Oleh : Prof Dr Mardianto MPd
Tinggal di pinggir kota lebih tepat lagi sebenarnya tinggal di pinggir ladang dalam bahasa kelakar selalu ditanya Pak Marmuj tinggal di mana ya? Kadang beliau menjawab di Pilla (Pinggir Ladang), hahahahaha….. teman sekerja selalu tertawa.
Begitulah hari-hari Pak Marmuj, pagi dan siang ke Kota untuk bekerja, sementara sore dan malam ia habiskan waktu di kampung. Sebagian tetangga ada yang bekerja di kota sebagian mereka ada yang petani.
Satu ketika Pak Marmuj memberikan cerita bagaimana kehidupan petani kaitannya dengan pola kehidupan sehari-hari.
Dari banyaknya petani di negeri ini menurut sensus lebih dari 27 juta rumah tangga petani, sesungguhnya dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni sebagai berikut:
Ada petani yang menanam sekali, panen sekali
Ada petani yang menanam sekali, panen berkali-kali
Ada petani yang tidak menanam sama sekali, tetapi dapat panen setiap hari
Lantas Pak Marmuj menjelaskan lebih rinci.
Petani yang menanam sekali panen sekali, seperti menanam pohon pisang, setiap satu kali menanam, maka pohon pisang satu kali berbuah dan di panen satu kali.
Untuk melanjutkannya, maka ia harus menanam lagi. Sama halnya dengan pohon padi, pohon ubi dan lainnya.
Sementara petani yang menanam sekali panen berkali-kali seperti pohon kepala, ia cukup menanam satu kali saja, selanjutnya pohon dapat panen berkali-kali sampai berpuluh tahun. Dan banyak lagi contohnya seperti kelapa sawit, pohon mangga, juga pohon salak.
Adapun petani yang tidak menanam sama sekali, tetapi ia dapat memanen hasilnya berkali-kali, seperti petani nelayan di laut, ia sekalipun tak pernah menanam benih, tetapi ia terus menerus panen. Dan masih banyak kita dapatkan contoh lain seperti pemancing ikan di sungai, penambang pasir, atau pembuat batubata.
Begitulah kehidupan, semua petani tetap mendapat rezeki sesuai dengan pekerjaannya, apakah setiap hari, setiap pekan, sebulan atau bertahun-tahun, tetapi mereka tidak ada yang saling iri.
Pak Marmuj pun terus menjelaskan kepada rekan-rekannya lebih santai.
Seperti halnya dalam kehidupan kita dapat saja memberi pendidikan satu keterampilan, kita akan mendapat upah dari keahlian.
Pada dasarnya bila sesuatu langsung mendapatkan hasil maka mungkin perencanaan yang singkat, waktu yang cepat serta hasilnya bisa saja untuk sesaat.
Ada juga kita dapat memberi kebaikan, justru akan berbalik kebaikan itu terus menerus di tengah masyarakat. Mungkin untuk membuat kebaikan kita perlu perencanaan, mengetahui masyarakat secara baik, dan bahkan berwaktu, investasi jangka panjang memang perlu.
Karena melakukan sesuatu tidak mesti mendapatkan hasil secara instan, tetapi yang permanen maka perlu kesabaran.
Justru ada yang tidak kita berikan pada orang lain, namun kebaikan mereka seperti orang tua kita, keluarga kita, saudara, tetangga, mereka tak ada hentinya memberikan perhatian kepada kita.
Ini memberikan pelajaran bagi kita, prasangka, asumsi, memang harus diawali dengan kebaikan “husnuuzon” adalah hal utama dalam kehidupan ini.
Pak Marmuj pun mulai memberi kata-kata hikmah:
Maka saya, kita semua bersyukur bila mendapatkan ketiga macam petani yang hidup damai di kampungnya, dan selalu memberi inspirasi dalam kehidupan.
Hari berganti, pekan berlalu, bulan berjalan, tahun pun terus bertukar, tak ada yang berubah atau pindah dari satu macam petani ke macam petani lainnya.
Tetapi mereka justru berganti dari hidup sederhana kini menjadi lebih sejahtera, bahkan sebagian telah mendaftar haji untuk berangkat ke Baitullah.
Walaupun para petani sendiri tidak mengetahui menurut statistik jemaah paling banyak berangkat selama beberapa tahun terakhir menurut jenis pekerjaan adalah petani.
Sungguh itu mungkin hikmah bila kita selalu mensyukuri apa yang diberikan Tuhan kepada kita, terlebih menekuni pekerjaan yang ada di tangan kita, dan tidak melebihi obsesi terhadap ciptaan.
Tiga hal yang dapat kita ambil hikmah dari cerita ini:
Pertama, alam yang terkembang sangat luas memberikan pilihan dalam kehidupan, maka ekplorasilah sesuai dengan kemampuan dan terlebih kebutuhan bukan melebihi dari ketentuan.
Kedua, banyak macam pekerjaan yang ditawarkan, atau kita yang mengembangkan, tetapi kemampuan, kesanggupan perlu diperhitungkan. Bila pekerjaan ditekuni salah satu cirinya tidak pindah atau berganti-ganti, maka kita akan mendapatkan kebaikan dan keberkahan darinya.
Ketiga, bersyukur dari apa yang kita miliki hari ini, seluruh isi alam, semua kesempatan, selalu dikembalikan pada sikap kita terhadap anugerah Tuhan. Kerjakan apa yang pantas, dan syukuri apa yang telah didapat.
Ketujuh kita setuju berkolaborasi mengeksplorasi sejarah, lewat kisah kita bercari ibrah.
Catatan; kisah ini diinspirasi dari berbagai sumber.