Dalam rangka Hari Dharma Wanita semua orang mengenang peran wanita yang begitu besar, baik di keluarga, masyarakat terlebih bangsa dan negara. Sosok wanita bukan saja menjadi bagian dari pembangunan nasional bahkan sejak lama pahlawan wanita seperti Kartini, Dewi Sartika, sampai Cut Nya` Dien semua adalah bukti yang tak terbantah atas peran mereka. Sungguh dharma wanita pantas dikenang, diperingati dan dijadikan moment untuk saling berbagi atau menghargai.
Di kantor kepala desa, acara peringan dharma wanita ternyata juga dipenuhi oleh berbagai kalangan, baik dari masyarakat biasa, para kepala dusun, dan yang sedikit berbeda adalah semua membawa dharma wanita nya alias istri masing-masing. Wah sungguh luar biasa hari dharma wanita di desa kali ini. Seragam ibu melebih bendera hari kemerdekaan, setelan serasi antara terusan dan hiasan seakan menjadi pertanda inilah dharma wanita masa kini siap mengabdi.
Dari berbagai sambutan, sejak pembukaan, puisi, sampailah sambutan kepala desa yang sangat terkenal dengan kepemimpinannya. Diawali dari kata pengantar acara, kemudian sambutan dharma wanita, kini kepala desa dipersilahkan untuk menyampaikan sambutannya. Agar lain kali ini sedikit berbeda bapak kepala desa dipersilahkan ke podium sekaligus didampingi istri atau ketua dharma wanita.
Kepala desa; saya senang berdiri disini, melihat kita semua sehat, dan yang utama adalah kita bisa menikmati kebahagiaan bersama keluarga kita khususnya pendamping masing-masing.
Semua hadirin merasa sumringah, melihat senyum kepala desa disambut oleh istri tercinta.
Kepala desa; bapak ibu hadirin sekalian, saya harus jujur menyampaikan, sesungguhnya istri saya benar-benar is-three, alias istri saya benar-benar adalah tiga.
Mendengar kalimat kejujuran dari kepala desa semua hadirin terperangah, ada yang mulai kasak kusuk, apa benar penuh tanda tanya. (terlebih ibu kepala desa seperti tak disangka, mengapa hari yang begini penting kok ada kejujuran yang berbeda, dan ……)
Kepala desa; ya benar ibu bapak.
Yang pertama is-one adalah yang pertama kali saya cintai dalam hidup ini.
Is-one atau teman hidup saya satu atau yang pertama adalah seorang ibu rumah tangga dia selalu bangun sebelum saya bangun, dan dia belum tidur sampai kami semua terlelap.
Sungguh itulah pendampingku sejak aku menikah sampai sekarang, dan kami dikaruniai tiga orang anak, dialah yang membesarkan dan mendidiknya.
Istri kepala desa sedikit bingung, satu sisi ia merasa tersanjung, tetapi harap-harap cemas mungkin akan didengar siapa istri berikutnya.
Kedengaran bisik dari ibu kepala dusun II.a; mungkin benar kepala desa kita istrinya lebih dari satu, siapa yang tahu kalau-kalau selama ini…..
Ah….jangan…jangan, bisik ibu lainnya.
Kepala desa; ok ibu bapak yang saya hormati. (kepala desa berucap seakan setengah grogi semua mata memandang bukan kepada dirinya tetapi kepada istri kepala desa).
Kepala desa mencoba menenangkan dan meneruskan dengan kalimat jujur lagi.
Kepala desa; baik ibu bapak, saya sekali lagi harus jujur….ini saya sampaikan.
Yang kedua Is-two atau pasangan hidup saya yang kedua adalah seorang guru, dia ibu rumah tangga tetapi juga mengisi hari-harinya sebagai seorang pendidik.
Memilih karier untuk bekerja formal yakni pendidik di satuan pendidik, alhamdulillah dia sudah sertifikasi kini telah mendapat tunjangan jabatan.
Istri kepala desa tidak sanggup lagi menahan perasaan, tetapi kali ini ia menatap suami di sampingnya, penasaran seakan siapa guru dimaksud, padahal istri kepala desa sendiri adalah seorang guru. Mengapa tidak pernah mendengar ini, jangan….jangan…..
Kepala desa; ya….ibu bapak, memang kali ini baru saya sampaikan, is-two saya adalah seorang guru, darinya lah saya banyak belajar bagaimana menyeimbangkan kehidupan antara kebutuhan pribadi, keperluan keluarga, atau kepentingan masyarakat.
