Setelah kegiatan peringatan 17 Agustus 2025 selesai, sebagian orang merasa kelelahan, ada pula yang senang, sebagian orang tua yang memiliki anak turut gembira dapat hadiah walau satu pinsil dan buku tulis.
Itulah 17 Agustus, identik dengan bendera merah putih, ramai, perlombaan juga hiburan. Dari istana negara, sampai lapangan merdeka, bahkan di kecamatan sampai desa semua tumpah ruah untuk memperingati hari kemerdekaan yang sudah 80 tahun.
Acara berlangsung, tak ada komando, semua dengan kesadaran mau gotong royong untuk kebersihan, pasang bendera dan keluar rumah tanpa aba-aba siap siaga. Bahkan iuran untuk kegiatan yang meriah dengan keikhlasan terkumpul walaupun tidak ditarget jumlah besarannya. Sungguh warga kota, desa yang pasti warga negara di saat inilah menunjukkan bahwa ia juga patriot yang siap mengisi kemerdekaan.
Di dusun ada pertandingan, di desa ada keramaian, di sekolah pun ada pembagian hadiah hasil perlombaan, ya semuanya tidak terlepas dari kegiatan bersama untuk tujuan bersama. Di sinilah Pak Marmuj dan teman-teman guru seperti baru saja melepas kelelahan memberi hadiah pada seluruh muridnya. Semua dapat, yang penting bahagia, ok lah ada juara satu, tetapi semua anak pulang harus dapat hadiah, dari sinilah perbincangan di ruang guru pun seperti biasa terjadi.
Pak Marmuj; kita patut bersyukur semua sudah selesai, peringatan 80 tahun kali ini memang spesial.
Pak Pertu; oh ya pak, semua selesai, senang rasanya semua anak bawa hadiah tidak ada yang nangis seperti tahun lalu, karena kali ini semua bawa bingkisan hadiah.
Pak Marmuj; ini semua karena kerjasama kita, tidak ada yang lebih hebat, kita kerjasama kolaborasi, tidak ada pemimpin tidak ada ketua, tidak ada anggota semua jadi kerja.
Pak Pertu; siap pak tahun depan kita buat lagi.
Pak Marman; ok Pak Marmuj, apa sih bedanya antara kepala, ketua, pemimpin, manajer, dan ada lagi itu pak bos?
Semua guru jadi terdiam, biasa Pak Marmuj bila ditantang dengan pertanyaan, maka beberapa petuah yang mengandung ilmu pengetahuan akan keluar.
Pak Marmuj;
Pertama, kepala adalah bagian tubuh yang di atas leher merupakan tempat otak, pusat jaringan saraf, dan beberapa pusat indra. Jadi kepala itu otaknya dalam satu bagian yang mampu memerintah, mengendalikan dan memberi pertimbangan. Ingat jadi kepala itu mampu mengendalikan.
Pak Marman; contohnya pak.
Pak Marmuj; banyak contoh kepala, ada kepala negara dialah presiden, kepala kantor ya itu pak kepala sekolah, kita semua juga kepala.
(semua guru tertuju pada Pak Marmuj yang biasanya ada hal mengejutkan).
Pak Marmuj; tahu kita semua adalah kepala keluarga, yakni orang yang bertanggungjawab terhadap suatu keluarga. Ingat tidak ada kepala rumah tangga yang benar adalah kepala keluarga. Ok kita lanjutkan.
Kedua, ketua adalah orang yang tertua dan banyak pengalamannya untuk mengatur satu kegiatan. Kegiatan apa saja, apakah itu perlombaan, syukuran, sudah jelaskan, yang ini banyak contohnya.
ketiga, pemimpin adalah orang yang memiliki keahlian dalam mengatur, membimbing, menuntun orang lain serta mengarahkan untuk satu tujuan.
Keempat, manajer adalah orang yang berwenang dan bertanggungjawab membuat rencana, mengatur, memimpin, dan mengendalikan pelaksanaan satu kegiatan dalam mencapai tujuan agar efektif dan efisien.
Sudah cukup……
Pak Marman; bos satu lagi, eh….maaf pak, bos satu lagi apa itu pengertian bos.
Kelima, bos itu cuma singkatan.
Pak Marman; singkatan maksudnya pak.
Pak Marmuj; bos itu singkatan dari Bukan Orang Sembarangan.
Pak Marman; betul juga itu ya pak, jadi semua orang yang bukan sembarangan itu boleh disebut bos, seperti dana BOS dana yang dikelola tidak boleh sembarangan.
Pak Marmuj; hemmm….benar…benar. Memang sudah menjadi hukum sosial, bahwa ketika berkumpul dua orang atau lebih maka akan muncul satu yang lebih di antara mereka.
Pertama tujuannya untuk menjadikan kumpulan itu akan lebih terarah dan terkendali, kedua tujuannya untuk menetralisir bila ada konflik diantara anggota, dan ketiga menjadi kekuatan untuk menghadapi kelompok lain.
Dalam hidup ini tidak ada orang yang sendiri dalam kehidupannya, bahkan di lingkungan keluarga pun ada dua orang atau lebih maka perlu kepala keluarga, apalagi di masyarakat, terlebih di kegiatan insidental seperti peringatan 17 Agustus maka perlu orang yang memiliki keahlian untuk diangkat menjadi orang nomor satu. Sesuai dengan fungsi, tugas dan tujuannya tinggal pilih antara; kepala, ketua, pemimpin, manajer, atau bos.
Duduk santai tapi semakin serius pandangan Pak Marmuj, kita harus ingat organisasi itu akan maju bila dipimpin oleh orang yang tegas seperti tentara. Siap maka jadilah pemimpin, tidak siap maka rela dipimpin, tidak boleh di tengah-tengahnya lebih baik keluar….. (Pak Marmuj sambil menunjuk pintu). semua teman-teman sedikit terhenyak,. tapi pak Marmuj menghilangkan kesan kata-katanya maksudnya saya sambil keluar negeri….hahahahahha ini bercanda…..semua jadi tenang lagi.
Pak Marman; nah kalau Pak Marmuj cocoknya jadi yang mana ya, jadi ketua atau jadi ketua ya?
Semua guru kompak: cocok jadi Ketua.
Pak Marmuj; lho….kenapa saya jadi ketua?
Ya pak ketua arisan programnya makan makan gratis. Hahahahahahahaha.
Pak Marmuj; ya sudahlah, kalau jadi ketua memang tak boleh lelah ya.
Tiga hal hikmah yang dapat kita ambil dari cerita ini adalah:
Pertama; setiap kita adalah pemimpin, paling tidak adalah pemimpin keluarga untuk menuju rumah tangga yang baik, bahagia dan sejahtera.
Kedua; kelebihan dan kelemahan setiap orang dalam satu kelompok itu adalah fitrah, saling mengisi, saling berbagi, mengingatkan dan bersama memperjuangkan disinilah perlu seorang bertindak menjadi panutan.
Ketiga; tidak ada yang paling hebat antara kepala, ketua, pemimpin, manajer atau bos, sesuai dengan fungsi, tugas dan tujuan semua dituntut untuk bertanggungjawab terhadap semua orang di sekitarnya, bahkan di hadapan Tuhan.
Ketujuh kita setuju berkolaborasi mengeksplorasi sejarah, lewat kisah kita bercari ibrah.
Catatan; kisah ini diinspirasi dari berbagai sumber.



















