Bayan adalah istilah yang mencakup berbagai makna yang memiliki kesamaan pokok tetapi beragam cabangnya. Setidaknya, yang dimaksud dengan makna-makna yang sama pokoknya tetapi beragam cabangnya itu adalah penjelasan kepada mitra bicara yang Al Qur'an turun dengan menggunakan bahasanya. Bagi mitra bicara yang memahami bahasa Arab ini penjelasan tersebut sangat berdekatan (tidak kontradiksi), meskipun sebagiannya lebih kuat dalam menegaskan penjelasan daripada sebagian yang lain. Sedangkan bagi orang yang tidak memahami bahasa Arab penjelasan ini terlihat kontradiktif. (Imam Asy Syafi`i,2014:145).
Al Qur`an adalah bacaan sempurna yang tersusun dengan sistematis menjadi petunjuk bagi manusia dalam hidup dan kehidupan. Kedalaman isi kandungan Al Qur`an sampai sekarang tidak ada yang dapat mengukurnya, tetapi justru semakin didalami semakin kita merasa di pinggir lautan tak bertepi. Salah satu kedalaman isi Al Qur`an adalah bahasa yang digunakan mengandung banyak makna, tetapi justru konsisten dalam menetapkan satu perkara.
Seorang Imam Syafi`i yang sejak muda telah jatuh cinta terhadap Al Qur`an, menjadikan dirinya terus menerus mendalami berbagai makna Al Qur`an baik sebagai bahasa, karya, maupun pola kata yang penuh teka teki. Dimulai dari pemaknaan upaya mendalami ilmu Al Qur`an lewat Bayan sebagai sebuah istilah.
Menurut beliau bahwa apa yang dijelaskan Allah kepada manusia di dalam Kitab-Nya mengambil beberapa bentuk:
Pertama, apa yang dijelaskan Allah kepada manusia secara nash, seperti sejumlah ketetapan-Nya bahwa mereka wajib shalat' zakat, haji, dan puasa. Juga ketetapan Allah tentang perkara-perkara keji, baik lahir maupun batin meredaksikan keharaman zina, khamer, makan bangkai darah dan daging babi menjelaskan kepada mereka cara melaksanakan fardhu wudhu, serta hal-hal lain yang dijelaskan-Nya dalam bentuk nash'.
Sampai di sini kita diajak memaknai Al Qur`an sebagai sebuah sumber hukum yang tidak diragukan. Semua perintah jelas dan dapat dimengerti oleh orang awam sekalipun, awam maksudnya memiliki sedikit ilmu tentang agama.
Kedua, apa yang ditetapkan kewajibannya dengan Kitab Nya, dan dijelaskan tata-caranya melalui lisan Nabi-Nya, seperti jumlah rakaat shalat, zakat, dan waktunya, serta kewajiban kewajiban lain yang diturunkan Allah melalui Kitab-Nya. Akhlak Rasul adalah Al Qur`an ini benar-benar mengandung makna personifikasi ajaran yang diperintahkan Allah tidaklah jauh dari kehidupan manusia. Nabi Muhammad menjadi bukti nyata apapun yang diperintahkan dan dilarang dalam Al Qur`an dapat dilakukan oleh manusia biasa, kapanpun dan dimanapun.
Ketiga, apa yang ditetapkan Rasulullah SAW namun tidak ada nash hukum dari Allah di dalam Al Qur'an. Di dalam Al Qur`an Allah & telah mewajibkan taat kepada Rasulullah saw dan mengikuti hukumnya. Barangsiapa menerima suatu hukum dari Allah, maka pada hakikatnya ia menerimanya dari Allah.
Sebagai sebuah rangkaian perintah, maka pengakuan kita kepada Allah sekaligus menjadikan nabi Muhammad sebagai hambanya, ini memberi jalan bahwa apapun yang diperintah selalu seiring dan tidak pernah bertentangan sekalipun. Allah, Al Qur`an dan nabi Muhammad adalah tiga rangkaian yang menyatu dalam setiap perintah maupun larangan dalam hidup beragama.
Keempat, apa yang Allah wajibkan kepada manusia untuk berijtihad dalam mencarinya, serta menguji ketaatan mereka dalam berijtihad, sebagaimana Allah menguji ketaatan mereka dalam perkara lain yang juga diwajibkan Allah kepada mereka.
Ajaran yang diberikan atau diturunkan memang terikat dengan tempat dan waktu, namun nilai-nilai yang disampaikan selalu melintasi segala macam rintangan. Ini disebabkan prinsip dari ajaran tersebut memberi ruang kepada manusia untuk melakukan pemaknaan, penafsiran bahkan inspirasi untuk mengetahui hal-hal yang lebih luas.
Ijtihad adalah satu istilah yang menjadi kata kunci bagi manusia untuk melakukan pemaknaan secara independen tentang Allah dan Al Qur`an, namun tetap bertanggungjawab.
Kesimpulan kita tentang Bayan dalam pembahasan Imam Syafi`i adalah bahwa tidak ada alasan bagi orang yang tidak memahami bahasa Arab untuk jauh dari Al Qur`an. Karena penjelasan dan makna yang dikandungnya selalu memberi ruang untuk dipahami, dimengerti bahkan ada contoh nyata dari Nabi.
Jauhnya kehidupan Nabi Muhammad dengan waktu hari ini bukanlah ukuran untuk menjauhkan diri dari ajarannya, tetapi bila kita konsisten maka seluruh perkara dalam beragama dapat diselesaikan.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.