Ilmuwan pada dasarnya adalah orang yang sangsi, yang selalu meragukan setiap data ilmu. Hasil-hasil penyelidikan dianggap bersifat sementara dan tidak diterima kecuali kalau hasil-hasil itu dapat dibuktikan kebenarannya. (Furchan, 2007:20).
Penelitian dilakukan oleh adanya masalah, masalah itu adalah adanya perbedaan antara kenyataan dan harapan. Kenyataan dapat diperoleh dari angka, fakta dan gejala, sementara harapan dirujuk dari asumsi, teori dan regulasi.
Perbedaan diketahui dari alat ukur yang universal berbeda bisa pada tataran ontologi, bisa di epistimologi, dan bahkan berbeda pada aksiologi.
Masalah dapat saja dari kehidupan sehari-hari, dari kegiatan organisasi, dari kegiatan pendidikan dan pembelajaran dan lain sebagainya. Masalah ada yang harus segera diselesaikan, ada pula yang menjadi bagian dari proses di mana organisasi terus berjalan dengan masalah, bahkan ada orang yang bekerja mencari masalah,
Peneliti berangkat dari upaya melihat kenyataan sebagai sebuah keadaan yang harus direkam secara jujur untuk mendapatkan apa adanya.
Semua yang ada di depan mata kita dapat direkam menjadi angka-angka, tidak ada yang tidak mungkin, inilah pendekatan kuantitatif, berapa jumlah dengan bilangan cacah, bahkan gempa bumi pun bisa diukur dengan angka lewat skala.
Kita juga mengetahui bahwa senyum dan marahnya seseorang pun dapat diukur dengan angka itulah paradigma kuantitatif dalam penelitian.
Berikutnya data, dapat diperoleh dari kumpulan beberapa angka yang memang disusun ditata dan disajikan oleh pihak yang berwenang. Data statistik, data demografi yang disajikan adalah abstraksi dari keadaan apakah itu untuk jangka satu tahun, untuk satu daerah, atau untuk satu unit, atau bahkan untuk satu kegiatan.
Dengan data peneliti akan menjadikan dasar untuk memaknai apa yang sedang dan akan terjadi. Aplikasi googletrend banyak membantu dalam hal ini.
Fakta terjadi sekali saja, dan tidak mungkin terulang dalam dunia nyata. Maka rekaman terhadap fakta, lewat saksi, atau teknologi CCTV adalah penting untuk informasi sebagai dasar mencatat apa yang sebenarnya terjadi. Semakin banyak informasi terhadap fakta dari berbagai sisi, maka semakin akurat pengetahuan peneliti tentang fakta.
Pada bandul pengetahuan yang lain, maka asumsi adalah penting, seorang peneliti telah memiliki modal utama sebelum terjun kelapangan. Asumsi menjadi dasar dari mana seorang peneliti akan memulai, melakukan dan mengembangkan kegiatan peneltiian.
Pada tingkat yang lebih umum ada yang disebut dengan teori. Teori ini bukan saja abstraksi dari berbagai kenyataan dalam kehidupan selama ini, tetapi juga menjadi tolok ukur tingkat kebenaran yang akan diuji, diteruskan, atau dibantah.
Jadi peneliti yang menggunakan teori salah satu tujuannya untuk menemukan jalan ilmu pengetahuan yang selama ini telah ada di dunia ini.
Regulasi adalah sesuatu yang menjadi dasar bahwa ada nilai yang harus dijaga, dipelihara dan dijadikan standar dalam kehidupan sehari-hari.
Regulasi dapat berbentuk aturan seperti Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Desa, sampai Tata Tertib organisasi, atau kode etik profesi.
Peneliti tidak dapat melepaskan diri dari regulasi karena semua gejala harus diukur dengan nilai-nilai yang terdapat pada regulasi ini.
Penelitian sesungguhnya meramu bagaimana fenomena yang terjadi di alam semesta, di lingkungan sosial mengapa bisa terjadi, bagaimana kejadian yang sebenarnya, dan apa yang akan ditimbulkan akibatnya.
Menghubung-hubungkan antara angka, data, fakta, asumsi, teori, dan regulasi sangatlah kompleks dan melahirkan berbagai formulasi.
Di sinilah peneliti melakukan tugas utama ia harus mengungkap kebenaran, tanpa tendensius kepentingan pribadi, apalagi untuk pesanan sebuah donatur penelitian yang hasilnya telah ditetapkan.
Penelitian salah satu tugasnya adalah membuktikan kebenaran, begitu juga sebaliknya kebenaran itu salah satu pembuktiannya lewat penelitian. Tetapi yang paling penting adalah peneliti harus taat terhadap asas bagaimana kebenaran itu tidak mengenal siapa yang meneliti, kapan diteliti, dan untuk apa itu diteliti.
Kebenaran tetap kebenaran, dan pasti ketahuan bila ada satu saja asas yang dilanggar apalagi dikebiri atau disembunyikan. Makanya seperti mengutak-atik angka, memanipulasi data, serta memutarbalikkan fakta, adalah awal dosa yang terus berkelanjutan dalam penelitian.
Begitu juga kekeliruan asumi, memilih dan memilah teori, serta menyembunyikan regulasi adalah kesalahan fatal dalam mengukur kebaikan.
Mau jadi peneliti atau menegakkan kebenaran? Tergantung yang penting kita hadir untuk menyelesaikan masalah, maka jalanilah hidup untuk tidak meninggalkan masalah pada diri sendiri terlebih untuk orang lain.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.