Buku adalah sarana canggih yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi yang dapat dimanfaatkan oleh siapa saja. Buku-buku di masa kini harus memudahkan orang untuk membacanya, menggairahkan orang untuk terus membaca, mendorong orang untuk mampu mengisahkan dirinya dan akhirnya menjadikan para pembacanya untuk menulis buku tentang dirinya. (Hernowo, 2005:79)
Dengan membaca kita tahu isi dunia, dengan menulis dunia tahu siapa kita. Tidak perlu memberitahu kepada seluruh isi dunia bahwa kita itu ada, tetapi dengan menulis hal-hal yang kita miliki maka itu akan dicari orang.
Lantas apa yang harus kita tulis, dan bagaimana menyampaikan kepada dunia. Pertanyaan ini akan dilengkapi dengan bagaimana dunia mengetahui tulisan kita, dan apa manfaatnya bagi dunia.
Pertama, apa yang harus kita tulis, tulislah yang bermanfaat untuk dirimu dan untuk orang lain, caranya mulai dari menulis pengalaman apa yang selama ini kita jalani. Pengalaman adalah guru paling berharga, kini tinggal bagaimana mengemas pengalaman sebagai sebuah berita atau kemasan dalam bentuk cerita. Kebenaran dari pengalaman sudah pasti ada pada prerogatif sang penulis. Untuk itu menulis dari pengalaman pribadi adalah hal paling mudah, dan menjadi awal dari kemudahan untuk keberlanjutan. Tidak ada habisnya bahan untuk ditulis, dan pasti benar karena memang data dan faktanya kita sendiri yang memastikan bahwa hal itu ada di dunia nyata.
Kedua, kapan kita harus menulis, tulislah mulai sekarang, ditengah kesibukan diri baik karena bekerja, untuk keluarga, atau untuk kegiatan sosial, di tengah itu pula kita mestinya asyik untuk menulis. Karena yang kita tulis adalah pengalaman sehari-hari, takut jadi lupa atau tertimpa dengan pengalaman lain, maka tulislah sebelum mengakhiri hari, menyelesaikan tugas sepekan, atau menutup akhir bulan. Disiplin menulis di malam hari akan memberi kebiasaan yang baik, tiada hari tanpa menulis dan akan berkelanjutan.
Ketiga, di mana kita harus menulis, dimana saja, selagi ada moment yang pas, namun bila menulis itu adalah pekerjaan ya mungkin di kantor atau tempat kerja. Namun bila yang ditulis itu adalah pengalaman diri, maka di rumah atau ditempat yang nyaman adalah sebuah pilihan. Semua tempat di dunia ini tidak ada yang melarang untuk melakukan aktivitas menulis, kecuali merokok hampir disudut tempat umum ada larangan, mungkin ditempat itulah kita bisa memanfaatkan untuk mencari inspirasi apa yang harus ditulis.
Keempat, bagaimana cara kita menulis, tulislah dengan apapun yang terampil dan nyaman untuk dilakukan. Sebagian orang membuat konsep dengan bulpoint, sebagian orang dengan pensil, ada pula yang langsung diatas tuts mesin tik. Kita harus akui ada pula saudara kita yang begitu membuka laptop atau gawainya ia langsung menulis dengan lancar seperti air mengalir. Satu huruf yang tampak “asdfg, atau ;lkjhj” sepertinya semuanya menawarkan kata dan lantuan kalimat. Jangan tunggu tulisan itu rapi, baik, dan benar, tulis saja maka akan menjadi karya yang sungguh berharga.
Setelah menjalani empat hal di atas baru kita bisa diajak diskusi, bahwa dari tulisan dirangkai jadilah surat selembar, dari sana akan menjadi narasi yang terangkai jadilah buku.
Dan kita harus percaya dengan karya buku tersebut maka akan menjadi sarana canggih yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi yang dapat dimanfaatkan oleh siapa saja. Memang bila kita sadari memudahkan untuk diri menulis buku akan membantu kemudahan menyampaikan sesuatu pula.
Dengan tulisan yang menjadi buku, kemudian buku di masa kini harus memudahkan orang untuk membacanya, menggairahkan orang untuk terus membaca, mendorong orang untuk mampu mengisahkan dirinya dan akhirnya menjadikan para pembacanya untuk menulis buku tentang dirinya.
Sungguh bila diawali dari hal yang mudah, maka menulislah dari pengalaman kita yang biasa-biasa saja, bila itu menjadi rutin dan permanen, maka satu saat akan tampak hasilnya. Hasilnya tidak lain adalah dunia tahu siapa kita lewat tulisan apakah dengan buku atau platform lainnya.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.