Kesimpulan dari adab membaca Al Qur`an adalah Al Qur`an hendaknya benar-benar dianggap sebagai firman-firman Allah swt, yang kita sembah, sebagai perkataan Djat Yang kita cintai dan kita cari. Bagi seorang yang telah merasakan cinta tentu mengetahui nilai surat cinta, tulisan, atau ucapannya, yang benar-benar terasa di dalam hati. Perasaan dan gelora cinta yang ada pada saat itu tidak mungkin dapat dilukiskan dengan rumusan dan kata-kata. (Maulana, 2006:6).
Membaca adalah sebuah kemampuan untuk mendapatkan pengetahuan, dengan keterampilan tertentu kita memperoleh pesan dari apa yang kita baca.
Apakah pesan tersebut dapat diteruskan menjadi sikap, kepribadian bahkan menjadi adab untuk kehidupan? Tentu ini perlu didiskusikan lebih lanjut. Membaca dapat dibedakan dalam empat hal yakni sebagai berikut;
Pertama, niat. Niat adalah satu keadaan hati yang dikuatkan untuk melakukan sesuatu. Niat membaca Al Qur`an memang beragam dilakukan oleh ummat Islam, seperti anak-anak mungkin saja untuk mendapatkan hadiah, atau juga untuk mengikuti ujian sebagai target setoran tetapi juga ada yang berniat untuk mengerti dan memahami kandungan isinya. Niat membaca Al Qur`an akan semakin membaik bila didasarkan pada ilmu pengetahuan tentang Al Qur`an itu sendiri.
Kedua, keterampilan. Keterampilan adalah tingkatan keahlian yang harus dimiliki dalam sebuah tindakan atau kegiatan. Keterampilan membaca Al Qur`an diawali dari Tahqiq membaca dengan tajwid sebagai standart awal. Tartil membaca perlahan namun mulai mengerti makna atau mentadabburi. Tadwir membaca dengan cepat tetapi tetap memenuhi standar aturan tajwid. Dan terakhir hadar yakni mampu membaca cepat sesuai dengan kebutuhan namun tetap memenuhi standart tajwid dan kaidah pembacaan Al Qur`an.
Ketiga, kebutuhan. Kebutuhan membaca Al Qur`an itu setiap ummat berbeda satu dengan lainnya, karena memang membaca adalah sangat personal dan dapat dilakukan kapan saja, dimana saja sesuai dengan kaidah yang berlaku. Ada sebagian saudara kita membaca Al Qur`an terjadwal setiap malam, atau hanya satu kali satu pekan, tetapi ada yang ikut dalam WAG untuk dikirim pada saudaranya yang meninggal. Personal yang dimaksud sesungguhnya membaca Al Qur`an sesuai dengan keadaan hati dan jiwanya, ini mungkin akan lebih bermakna. Karena setiap bacaan yang didengar, dimaknai akan menjadi obat hati, dan menenangkan jiwa, jadi jelas bukan terjadwal.
Keempat, keberkahan. Keberkahan membaca Al Qur`an akan didapatkan bagi orang yang telah menetapkan niat dengan baik, memiliki keterampilan yang mumpuni, sampai kebutuhan yang tak terjadwal (setiap saat). Keberkahan membaca Al Qur`an bukan hal yang diterima sesaat, spontan atau akibat dari satu kegiatan tunggal, tetapi rangkaian dari perjalanan hidup dan sikap terhadap lingkungan sampai pada menemukan makna.
Makna membaca Al Qur`an yang dilakukan dengan niat semata karena sang pencipta, meningkatkan kemampuan dengan sungguh-sungguh, bahkan membaca bukan karena sesuatu.
Di balik itu keberkahan akan didapatkan dalam kehidupan sehari-hari, berpekan-pekan, berbulan-bulan, sampai bertahun-tahun ke depan menanti kematian hidup berteman dengan Al Qur`an.
Inilah mungkin jalan menemukan adab membaca Al Qur`an di mana Al Qur`an hendaknya benar-benar dianggap sebagai firman-firman Allah swt, yang kita sembah, sebagai perkataan Djat Yang kita cintai dan kita cari.
Jadi dari belajar membaca Al Qur`an kita ditujukan menjadi sebuah adab. Akhirnya Al Qur`an, Adab dan Cinta menyatu dalam diri seseorang di sanalah kita akan mendapatkan kebahagiaan sejati.
Tak perlu jauh ke ujung dunia, tak perlu sampai tua menunggu waktu, dan tak perlu ribuan teman atau guru untuk didatangi, Al Qur`an ada di hadapan kita, adab ada dalam tingkah laku kita dan akhirnya cinta yang kuat dari dalam dapat memulainya.
Dari adab ini maka kita akan mendapatkan atau merasakan cinta dengan mengetahui nilai surat cinta, tulisan, atau ucapannya, yang benar-benar terasa di dalam hati.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.