This study was conducted to determine the effect of using grammatical Bahasa Inglis in improving simple present tense grammar observed and analyzed in grade 10 of MAN 1 Labuhanbatu Utara. In summary, there is a clear difference in grammar between students using Grammar Bahasa Inggris and students not using Grammarly Bahasa English. The authors concluded that the use of Grammar English was effective in improving students' grammar, especially simple present tense. (Salmiah:2023).
Bahasa adalah alat komunikasi bagi manusia, dengan bahasa kita dapat menyampaikan satu pesan, begitu juga dengan bahasa kita dapat menerima pesan orang lain. Berbahasa dengan baik menunjukkan sikap budaya yang tinggi.
Pertanyaannya bagaimana jalan menuju hal tersebut? Banyak jalan menuju roma, tetapi memilih jalan untuk dilalui adalah sebuah keputusan penting, karena semuanya memiliki risiko.
Para ahli gramatika menyusun satu strategi bahwa bahasa adalah tata kata yang memiliki aturan sangat baik. Sehingga bila kita ingin mempelajari bahasa mulailah dengan tata bahasa yang baik pula.
Sedikit saja salah penetapan susunan kata, bahkan sampai intonasi yang tidak pas, maka maknanya akan berbeda, bayangkan pesannya pun akan berbeda pula.
Para penutur utama bahasa berpendapat lain, mereka setuju bahwa keterampilan berbahasa harus dimulai dari dialektika percakapan seseorang tentang bagaimana ia beradaptasi.
Mengucapkan sesuatu dengan keberanian itu sangat penting, tanpa ragu menilai bahasa itu bagian dari dirinya dengan tidak canggung ia menyampaikan pesan. Yang penting kan pesannya sampai, soal cara menyampaikan itu bisa diperbaiki.
Fenomena bertahun-tahun yang kita hadapi dalam pendidikan bahwa seseorang telah belajar bahasa Inggris mungkin 6 sampai 8 tahun sebagian besar hasilnya tidak maksimal.
Padahal dalam kurikulum ada grammar, ada composition, dan lain sebagainya, mungkin anak yang kurang berminat barangkali. Tetapi guru dan para pendidik bahasa Inggris tidak pernah berhenti dan tetap mengajar.
Pendapat pertama yang menyatakan grammar itu penting tidak dapat dibantah karena memang judulnya mata pelajaran Bahasa Inggris. Tetapi pendapat kedua semestinya usul mata pelajaran diganti dengan berbahasa Inggris bila tujuannya anak mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris atau Berbahasa Inggris.
Alih-alih memperbaiki kurikulum, mana lebih utama grammar atau composition, kini dengan kecanggihan gadget pribadi, silahkan anda bicara pakai bahasa Indonesia, langsung terjemahan tulisan bahasa Inggris tersaji di hadapan anda.
Sungguh teknologi pendidikan bukan merusak kurikulum tetapi membantu dan memperbaharui strategi pembelajaran agar up to date.
Seorang Maryati Salmiah dalam penelitiannya membuktikan bahwa memulai dari bagaimana anak pada masa awal mempelajari bahasa kedua secara akademis, ternyata membenarkan tata bahasa itu penting.
Grammar itu perlu karena bahasa bukan sekadar komunikasi tetapi alat bagi pengembangan sebuah budaya. Letak masalahnya sudah jelas, bila kita ingin mengembangkan kemampuan bahasa Inggris untuk akademis maka pendapat pertama memang dibutuhkan.
Dan kini bila kita ingin sekedar berani berbahasa Inggris bukan mata pelajaran yang disalahkan, tetapi akrablah menggunakan teknologi pembelajaran bahasa, maka anda akan baik sendiri kalau memang berani.
Setelah ditelusuri lebih jauh ternyata tidak ada risiko dalam mempelajari bahasa Inggris, yang penting ada kemauan, dan berani, maka kita akan memiliki keterampilan tersebut.
Kemauan belajar itu sendirilah yang dianggap budaya tertinggi bagi insan akademis, karena ia telah membuktikan sebagai orang yang terus belajar bagaimana cara berkomunikasi dengan orang yang berbeda dengan siapa saja.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.