Konflik atau pertentangan bisa timbul di dalam diri seseorang (masalah intern) maupun dengan orang lain (masalah ekstern) yang ada di sekitarnya. Konflik dapat berupa perselisihan (disagreement), adanya ketegangan (the presence of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antar kedua belah pihak, sampai kepada mana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai penghalang atau pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing. (Sahdin Hasibuan, 2019:43).
Dunia itu satu, tetapi didalamnya ada ragam makhluk, ragam kehidupan, dan ragam kepentingan. Dunia itu satu, dalam kesatuan setuju ada awal dunia ini, dalam kesatuan sama-sama sedang berproses, dan setuju bahwa dunia ini satu menuju kehancuran atau kiamat.
Inilah yang harus dijadikan dasar bagaimana kita hidup di dunia ini, yakni hidup dalam satu dunia untuk mengikuti kesatuan awal, proses dan akhir.
Dalam dunia yang satu ada ragam makhluk, ada makhluk hidup, makhluk mati, ada pula manusia, hewan, tumbuhan dan alam semesta. Semuanya setuju bahwa berasal dari awalnya dunia ini, dan setuju menempati dunia untuk mencapai akhir yang sama yakni mati.
Namun…..di sini kata namun memberikan catatan bahwa ketika menempati dunia yang satu makhluk manusia, makhluk hewan, dan tumbuhan serta alam semesta, kadang memaknai hal berbeda.
Manusia bernafsu ingin menaklukkan seluruh makhluk untuk menjadi penguasa atas lainnya. Sementara hewan dengan kebuasannya memiliki hak atas apa yang ia lihat untuk dijadikan bertahan hidup, dimanapun itu di udara, di darat, di laut bahkan dalam diri manusia juga.
Tumbuhan ingin menjadikan hutan adalah tempat mereka dan mungkin merambah sampai ke rimba raya. Alam semesta bergerak walau tampak dia tetapi ia meneruskan siklus dan akan menuju satu titik, apabila ada yang mengganggu maka akan kehilangan keseimbangan.
Pada saat tertentu ketika keempat kepentingan bersatu itu adalah kekuatan, namun ketika bertentangan dalam kesatuan itu justru menjadi kedahsyatan, namun apabila tidak dapat dikendalikan inilah yang akan merugikan.
Manusia yang berpacu dengan kuda tunggangan adalah contoh keharmonisan dalam kekuatan bersama. Pohon rindang di pinggir jalan yang menjadi sumber mata air, tetapi kadang ia menjadi pelindung panas siapa dan apa saja yang ada dibawahnya adalah kedahsyatan energi kolaborasi. Siklus air yang bertahan di rimbaraya, bahkan tersimpan dalam inti pohon bambu, atau kadar air dalam tubuh manusia adalah kolaborasi yang dapat dikendalikan sebagai keharmonisan.
Justru pada sesama manusia, ketika ada benturan kepentingan untuk mengeksploitasi manusia, hewan dan tumbuhan disana ada yang disebut konflik. Di saat seperti inilah pengendalian atas kepentingan harus segera dilakukan, dengan dasar hidup ini satu yakni satu dunia, untuk tujuan yang satu yakni kehancuran dan kematian.
Lahirnya pihak-pihak apakah pembela atau pemburu pasti memberikan kekuatan pada konflik yang sedang terjadi, bukan menjadi penghalang apalagi penghilang.
Ketika manusia menyadari bahwa makhluk itu diciptakan untuk mengabdi kepada sang khalik, maka tidak ada yang harus dilakukan kecuali bersandar pada akhlak. Akhlak adalah pola komunikasi antar manusia, dengan makhluk lain yakni dengan hewan, dengan tumbuhan, dan alam semesta.
Sebelum semua itu dilakukan maka manusia harus memperbaiki akhlak terhadap sesama manusia, terlebih untuk dirinya sendiri.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.