Kepala desa membisikkan sesuatu kepada istrinya, tetapi semua tidak ada yang tahu seluruh hadirin tampak jelas, suasana ruangan seakan hening, menunggu apa yang akan disampaikan kepala desa berikutnya.
Beberapa kepala dusun justru berbisik diantara mereka; wah….terjadi perang dunia ketujuh mungkin sebentar lagi ini.
Ibu-ibu di sebelah….hus…….
Kepala desa; ibu bapak yang saya hormati, sabar-sabar saya akan teruskan kejujuran saya kali ini. Ist-tree atau pasangan hidup saya kini sedang saya persiapkan menjadi calon anggota legislatif mewakili sebuah partai.
Saya melihat karena beliau memiliki keahlian, kepedulian, dan kemampuan bermasyarakat yang luar biasa, maka saya niatkan untuk memberi jalan baginya agar ia meniti karier lebih tinggi lagi.
Semua hadirin terdiam, tidak ada yang tahu diam karena sudah tak tahan lagi dengan cerita ini, atau diam karena ada apa dibalik cerita kepala desa.
Kepala desa; alhamdulillah, ibu bapak, bapak ibu, semua….is-one, is-two, dan is-three yang saya cerita kan tadi itu semua orangnya sama dialah istri saya yang sedang ada disamping saya ini.
Semua hadirin.ger…..tepuk tangan meriah……
Kepala desa; ya maksudnya saya ingin menjelaskan istri, itu apa artinya dalam hidup ini.
Istri (bahasa Sanskerta: strī yang artinya adalah “wanita” atau “perempuan”) atau bini adalah wanita yang telah dinikahi dan bersuami dengan status menikah, itu benar formalnya. Dalam rangka hari dharma wanita kali ini ingin saya sampaikan, bahwa wanita sebagai bini itu selalu memiliki peran yang sangat banyak, ganda, bahkan luar biasa.
Mereka bukan hanya menjadi orang yang pertama bangun di pagi hari, tetapi siap memberi layanan terbaik untuk anak, bahkan seluruh anggota keluarga. Bayangkan disaat yang sama mereka juga harus bekerja sesuai dengan profesinya, memilliki tanggungjawab untuk sebuah kegiatan. Pulang ke rumah bukan seperti kita para bapak dan kepala rumah tangga, sementara istri tetap juga bekerja menyiapkan makan, minum bahkan tempat tidur yang nyaman.
Para bapak dan ibu hadirin justru kali ini bukan lagi mendengar serius apa yang disampingkan kepala desa, mereka justru gagal fokus melihat ibu kepala desa yang matanya berkaca-kaca dihadapan hadirin. Tampak ibu kepala desa menghapus air mata dengan tisu putih sambil terisak sedih.
Seorang ibu dharma wanita dari perangkat desa, mencoba memecahkan kebekuan suasana.
Hidup dharma wanita, semua menyambut hidup dharma wanita, hidup kepala desa, hidup ibu dharma wanita kita……
Hem….cerita hari dharma wanita memang banyak serunya, ternyata dari esmosi, sampai sedikit sedih, namun ada yang memang benar istri itu is-three, satu perempuan banyak peran. Berterima kasihlah kita pada istri tercinta. Istri memang adalah pasangan suami, tapi ia juga ibu dari anak-anak dan ia adalah juga seorang anak atau saudara dari keluarga besarnya.
Ok lah selamat hari dharma wanita, dengan semangat Pak Marmuj menyampaikan.
Pak salah, hari dharma wanita itu 5 agustus, sudah lewat…. oalah….Pak Marmuj….Pak Marmuj…memanglah.
Tiga hal hikmah yang dapat kita ambil dari cerita ini adalah:
Pertama; suami istri adalah pasangan hidup yang tidak mungkin sama, memilih peran yang berbeda, tetapi sepakat tujuannya satu untuk membangun rumah tangga.
Kedua; istri memiliki banyak peran, dia adalah pemegang posisi sentral dalam keluarga, kepada anak, kepada keluarga besar, bahkan kepada orang lain. Untuk itu beri penghargaan kepada mereka dengan cara jangan ganggu ketika ia istirahat.
Ketiga; berbagai peran istri dalam kehidupan tidak satupun yang dapat digantikan oleh orang lain. Benar dalam ajaran agama bahwa empat orang yang akan melindungi seorang ibu; pertama ayahnya, kedua saudara lelakinya, dan ketiga suaminya dan keempat anak lelakinya.
Ketujuh kita setuju berkolaborasi mengeksplorasi sejarah, lewat kisah kita bercari ibrah.
Catatan; kisah ini diinspirasi dari berbagai sumber.