The problems found based on research that must be solved in teaching and learning Arabic are linguistic and non-linguistic problems. The linguistic problems found are in the form of 1. Sound 2. Writing, 3. Meaning, 4. Vocabulary, 5. Structural meaning. Regarding non-linguistic problems, namely, 1. Student interest. 2. Method, 3. The system, (4. Environment). The importance of this problem is analyzed because it sees students who are increasingly less interested in learning Arabic, and the quality of learning Arabic is decreasing. Seeing this problem, the researcher considers it essential to be discussed and analyze.
Sudah ditakdirkan kita hidup di Indonesia, dan sudah menjadi suratan bahasa untuk mendalami agama Islam adalah bahasa Arab, begitu juga untuk mendalami ilmu pengetahuan adalah bahasa Inggris.
Berangkat dari takdir tersebut, maka belajar bahasa adalah upaya sekaligus usaha, paling tidak ingin mendapatkan kemampuan untuk mendalami ilmu agama lebih baik lagi.
Begitu juga dengan belajar bahasa Arab bagi kita yang bukan penutur asli atau bukan orang Arab, maka belajar bahasa Arab diperlukan ilmu, keterampilan dan komitmen.
Dari sejak belajar di tingkat Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah bahkan Aliyah banyak anak anak kita belajar bahasa Arab, apakah karena sekadar menuntaskan kurikulum atau memang karena kebutuhan untuk kompetensi tertentu.
Dr Muhammad Taufiq MA telah lama mengonsentrasikan dirinya mendalami tentang pembelajaran bahasa Arab ini. Salah satu yang ia resahkan adalah bahwa; permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran bahasa Arab adalah permasalahan kebahasaan dan nonkebahasaan.
Permasalahan kebahasaan yang ditemukan berupa 1. Bunyi 2. Tulisan, 3. Makna, 4. Kosakata, 5. Makna struktural.
Kita masih ingat istilah qawaid atau tata bahasa, dalam bahasa Inggris disebut dengan grammar.
Sejak di Madrasah Tsanawiyah kita telah diajarkan mata pelajaran ini, sehingga menyita waktu untuk mahir dalam hal percakapan atau muhadatsa atau juga dalam istilah lain conversation.Sebagian anak mungkin akan terbangun semangat dan keberanian lewat metode yang lain bukan dengan ilmu kebahasaan yang didahulukan.
Pada bidang berikutnya menurut Muhammad Taufiq, diketahui bahwa; Mengenai permasalahan non kebahasaan yaitu, 1. Minat siswa. 2. Metode, 3. Sistem, (4. Lingkungan).
Pentingnya permasalahan ini dianalisis karena melihat siswa yang semakin kurang berminat dalam mempelajari bahasa Arab, dan kualitas pembelajaran bahasa Arab semakin menurun.
Jadi persoalan pembelajaran bahasa Arab bukan semata pada anak, tetapi pada kemasan kurikulum yang kita kembangkan selama ini. Berani melakukan pembaharuan, tentu kita pasti mengambil risiko, artinya perubahan dalam pembelajaran bahasa Arab bukan semata mengikuti kurikulum, tetapi melihat posisi anak ketika belajar ilmu ketatabahasaan adalah sebagai peserta didik.
Bayangkan ketika belajar dengan percakapan, maka kedudukannya adalah setara dan ia akan mendapatkan sesuatu atau pengalaman baru. Pengalaman baru itu adalah cikal bakal dari kepercayaan diri menuturkan bahasa yang bukan bahasa Ibunya.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.