Oleh Prof Dr Mardianto MPd
Pendidikan memerlukan perencanaan, perencanaan merupakan salah satu aspek dalam manajemen, dan perencanaan dalam manajemen pendidikan nasional menentukan keberhasilan pencapaian tujuan nasional, yaitu mencerdaskan manusia Indonesia (salah satunya). Upaya pencapaian tujuan nasional akan berhasil dengan baik jika perencanaan pendidikan saat ini memperhatikan perkembangan domestik dan global. (Irwan Nasution, 2006).
Kegiatan pendidikan dilakukan di mana saja, kapan saja oleh siapa saja. Dalam bentuk yang paling sederhana pendidikan dapat dilakukan di kelas yang kecil, tetapi sebagai sebuah proses yang bertanggungjawab, maka tetap mengikuti aturan. Hal ini dimaksudkan agar pendidikan dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Aturan pertama adalah pendidikan merupakan hak dasar manusia, siapa saja dimuka bumi mendapat kesempatan yang sama untuk mengikuti kegiatan pendidikan. Dari dasar tersebutlah maka asumsi semua anak memiliki kemampuan, potensi harus diberi tempat dan kesempatan untuk menentukan masa depannya. Dan kegiatan pendidikanlah yang memberikan ruang belajar mereka dengan sebaik-baiknya.
Aturan kedua adalah bahwa pendidikan harus merujuk pada sistem yang lebih besar, yakni suprasistem pendidikan, dalam hal ini Dinas Pendidikan bahkan sampai Kementerian Pendidikan Nasional. Aturan-aturan tersebut menjadi rujukan dalam menyelenggarakan pendidikan dari sejak merencanakan, mengelola sampai mengevaluasi.
Aturan ketiga adalah, pendidikan berlangsung bukan saja tanggung jawab individu, tetapi tanggung jawab komunal kemanusiaan. Kebutuhan individu untuk meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia, harus diiringi dengan kesempatan yang diberikan oleh pihak penyelenggara pendidikan. Dalam hal inilah manajemen pendidikan berperan penting untuk menata, mengatur, mengelola bahkan mengendalikan kegiatan pendidikan.
Aturan keempat adalah pendidikan merupakan sistem yang teratur, terukur dan terkendali. Semua aturan memiliki hubungan satu dengan lainnya, dari kelas yang kecil sampai kelas global memiliki hubungan.
Sebagai contoh trend masa depan, teknologi masa kini harus menjadi bagian penting dalam mengembangkan kurikulum dan media pembelajaran. Ukuran atau evaluasi atau juga standar global harus menjadi rujukan dalam menetapkan kelulusan dalam dunia pendidikan.
Seorang pendidik inspiratif, ia tidak dibenarkan berpikir sendiri, di kelas sendiri dan menentukan sistem pembelajaran sendiri. Pendidik yang benar adalah memiliki berpikir sistemik dari kelas yang kecil sampai kelas global dalam satu pertimbangan penentuan kegiatan pendidikan.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.