Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, yang dapat dideteksi, melalui persepsi, nalar kritis intelektual karena persepsi merupakan proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami lingkungannya baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan maupun penciuman. (Ahmad Khalid, 2012:1)
Apa saja yang ada di hadapan kita dapat kita lihat, kita dengar, kita cium, dan kita hayati menjadi makna. Sengaja melihat sesuatu tentu memiliki dasar untuk dijadikan pengetahuan lewat pengalaman.
Begitu juga dengan mendengarkan secara saksama maka kita akan mendapatkan banyak pertimbangan informasi, dan akhirnya bau gelagat dari satu keadaan dapat kita cium lewat rasa. Itulah dasar-dasar pengetahuan yang diperoleh manusia, siapa saja, di mana saja dan kapan saja dapat terjadi.
Lingkungan yang memberikan berbagai pandangan menjadi informasi pengetahuan bila ditata sedemikian rupa. Dari sekadar pandangan menjadi pemandangan bahkan pemandangan menjadi inspirasi untuk dapat dimengerti, dimaknai berkaitan dengan kehidupan manusia.
Dari selentingan kita dengar, kemudian secara serius kita mengikuti alur berita, akhirnya kita dapatkan berbagai sudut pandang dari sini pengetahuan mendapatkan sintesa baru. Sampai akhirnya kita dapat mengetahui gelagat apa yang sedang terjadi, gejala apa yang berlangsung, kemudian kita dapat memperhitungkan atau memprediksi sesuatu.
Pengetahuan diawali dari proses penginderaan, kemudian lewat proses kognitif, kita mendapatkan persepsi yang benar. Dari sinilah akhirnya nalar kritis dimulai dan kita akan mendapatkan pengetahuan tentang hidup dan kehidupan.
Kritis artinya kita mencoba menghubungkan satu gejala dengan gejala lain secara baik dan benar. Pendidikan bolah jadi bukan sekadar gejala kebutuhan manusia tetapi menjadi bagian dari upaya membangun harkat dan martabat manusia.
Ahmad Khalid menulis tentang makna pendidikan ini adalah diawali dari adanya kebutuhan dasar manusia, dengan pengetahuan yang ia miliki menjadi pengembangan diri dalam kehidupannya.
Menurut Ahmad Khalid, bahwa pendidikan khususnya pendidikan Islam sangat terkait dengan karakteristik nilai. Karakteristik nilai-nilai pendidikan Islam, orientasi pendidikannya (lapangan pekerjaan), antusias masyarakat masa kini terhadap nilai-nilai pendidikan Islam dan implikasinya dalam kemajuan sosial dan tingkat, jenis dan tempat-tempat aplikasi nilai-nilai pendidikan Islam di masyarakat dan kecenderungannya serta bagaimana upaya-upaya masyarakat mempertahankan dan mengembangkan pengetahuan nilai-nilai pendidikan Islam.
Inilah gambaran bahwa pendidikan Islam itu harus didasarkan pada pengalaman, kemudian dinalar menjadi pengetahuan dan akhirnya disesuaikan dengan kebutuhan tujuan hidup.
Dari sini pengetahuan menjadi bekal dan sekaligus pelindung kehidupan, dan akhirnya diketahui, dialami dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.