Penyesuaian diri adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk dapat memahami, menerima, dan berkolaborasi dengan lingkungan secara objektif, positif, dan dinamis.
Studi menggunakan metode kuantitatif deskriptif terhadap 123 mahasiswa UIN Sumatera Utara Medan menunjukkan diperoleh, sebanyak 17 responden atau 13,82% berada pada skor rata-rata, sebanyak 54 responden atau 43,90% berada pada skor di atas rata-rata, dan sebanyak 52 responden atau 42,28% berada pada skor di bawah rata-rata.
Individu adalah kata yang mewakili perseorangan, diri, bukan sosial atau kelompok. Dari individu maka lahir kebebasan diri dalam semua hal baik berfikir, merasa bertindak.
Kebebasan ini akan muncul ke permukaan ketika diberi ruang oleh lingkungan, dan ekspresi yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki individu maka ini yang disebut kemerdekaan.
Jadi kata individu, kebebasan, dan kemerdekaan adalah hal penting dalam perkembangan jiwa seseorang.
Siapa diri saya itulah identitas, bagaimana diri saya di sanalah eksistensi, apakah saya bermanfaat bagi orang lain itulah pengabdian.
Jadi bila ada yang statis pada diri kita tidak dapat berubah, dan individu cenderung mempertahankan agar tidak terjadi perubahan yakni identitas diri seperti yang terlihat pada kartu identitas (KTP). Tidak berubah nama, alamat maka akan memberi pengaruh yang positif bagi seseorang.
Bagaimana diri saya, maka akan tampak ketika individu berinteraksi dengan orang lain, dengan pihak lain atua lingkungan sekitar.
Ketika berinteraksi dengan orang lain, maka hal yang harus dilakukan adalah:
1. Memahami bahwa orang lain, atau lingkungan tidak semuanya sesuai dengan diri individu, maka pemahaman tersebut akan menghasilkan kerelaan.
2. Menerima di mana orang lain, lingkungan jelas tidak selamanya memiliki latar belakang yang sama, dan tujuan yang sama dengan diri sendiri. Menerima perbedaan adalah langkah paling tepat agar kita tidak disebut egois atau justru sangat altruis yang membahayakan.
3. Berkolaborasi dengan orang lain atau lingkungan adalah langkah paling tepat, apakah dengan mengeksplorasi, mengeksploitasi, atau mendayagunakan secara proporsional. Ada aturan yang harus ditaati, batasan yang harus dijaga, serta hak-hak pihak lain yang harus dihormati. Dengan cara seperti itu individu dapat bertahan dalam interaksi dengan orang lain atau hubungan yang langgeng dengan lingkungan.
Pernyataan berikutnya bagaimana agar interaksi tersebut dapat bermanfaat untuk orang lain, atau lingkungan sekitar. Semua hubungan yang dilakukan oleh individu harus berjalan secara obyektif, positif dan dinamis.
Obyektif maksudnya menempatkan diri dan pihak lain adalah sama-sama makhluk tuhan yang tidak ada bedanya, hanya ketakwaan yang yang memberikan legitimasi nilai.
Positif artinya semua hubungan adalah dalam ranah hukum yang diakui bukan dipilih oleh pihak tertentu. Dan dinamis bermakna adalah terus terjadi perubahan, perbaikan dan dalam hubungan.
Fauziah Nasution membuktikan tentang teori di atas pada sebagian mahasiswa, dimana perubahan pada diri individu terus berlangsung sampai mereka mendapatkan jati dirinya.
Namun ini adalah informasi penting, dalam perjalanan menambah pengetahuan, menemukan hakikat diri untuk membentuk identitas diri seorang mahasiswa, mereka mengalami apa yang disebut dengan penyesuaian diri sebagai sebuah kecakapan.
Sekilas tidak ada yang luar biasa, tetapi bila dilihat sebagai sebuah proses, Fauziah Nasution sekali lagi mengingatkan kepada kita semua bahwa, semua manusia terus berubah dan dinamis, tetapi ada yang statis.
Bagaimana mengelola perkembangan psikologis tersebut, lingkungan, pembinaan dan pemberian kesempatan kepada mereka harus dikembangkan secara positif. Karena merekalah yang akan meneruskan dunia ini, boleh jadi itu salah satu persiapan Indonesia Emas 2045.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.