Sekiranya bangunan lahir seperti rumah dan jembatan-jembatan dapat kita bangun dengan sifat darurat, tetapi bangunan budi ini tidak dapat kita daruratkan, dengan arti kita tegakkan kembali budi kita dengan seadanya saja, malah budi ini wajib kita bangun begitu rupa, merupakan bangunan jiwa yang sungguh sempurna. (Bustami Ibrahim, 2016:13).
Pendidikan adalah investasi jangka panjang, dan panjang sekali sepanjang kita memikirkan masa depan. Apakah masa depan itu sangat panjang sehingga jauh untuk dijangkau tergantung kita mempersepsikannya.
Pandangan kita yang pertama bahwa semakin jauh kita melihat sesuatu maka semakin abstrak dan buram kita memaknainya, pandangan kedua, semakin dekat kita memperhatikan sesuatu maka semakin konkret dan nyata kita merasakannya.
Mungkin saja ada pandangan ketiga yang memadukan atau mensintesa dari keduanya, jauh dan dekat ada kelebihan dan kelemahan diantara keduanya.
Mengapa pendidikan mesti dipersepsikan sesuatu untuk jangka yang panjang dan jauh, karena memang pendidikan itu memikirkan manusia seribu tahun lagi, bahkan dengan pendidikan kita dapat meramal, merekayasa dan intinya mempersiapkan apa yang akan kita lakukan untuk masa depan yang jauh tersebut.
Untuk itulah dasar-asar pendidikan harus ditata dengan matang dimulai dengan perencanaan, pengelolaan, pengendalian, evaluasi dan rencana keberlanjutan.
Merancang pendidikan yang jauh di masa depan, salah satunya adalah budi pekerti, atau akhlakul karimah mungkin juga karakter bangsa. Ketiganya tidak dapat dilahirkan “ujug-ujug”, atau tiba-tiba , tetapi harus dianalisis, dikaji bahkan dilihat kemungkinan yang akan terjadi jauh ke depan.
Bila karakter disusun sedemikian rupa artinya diharapkan mampu meneruskan, mengawal bahkan memprediksi kebaikan dari anak bangsa di masa depan. Lantas hal yang dapat dilakukan terkait hal ini adalah;
Pertama, lihatlah apa yang terjadi pada masa lalu, bahwa membangun budi seseorang bukan sebentar, tetapi perlu waktu yang cukup lama. Maka rencanakan agar benar-benar bermanfaat untuk masa depan yang jauh.
Kedua, perhatikan kehancuran moral anak bangsa, bukan terjadi karena hal kecil, tetapi ada yang laten bahkan siklus dari gejala yang tidak dipedulikan. Maka lakukan analisis mendalam tentan budi anak bangsa hari ini, dari mana kita harus memulai membangun dan mengembangkannya.
Ketiga, boleh saja kita merencanakan hal yang jauh tentang budi anak bangsa di masa depan, tetapi kita juga harus ingat apa yang kita hadapi hari ini untuk segera di atasi. Maka lakukan perencanaan jangka panjang, menengah dan juga jangkah pendek terkait pendidikan budi.
Keempat, tidak ada pendidikan yang paling ideal diterapkan di semua tempat, disetiap orang, bahkan di segala zaman, yang ada adalah kemampuan kita beradaptasi terhadap perubahan atas apa yang sedang terjadi. Maka adaptasi dan solusi bijak adalah hal utama untuk pendidikan budi yang dimulai dari diri kita sendiri.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.