Perbedaan mendasar ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya adalah penekanan pada akhlak yang tersistem dalam bentuk aturan-aturan yang dikenal dengan fikih muamalah. Nilai-nilai kejujuran, kebersamaan, dan kesetaraan adalah moral ekonomi yang harus ditanamkan lebih dahulu. (Rokan, 2013:14).
Pendidikan usaha yang disadari untuk menanamkan nilai-nilai luhur tentang kehidupan tujuannya menjadi bekal bagaimana mengarungi kehidupan di masa depan.
Nilai-nilai luhur dapat diperoleh dari agama, budaya, juga ideologi dari satu masyarakat, disepakati dan akhirnya jadi dasar-dasar pendidikan. Kemudian diturunkan menjadi kurikulum dan diajarkan oleh guru, dosen di kelas.
Tidak berhenti di sini, apa yang diajarkan, harus menyatu dengan siapa yang mengajarkan, dan lingkungannya diciptakan harus mendukung atau paling tidak mencegah dari apa yang tidak diajarkan atau dilarang.
Nilai-nilai yang permanen dan terus berguna dan bahkan dijadikan bekal bagi masa depan di antaranya adalah; kejujuran, kebersamaan, kesetaraan dan inilah yang disebut dengan moral dalam pendidikan.
Pertama, nilai kejujuran adalah bagian penting bagaimana seseorang mengerti apa yang ada pada dirinya, apa yang sedang terjadi, dan ia menyukai, mengakui dan sekaligus menjadikan hal itu adalah kemampuan diri yang luar biasa. Seseorang akan bangga dan luar biasa menjadi dirinya sendiri ketika ia mengandalkan apa yang ia miliki, apa yang sedang terjadi pada dirinya. Pendidikan tentang kejujuran memang tidak dapat diformalkan dalam satu mata pelajaran, atau mata kuliah, karena ia adalah bagian dari kehidupan itu sendiri tak berawal dan tak berakhir. Apalagi kejujuran diberi nilai A, A+, unggul dan lain sebagainya, sungguh itu adalah membatasi makna kejujuran sesaat itu saja.
Kedua, nilai kebersamaan adalah menjadi ukuran seseorang ingin bergerak, maju dan berkembang apakah sendiri atau tidak sendiri. Sendiri itu mudah, bersama itu lebih berkah, artinya kekuatan kebersamaan sesungguhnya akan menghilangkan ke ego an atau sifat kesendirian dalam kehidupan ini. Pendidikan tentang kebersamaan sekali lagi tidak dapat dibatasi dalam mata pelajaran, tetapi situasi kelas yang tercipta, peraturan yang disepakati, serta kesadaran berbagai peran dalam menghadapi masalah adalah pendidikan yang sangat efektif.
Ketiga, nilai kesetaraan inilah sesungguhnya nilai dasar pendidikan. Seseorang dididik untuk menyadari bahwa dirinya bukan sendiri, tetapi ada orang lain apakah itu mempunyai kelebihan atau kekurangan. Mereka yang memiliki kelebihan dikenalkan bahwa kelebihannya adalah karena ada orang lain yang membutuhkannya, semangat berbagi adalah bagian penting. Kelemahan yang disadari atau tidak, harus diberi semangat itu adalah tantangan yang harus diatasi dengan menggali potensi yang lebih baik lagi. Ternyata hidup ini setara antara satu dengan lainnya, setiap individu itu unik, tetapi dengan kumpulan unik itulah maka terjadi harmoni membentuk komunitas atau masyarakat.
Prof Mustafa Kamal Rokan yang lama berkecimpung dalam moral ekonomi menyadari bahwa membangun masyarakat untuk mengembangkan ekonomi Islam tidaklah mudah.
Tetapi lewat pendidikan mungkin saja dapat melakukan perubahan walaupun dari kelas yang kecil. Hasilnya memang tidak hari ini, karena membangun moral ekonomi seperti investasi yang berkelanjutan, tanpa adanya intervensi yang instan.
Sekali lagi kita diingatkan bahwa membangun moral ekonomi adalah membangun umat dengan nilai-nilai luhur tentang kejujuran, kebersamaan, kesetaraan dan moralitas.
Fondasi pendidikan akhlak ini tidak dapat dilakukan sendiri, disini dan hari ini, tetapi lewat perencanaan yang baik, berkesinambungan bahkan menantang arus ekonomi konvensional yang sarat dengan kepentingan.
Seperti tidak peduli dengan situasi hari ini, Prof Mustafa terus saja berjalan mengibarkan panji kejujuran, kebersamaan dan kesetaraan, paling tidak otoritas guru besar beliau telah memberi ruang untuk mencatat secercah harapan. Mungkin saja itulah bedanya antara ekonom Islam dengan guru besar konvensional.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.