Setiap pekerjaan yang dipilih adalah bagian dari perjalanan hidup manusia, tidak semua yang diinginkan menjadi pekerjaannya, begitu juga bukan tidak banyak justru yang tidak sengaja memilih kini menjadi profesi.
Profesi adalah bagian dari profesionalisme dimana setiap pekerjaan yang ditekuni akan menjadi bagian dari kehidupan karena dari sanalah seseorang mendapatkan pengetahuan, keterampilan kemudian penghasilan. Itulah pekerjaan diawali dari pilihan kemudian sesekali jadi pikiran, tetapi yang pasti dari pekerjaanlah orang mendapatkan sesuatu untuk meneruskan kehidupan.
Sebagian pekerjaan ada yang dilakukan sendiri, di kamar kecil dan sangat pribadi, ada pula yang berpasangan di satu tempat yang nyaman, dan bukan tidak banyak saudara kita justru pekerjaannya adalah di tengah kerumunan tempat terbuka untuk mendapat pengakuan.
Sungguh pekerjaan itu memang bervariasi, dari sendiri sampai beramai-ramai, dari bilik bawah tanah sampai ruang angkasa, bahkan ada pula bekerja pagi hari, ada yang siang baru selesai, tetapi pada umumnya sore baru pulang kerumah, itupun sebagian justru malam menjadi agenda.
Taksonomi pekerjaan itu memang macam-macam, contohnya apa yang diperbincangkan tiga rekan karib di sudut desa pinggir kota. Memang kalau sudah jumpa semua jadi bahan cerita.
Pak Marpe; saya beruntung karena memang pekerjaan yang saya tekuni adalah pilihan saya ketika waktu kuliah.
Pak Marmuj; wah bersyukurlah bapak pekerjaan bapak bisa dilakukan sendiri, tanpa tergantung orang lain.
Pak Marpe; ia pak…..saya rasanya ingin menurunkan pekerjaan ini kepada anak saya nanti, memang rupanya enak bekerja sebagai montir. Pekerjaan yang hanya berinterkasi dengan benda mati, tak ada orang, jadi mengurangi emosi. Saya tidak bayangkan bagaimana orang bekerja selalu berinteraksi dengan orang lain, mungkin kalau saya langsung marah, wah macam-macamlah pak.
Tak lama kemudian nimbrung rekan berikutnya, pak Budi, pak Marmuj dan pak Marpe pun duduk di kafe sore itu menjadi semakin hangat walaupun udara sedikit sejuk.
Pak Budi; kalau Pak Marmuj mungkin banyak emosi ya pak, kan setiap hari jumpa dengan anak-anak, wah tidak terbayang saya, mungkin banyak marah, atau entah apapun namanya.
Pak Marmuj; ya, kami sebagai guru bekerja dengan berinteraksi kepada anak-anak lebih dari tiga, bisa tiga belas, bahkan tigapuluh anak itu sudah biasa. Segala perilaku, perangai bahkan tingkah laku mereka adalah bagian dari apa yang harus kami hadapi, namanya juga bekerja, nikmati sajalah.
Pak Budi; tapi menurut saya profesi paling banyak berinteraksi dengan orang adalah ustadz, karena dia bisa ceramah di lapangan dengan ratusan bahkan ribuan orang, bagaimana bapak setuju.
Pak Marmuj; oh….belum tentu pak profesi ustadz selalu berinteraksi. Setahu saya ada rekan saya berprofesi jadi penceramah kondang, diundang dari berbagai komunitas, bahkan lembaga negara namun dia tidak berinteraksi dengan orang lain.
Semua terdiam….lho……kok bisa.
Pak Marpe; wah, kok bisa begini ceritanya.
Pak Marmuj; saya tahu persis ustaz yang dimaksud dia ceramah dengan rekaman, kemudian dia selalu ceramah menggunakan zoom, baik online maupun offline, makanya sucribenya banyak, apalagi duitnya.
Semua tertawa….hahahahahhahaha.
Begitulah yang namanya kerja, profesi dan profesionalisme, kadang bukan dilihat dari seberapa banyak kita berhadapan dengan orang lain, atau seberapa kuat emosi menahan perasaan. Pekerjaan adalah memberikan kebaikan atau kemudahan bagi pihak lain agar dapat berjalan sebagaimana mestinya. Mungkin boleh jadi bekerja dengan orang lain itu baik, bekerja sendiri itu juga baik, tetapi bekerja dengan berinteraksi pada banyak orang harus disadari selalulah jaga emosi.
Tiga hal hikmah yang dapat kita ambil dari cerita ini adalah:
Pertama; semua pekerjaan adalah bagian dari cara kita mendapatkan pengalaman dan penghasilan, maka tekuni untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih luas, sikapi agar dapat dinikmati, dan syukuri agar dapat keberkahan.
Kedua; pekerja menjadi profesional bila dijadikan pilihan utama dengan meningkatkan kemampuan dalam berbagai bidang terkait efisiensi dan efektifitas pekerjaan.
Ketiga; Hari ini apa yang alami adalah pekerjaan kita, untuk itu syukurilah agar mendapatkan keberkahan. Berilah kebaikan pada siapa saja yang menjadi bagian dari pekerjaan kita, karena lewat tangan kita mereka mendapatkan amalan dan keberkahan.
Ketujuh kita setuju berkolaborasi mengeksplorasi sejarah, lewat kisah kita mencari ibrah.
Catatan; kisah ini diinspirasi dari berbagai sumber.



















