Oleh Prof Dr Mardianto MPd
Membangun sekolah, hakikatnya, adalah membangun keunggulan sumber daya manusia. Sayangnya, banyak sekolah yang sadar atau tidak, malah membunuh banyak potensi siswa-siswa didiknya. Banyak sekali sekolah di negeri ini yang berpredikat sekolah robot; mulai dari proses pembelajaran, target keberhasilan sekolah, sampai pada sistem penilaiannya. Sekolah manusia adalah sekolah berbasis MI (Multiple Intelligences), yaitu sekolah yang menghargai berbagai jenis kecerdasan siswa. (Munif Chatib, 2010:xxi).
Apa yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anaknya, paling tidak anak dapat melakukan seperti yang dilakukan orang tua, anak dapat memiliki keterampilan yang melebihi kemampuan orang tua, dan anak dapat menghormati orang lain seperti orang tua menghormati orang lain.
Kemampuan melakukan, terampil mengembangkan ilmu pengetahuan sampai pada menghormati orang adalah penting, karena ini bukan hanya harapan orang tua, tetapi juga menjadi kurikulum pendidikan.
Manusia muda seperti singkong, direbus jadi singkong rebus, digoreng jadi singkong goreng, dibakar jadilah singkong bakar, diolah dalam berbagai varian maka bisa jadi tape singkong, jadi kolak singkong, dapat juga jadi bolu singkong.
Varietas turunan berikutnya dapat ditemukan dalam berbagai outlet. Kini, singkong bukan hanya sekadar makanan tambahan, tetapi juga penjegah berbagai macam penyakit, dokter atau peneliti lebih mengetahui hal ini. Lantas apa yang dapat kita pelajari dari cerita singkong ini?
Bagian pertama dari cerita singkong adalah bentuk awal yang tidak mengubah keadaan hanya sedikit sentuan olahan maka jadi makanan. Nama singkong tetap di depan, ini artinya orang tua yang memiliki tugas pendidikan informal tetap terbawa, bahkan namanya di depan mempertanggungjawabkan apa yang terjadi pada anaknya.
Setelah singkong diolah dengan parietas kedua, maka namanya pindah kebelakang, maknanya adalah pendidikan yang berkelanjutan, menjadi permanen dan bagian dari kepribadian anak, maka sedikit demi sedikit peran orang tua pun dihilangkan. Tak mengapa, karena salah satu tugas pendidikan adalah memberdayakan yakani anak berdaya tanpa ketergantungan pada orang tua
Bagian akhir dari cerita singkong tentu bukan sekadar makanan dan olahan, tetapi “Aku Anak Singkong” lagu yang popular tahun 1980-an memberi pesan manusia boleh saja modern tetapi keserasian antara lingkungan dan alam itu yang utama. Anak Keju dan Anak Singkong memang produk seni, tetapi makna dalam kehidupan adalah pembelajaran untuk saling menghormati dan saling menghargai.
Membangun pendidik inspiratif pada dasarnya adalah mengidentifikasi keunggulan sumber daya manusia. Untuk itulah membangun sekolah harus didasarkan pada upaya mengembangkan potensi anak yang berbeda setiap individu, bukan menyamakannya.
Saya tidak senang dengan sekolah, maka saya adalah individu yang bebas. Kebebasan dalam sekolah adalah kesenangan yang harus direncanakan, dikelola dan dikendalikan untuk kebaikan bersama.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.