Pendidikan dan Latihan erat kaitannya dengan belajar. Ada beberapa hal yang tidak bisa dipelajari dan diperoleh melalui pengalaman langsung dari kejadian-kejadian, tetapi harus melalui proses belajar mengajar. Kegiatan itulah memerlukan diklat, hal lain yang dianggap faktor pentingnya diklat adalah; kebutuhan organisasi, kebutuhan pribadi, investasi sumber daya manusia, dan diklat menyeluruh bagi setiap pejabat/jenjang kepangkatan. (Atmodiwirio, 2002:45).
Dunia kerja membutuhkan orang yang memiliki wawasan, keterampilan serta attitude yang memadai. Memadai artinya memiliki kompetensi standar di mana seseorang mempunyai pengetahuan yang cukup leluasa tentang pekerjaan, terampil terkait dengan kemampuan berinovasi dalam kerja, serta attitude yang dapat dipercaya sebagai sebuah kepribadian.
Itulah idealnya seorang pekerja profesional yang dapat dihandalkan untuk mengelola sebuah kegiatan, proyek, atau bahkan program dalam satu pekerjaan.
Wawasan, keterampilan dan attitude ketiganya melekat pada diri seseorang, bisa diasah lewat pendidikan, bisa dilatih lewat pelatihan, dan dapat diuji lewat kepercayaan. Seorang yang memiliki pendidikan dengan strata lebih tinggi lebih baik nilai akademisnya dibanding lainnya.
Seseorang yang mendapatkan pelatihan tujuannya agar memiliki keahlian tertentu dalam bidangnya. Dan seseorang yang telah diberi kepercayaan dimungkinkan ia akan menjaga amanah dengan baik.
Tetapi dalam dunia nyata, tidak selamanya ketiganya berjalan seiring, kadang ada yang memiliki wawasan tinggi, dengan keterampilan yang mumpuni, tetapi kurang attitude tidak amanah, karena kepintarannya ia justru menganggap orang lain semua dapat dibodohi. Adapula orang lain dengan keahlian yang sangat baik, wawasan kurang, namun amanah, justru ia selalu mendapat kepercayaan oleh atasan.
Bukan tidak banyak pula orang yang biasa-biasa saja dalam hal wawasan dan keterampilan tetapi kejujuran sepertinya melekat pada dirinya, orang seperti ini selalu dipertahankan di perusahaan.
Itulah dunia pekerjaan, orang-orang di perusahaan atau insitusi di mana berbagai macam kemampuan, kompetensi serta keahlian selalu tidak berjalan selaras.
Perusahaan atau institusi yang memperkerjakan manusia maka harus memiliki orientasi investasi terhadap kualitas Sumber Daya Manusia secara simultan.
Anggaran untuk peningkatan kualitas dapat diprogramkan dengan berbagai macam, ada pekerja membutuhkan pendidikan, ada pula yang memerlukan peningkatan keterampilan, tetapi sebagian mereka ada yang justru memerlukan kesempatan untuk diberi kepercayaan.
Training dalam paradigma pemberdayaan adalah salah satu pilihan bagaimana sebuah perusahaan atau institusi melakukan investasi SDM dimaksud.
Merancang sebuah training diawali dari analisis kebutuhan, siapa yang akan dilatih, bidang apa yang perlu dilatihkan, dan apa sasaran yang terkait dengan tujuan perusahaan atau institusi sehingga pelatihan itu penting.
Penganggaran yang besar untuk pelatihan akan mendapatkan hasil maksimal bila training dikelola dengan baik, terukur dan berdampak.
Itulah sebabnya tidak semua masalah harus diatasi dengan training, bisa saja kalau hanya ingin mendapatkan wawasan, maka beri saja ia kesempatan ikut seminar, atau diskusi lepas.
Tetapi harus dicatat boleh saja karyawan atau pekerja akan lebih baik sikap dan kepribadiannya bila ia diberi kesempatan untuk istirahat, berlibur di mana ia inginkan.
Inilah mungkin pilihan di mana Umroh kini menjadi pilihan untuk peningkatan kualitas SDM lewat investasi yang lebih berkah. Jauh sekali hubungannya, tetapi bila ini dilakukan pasti ada dampaknya, terukur dan sekali lagi berkah.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.