Hadis komunikasi adalah perkataan, perbuatan maupun persetujuan Nabi Saw. yang berkaitan dengan proses yang menjelaskan ‘siapa’ mengatakan ‘apa’ dengan ‘saluran’ apa, ‘kepada siapa’, dan ‘dengan akibat apa’ atau ‘hasil apa’. Sudah sama dimaklumi bahwa Nabi Saw. menyampaikan pesan komunikasi itu kepada keluarga dan sahabat, baik secara verbal maupun nonverbal. Selain itu nabi Muhammad Saw, sebagai seorang komunikator menyampaikan pesan sesuai dengan keadaan mad’u yang dihadapi saat itu. Sehingga pesan yang disampaikan selalu diterima dengan baik.(Triana Santi, 2024).
Setiap saat kita selalu berkomunikasi dengan siapa saja yang ada dihadapan kita, boleh jadi mereka yang dekat dengan anggota keluarga, atau anggota masyarakat yang lebih luas, mungkin juga rekan dalam pekerjaan. Komunikasi tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan sehari-hari, kehidupan lebih luas dan bahkan kehidupan dari masa lalu, kini dan masa yang akan datang.
Kajian komunikasi dalam perspektif hadits banyak memberikan pelajaran bagi kita oleh Triana Santi hal ini menunjukkan bahwa ilmu komunikasi dapat memberikan pemahaman yang lebih luas dari sekedar proses interaksi.
Menurut beliau ada empat hal penting terkait dengan hal ini;
Pertama, komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan suatu pesan melalui media tertentu kepada orang lain (komunikan) dengan harapan adanya suatu efek dari proses tersebut.Diam itu juga komunikasi, apalagi bicara untuk menyampaikan satu pesan tertentu, intinya ketika jumpa satu orang dengan orang lain yang berbeda disana terjadi satu adegan interaksi untuk saling membutuhkan.
Kedua, metode komunikasi Nabi Saw. baik di dalam keluarga sesuai dengan kondisi atau situasinya, baik secara informatif, persuasif, dan koersif/instruktif. Semua perjalanan yang dilakukan dalam kehidupan Nabi dapat dipahami sebagai sebuah proses komunikasi, bahkan bagaimana ia mensikapi satu situasi sekalipun menjadi bagian penting. Mungkin saja ini yang menjadi dasar dari komunikasi nonverbal dalam proses komunikasi yang bermakna.
Ketiga, komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu ikatan keluarga di mana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anak. Hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak di sini bersifat dua arah, disertai dengan pemahaman bersama terhadap sesuatu hal di mana antara orang tua dan anak berhak menyampaikan pendapat, pikiran, informasi atau nasehat. Ini menandakan komunikasis informal yang dijadikan dasar dalam kehidupan sehari-hari diawali dari rumah tangga, kemudian keluarga dan masyarakat yang lebih luas.
Keempat, komunikasi dibangun bukan sekedar satu cara untuk melakukan hubungan di antara anggota keluarga, tetapi justru menjadi alat pengukur untuk mengetahui apakah keluarga itu bahagia dan harmonis.Dari keluarga yang bahagia akan lahir masyarakat yang sejahtera, dan akhirnya menciptakan negara yang kuat.
Ternyata komunikasi adalah indikator penting dari semua yang terjadi pada keluarga, bila panggilan antar anggota menunjukkan kebaikan, apalagi kemesraan itu pertanda adanya harapan masyarakat dan negaranya mendapat keberkahan.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.



















