Penelitian agama terdapat tiga pendekatan, yakni; (a) Islam tekstual, bagaimana Islam dalam teks al-Qur`an dan hadits, (b) Islam rasional, bagaimana Islam difahami oleh penganut/ahlinya, dan (c) Islam empiris, bagaimana agama dipraktikkan oleh penganutnya. (Nasution, 2016:11).
Sebuah teks ditulis untuk dibaca dijadikan panduan untuk pelaksanaan, tetapi sekaligus juga untuk menjadi alat kontrol atau alat ukur evaluasi. Teks yang baik dapat dibaca oleh siapa saja, kapan saja dimana saja.
Ketika menjadi pedoman atau panduan, maka yang paling praktis, mudah memahami dan tidak sulit dicerna maka akan banyak digunakan orang. Akhirnya kegiatan kita sebagai manusia yang sangat kompleks apakah satu teks sebagai alat untuk mengetahui apakah terakomodir atau tidak.
Al Qur`an, Nabi Muhammad dan Islam adalah tiga hal yang tidak dapat dipisahkan karena inilah hubungan antara teks, panduan dan praktik pelaksanaan. Al Qur`an sebagai sebuah kitab dipercaya merupakan nilai yang berasal dari sang maha Sumber kehidupan jadilah teks.
Teks Al Qur`an itu sendiri sangat nisbi, buktinya mushaf dari zaman ke zaman sungguh berbeda, bahkan bisa musnah. Jadi yang perlu pahami adalah nilai dari teks Al Qur`an, bukan bentuk, atau cetakan apalagi sekadar mushaf.
Nabi Muhammad adalah seorang yang menjadi perantara antara sang Maha pencipta Al Qur`an dengan manusia lainnya. Nabi Muhammad sendiri yang mengawali bagaimana teks diketahui, dipraktekkan, dan dimaknai sebagai bagian dari kehidupan manusia. Jadi teks Al Qur`an itu terbukti dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, bukan utopis, apalagi cerita khayalan.
Islam adalah satu makna simbolis bahwa orang yang mangamalkan ajaran Al Qur`an mencontoh seperti nabi Muhammad. Ketika orang-orang yang banyak mengamalkan maka kensibian dari makna yang ada dalam kehidupan mereka tumbuh berkembang, semakin banyak orang semakin tumbuh, dan semakin menyebar tempat kehidupan makan semaih kompleks.
Jelaslah pengamalan ajaran Islam memang sangat relatif, nisbi, kompleks, dan lain sebagainya, agar kembali kepada kemurnian, maka kita pulangkan lagi alat ukurnya pada nilai yang terkandung pada teks Al Qur`an atau pengamalan nabi Muhammad, inilah yang disebut al Hadits.
Taksonomi terhadap umat manusia dalam mengamalkan ajaran Islam ini sangat beragam, apakah dari pendekatan kronologis, pembedaan pemahaman dari mazhab, atau pandangan politik, dan lain sebagainya.
Taksonomi berdasarkan kronologis; ada masa Rasululullah, masa Sahabat, masa Tabi`in, masa Tabi`ina wa Tabi`in dan seterusnya sampai sekarang. Taskonomi berdasarkan mazhab ada Islam Mazhab Hanafi, Hambali, Maliki dan Syafi`i. Taksonomi pandangan politik adalah Sunni ada pula Syi`ah.
Banyak lagi taksonomi terhadap umat Islam, dan tidak berhenti terus berkembang, sesuai dengan perkembangan zaman, pemikiran, terlebih keperluan untuk analisis satu masalah atau penataan terhadap thesa masa depan.
Prof Hasan Bakti Nasution mencoba memberikan gari besar taksonomi tersebut dalam tiga hal yakni; Islam tekstual, rasional dan empiris, ini sungguh historikal, tetapi menantang untuk melihatnya lebih jauh.
Walaupun kita tidak dibolehkan terjebak pada kategoris sejarah, namun untuk kepentingan analisis satu siklus dibolehkan, tetapi tidaklah mutlak harus diikuti. Kita memang setuju bahwa Islam itu tekstual tetapi nilai dari ajaran Al Qur`an itulah yang utama menjadi warisan untuk dikaji dan diamalkan.
Kita juga sepakat bahwa Islam itu rasional, karena saat tertentu perkembangan pemikiran manusia khususnya secara akademis menuntut bimbingan agar tidak keblablasan mencaplok mana kapling irrasional.
Membatasi itu boleh, apalagi tujuannya untuk mengetahui bahwa sesuatu itu ada batasnya, tetapi bukan berarti berhenti mempelajarinya. Akhirnya Islam emprisme harus diakui sangat kompleks dan progresif, maka mengidentifikasi dengan sebuah taksonomi sederhana adalah perlu untuk jadi pemahaman yang tertata, terstruktur, sistmatis dan bermanfaat.
Catatannya adalah progresifisme pengamalan ajaran Islam tidak ada titik yang pasti, selalu berubah, dan terus berkembang.
Pendidik inspiratif, hari ini tersadar bahwa untuk melakukan pemahaman terhadap Islam perlu penelitian yang lebih komprehensif, boleh saja menggunakan satu taksonomi atau pendekatan, tetapi tidak mengabaikan adanya pendekatan lain.
Mengenal lebih jauh beberapa pendekatan penelitian tentang agama Islam, bukan membeda-bedakan justru menjadi kolaborasi untuk memperkaya khazanah apakah itu untuk masa lalu, hari ini terlebih di masa mendatang.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.