dan umum pun banyak didiskusikan secara akademik.
Bersamaan dengan itu kurikulum SKS yang menjadi sistem pendidikan tinggi secara nasional juga menjadi bagian penting dari upaya percepatan penyelesaian studi, sungguh kerja efektif dan hasilnya tampak hari ini. Selanjutnya awal tahun 1990-an IAIN Sumatera Utara semakin menunjukkan eksistensinya. Identifikasi terhadap aset, nyata dan jelas bahwa kampus utama IAIN di Jalan IAIN No 1. Kampus dua di jalan Willem Iskandar Psr V Medan Estate, kampus tiga di Jalan Pondok Surya, serta lahan kampus IV Tuntungan tidak ada yang menganggu, dari sinilah IAIN siap berangkat menuju kampus modern yang berkembang.
Kedua, awal tahun 2000-an, adalah generasi di mana Indonesia sudah sedikit bergeser mempertimbangkan sejarah 55 tahun Indonesia Merdeka, tetapi seluruh tema bahkan pendidikan merujuk pada poros kedepan yakni “Indonesia Emas Tahun1945”. Lahirnya Undang Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, diiringi dengan Undang Undang RI No.15 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dilengkapi dengan Undang Undang RI No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Lengkaplah regulasi telah ditetapkan, kebijakan telah diberikan, tinggal pengembangkan kampus yang mengadopsi KKNI, Merdeka Belajar-Kampus Merdeka sampai berubahnya akreditasi dari BAN PT ke LAM (Mandiri), maka IAIN Sumatera Utara pun bermetamorfosa menjadi UIN Sumatera Utara Medan lewat Peraturan Presiden RI No.131/2-14 tertanggal 16 Oktober 2014.
Regulasi telah menjadi dasar kuat untuk pengembangan perguruan tinggi ini, ragam tenaga kependidikan dari magister, doktor dan guru besar menghiasi daftar dosen, tamatan dari dalam dan luar negeri berkolaborasi membangun paradigma keilmuan bersama. Itulah UIN Sumatera Utara Medan yang siap menapak sejarah untuk menggapai satu bagian dari Indonesia Emas 2045 lewat 8 fakultas dan satu program pascasarjana.
Ketiga, UIN Sumatera Utara Medan kini telah siap dengan dunia yang semakin maju. Rektor Ke 13 adalah “Tengku” yang diharapkan mampu berkolaborasi untuk segala potensi. Sejarah kita yang memiliki spiritual kuat, jumlah alumni mendekati 100 ribu tersebar dipelosok negeri, serta paradigma keilmuan yang mampu melintasi berbagai disiplin ilmu untuk masa depan adalah sebuah harapan. Satu bagian penting untuk menjembatani hal ini yakni teknologi pendidikan.
Mengapa mesti teknologi pendidikan? karena perguruan tinggi tidak lagi diukur dengan tingginya gedung kuliah, banyaknya jumlah tenaga pendidik dan kependidikan, atau besarnya aset tetap tanpa produktif. Teknologi pendidikan memberi solusi sebagai berikut:
1. Pendidikan di UIN Sumatera Utara Medan adalah pembelajaran yang uptodate dengan perkembangan kebutuhan masyarakat, maka layanan pendidikan dan pembelajaran serta pelatihan dan pengembangan SDM harus memiliki basis industry 4.0.
2. Input pembiayaan di UIN Sumatera Utara Medan yang selama ini masih bertumpu pada UKT mahasiswa, sudah harus bergeser menjadikan produktivitas civitas akademika menjadi investor utama sebagai bagian dari menuju PTN-BH. Lebih dari 500 dosen dengan 27 ribu mahasiswa adalah ladang konten creator yang potensial menghasilkan pundi uang, ini salah satu contoh.
3. Diperlukan satu kesadaran bersama pembelajaran harus dimodernkan, dengan tidak meninggalkan nilai nilai keluhuran pendidikan Islam. Sanad guru adalah jalan utama memperoleh keberkahan dari apa yang kita ajarkan hari ini.
Kita percaya Smart Religius University yang dijadikan semangat kampus ktia hari ini, akan lahir dari seluruh civitas akademika dengan hati yang bersih dan Ikhlas. Modern dalam pendidikan, produktif dalam pembiayaan, serta berkah dalam mengemban ilmu pengetahuan. Hari ini kita sudah menyadari, persyaratan sudah kita penuhi, seperti ibadah haji, insya Allah kampus Smart Rerligius University dapat terwujud tanggal 19 November 2023, di mana 50 Tahun UIN Sumatera Utara Medan dengan Bismillahirrahmanirrahim kita mulai.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.