Setelah sibuk sepekan sebagian masyarakat ada yang keluar kota melepas penat untuk tamasya atau liburan. Banyak tujuan tentu dengan berbagai harapan melepas kepenatan kerja, silaturahmi sampai menjalin ukhuwah untuk seluruh anggota keluarga, anggota masyarakat bahkan komunitas. Itulah situasi di mana tanggal merah atau pakansi di akhir pekan menjadi pilihan untuk berlibur baik dekat, jauh, dalam dan luar kota.
Sedikit berbeda di lingkungan Pak Marmuj, lalu lalang mobil kadang plat merah atau bahkan luar daerah seliweran atau keluar masuk gang di sudut desa. Hal ini sudah lama terjadi, namun sedikit curiga tidak ada alasan, setelah diketahui ternyata di sana ada seorang paruh baya dapat mengobati beberapa penyakit kronis. Kabar dari luar desa justru lebih santer dibanding lingkungan Pak Marmuj tinggal.
Duduk di joglo sudut desa Pak Marmuj tampak asyik bercengkerama dengan warga. Pak Kepala dusun (Kadus); ada apa Pak Marmuj sepertinya angguk-angguk, senyum-senyum sendiri.
Pak Marmuj; ah…nggak… cuma ini, kok saya dengar dari luar sana katanya di desa kita ada orang pintar yang bisa mengobati penyakit kronis ya. Kok malah kita yang disini tidak tahu.
Pak Kadus; tak mengapalah Pak Marmuj, kan memang ada profesi yang tidak mesti bermanfaat langsung untuk lingkungannya.
Pak Marmuj; ah…apa ada pak Kadus?
Pak Kadus; banyak pak, contoh ya itulah ada orang pintar, dia pintar mengobati orang lain, kesohor sampai dimana-mana, tetapi tidak bisa mengobati anak dan keluarganya sendiri, konon pula tetangga dan lingkungannya.
Pak Marmuj; oh…yayaya… betul juga, adalagi pak?
Pak Kadus; ada lagi pak, itu ada ustadz besar dia malah dipakai kompleks orang-orang besar, orang kaya, di Masjid kita dia malah tidak pernah, kita jadi bingung karena bayarannya tidak pas, atau memang kita tidak membutuhkan.
Pak Marmuj; ah…apa benar itu pak?
Pak Kadus; ada lagi pak itu pak Guru.
Pak Marmuj; ah yang benarlah pak saya juga guru,
Pak Kadus; itu pak katanya dia di kampus pangkatnya Guru Besar, profesor lah gitu, dia tidak mau gabung-gabung dengan kita di desa apalagi duduk di joglo seperti ini, katanya ilmunya untuk institusi pemerintah lah, untuk laboratorium lah di seminarlah, kan dia tidak dipakai di desa ini pak. Bagaimana benarkan.
Pak Marmuj; hem……….gitu ya. Tapi pak….
e….begini, mungkin mereka menjaga ilmunya, dan sibuk dengan jadwal di luar kota, kan yang baik desa kita juga pak.
Takutnya pak Profesor itu bicara kita tidak tahu artinya, maka lebih baik diam dari pada banyak bicara. Maaf. Maaf……..
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata,
“Bicaralah kepada orang lain sesuai dengan apa yang mereka pahami. Apakah Engkau ingin Allah dan Rasul-Nya didustakan?” (HR. Bukhari no. 127)
Jadi mungkin kita di desa takut salah tanggap, begitu pak Kadus. Ok….tidak baik juga kalau kita ganggu profesi mereka, yang penting mereka tidak menganggu profesi kita. Bagaimana pak Kadus…cocok?
Pak Kadus; ya untung saja ada satu guru yang mau gabung, bahasanya merendah, hebat di sekolah, tapi mau ngobrol, ya itulah Pak Marmuj. Walaupun ada kurangnya.
Pak Marmuj; hem…….(tersipu, bangga). Eh…. apa pak kurangnya……….biar saya lengkapi.
Pak Kadus; kurangnya itulah…..jarang mentraktir makanan….kalau ke warung selalu ditraktir murid-muridnya terus.
Pak Marmuj; oh….ya benar pak Kadus, itu mungkin keberkahan dari kelebihan profesi guru bila dibanding dengan profesi lainnya. Pak Kadus; ah…. Pak Marmuj ini bisa saja.
Pak Marmuj……Pak Marmuj…….memanglah………….
Tiga hal hikmah yang dapat kita ambil dari cerita ini adalah:
Pertama; profesi adalah pilihan pekerjaan yang menjadi bagian dari pemenuhan kebutuhan nafkah dengan keahlian yang dimiliki mendapatkan upaya sesuai dengan kesepakatan.
Kedua; setiap orang memiliki profesi sesuai dengan pilihannya, dan profesi menuntut tanggungjawab untuk jenis pekerjaannya, utamanya untuk dirinya, untuk lingkungan kerjanya dan untuk kelangsungan tempat bekerja.
Ketiga; bekerjalah sesuai dengan profesi, namun tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga, sebagai anggota masyarakat, dan bahkan komunitas atau jamaah harus berjalan seiring dan seimbang.
Ketujuh kita setuju berkolaborasi mengeksplorasi sejarah, lewat kisah kita bercari ibrah.
Catatan; kisah ini diinspirasi dari berbagai sumber.



















