Oleh Prof Dr Mardianto MPd
Pendidik Inspiratif H Samsul Bahri, Bila kita amanah, pada siapa saja, maka bukan hanya yang kita inginkan untuk diperoleh, tetapi apa pun yang pernah terlintas akan datang menghampiri tanpa disangka. Di sinilah inti dari rezeki. (2023)
Satu ketika saya memanggil seorang teman, sedikit kesal karena sudah lama ia meminjam buku tak dipulangkan juga, bersyukur saya yang meminjamkan buku saya masih ingat, tak tahulah dia yang meminjam justru dia yang lupa.
Kejadian sudah dua kali tapi buku tetap tak pulang juga ke pustaka saya, efeknya dia tidak akan saya pinjami lagi buku lain, termasuk orang lain tak akan saya pinjami buku lagi.
Mungkin benar kata orang pintar; orang paling bodoh adalah yang meminjamkan buku, dan yang paling bodoh di atas bodoh adalah yang memulangkan buku yang dipinjamnya kepada siempunya. Saya setujulah itu benar, tetapi tidak baik.
Selang beberapa waktu pada satu malam setelah menyelesaikan tugas di pustaka pribadi saya tatap barisan rak buku, susunan masih rapi, banyak buku saya yang masih dipinjam orang lain, tetapi di sudut rak lain saya lihat ada buku yang berbeda tak ada tanda atau simbol pustaka pribadi saya.
Ini adalah buku orang lain yang pernah saya pinjam, bergeser ke rak lain, ada lagi, dan ternyata benar rupanya banyak buku orang lain yang ada di pustaka saya, saya sampai lupa kapan saya meminjamnya, atau dari siapa saya mendapatkannya.
Lantas apa yang saya lakukan, menunda tidur malam tak mengapa, saya sedikit emosi, saya kumpulkan seluruh buku yang tak bertanda simbol pustaka saya, subhanalllah jumlahnya lebih dari sepuluh. Saya sisir lagi ada yang ingat dari siapa buku tersebut, tetapi banyak yang tidak ingat, tetapi karena saya lihat ada tulisan di dalamnya terdapat identitas siempunya buku.
Menjelang tengah malam tersadar saya sejumlah buku orang lain ternyata yang bukan hak saya mengapa mesti menjadi penghuni pustaka saya, pantaslah………. buku sayapun ada di tempat orang lain.
Dengan niat yang kuat, semua buku tersebut saya kembalikan kepada siempunya, dengan rasa tidak malu, mohon maaf saya kembalikan dalam tempo satu bulan, sampai yang empunya bukupun lupa kalau itu miliknya.
Lantas apa yang terjadi, tidak sampai satu tahun semua buku saya yang dipinjam orang, baik yang saya ingat maupun tidak kembali dengan sendirinya, apakah lewat titipan atau juga orangnya memulangkan langsung. Sungguh ini bukan keajaiban, tetapi logika yang masih bisa dinalar, apalagi ditularkan kepada orang lain yang merasa memiliki pengalaman yang sama.
Walaupun hari ini bila saya berkunjung ke rekan dosen, selalu saya lirik atau berkeinginan melihat pustakanya, tetapi sebenarnya saya masih terbersit, jangan jangan ada buku saya yang ada di sana. Cepat-cepat saya bunuh rasa curiga tersebut dengan cara apa yang ada pada diri saya, buku yang pernah saya tulis dan dicetak rekan saya Asrul, saya bagikan kepada siapa saja yang membutuhkan.
Amanah itu benar bila kita menyimpan yang hak kita insya Allah akan berkah, tetapi bila masih ada yang bukan milik kita, apakah itu buku, barang milik kantor, atau apa saja, maka jangan heran bila kita selalu kehilangan sesuatu. Atau sebaliknya bila kita masih kehilangan sesuatu berarti masih banyak hak orang lain pada diri kita tanpa kita sadari.
Pendidik inspiratif bukan hanya bisa membaca, dan memaknai cerita singkat di atas, tetapi dapat melakukan sedapat mungkin apa yang bisa dikerjakan.
Tak disangka bang Samsul yang kita ceritakan pun dapat menuaikan ibadah haji yang didanai UIN Sumatera Utara Medan menjelang masa purna tugasnya. Sungguh benar janji Allah, amanah adalah alat tukar yang tak pernah tertukar. Amanah bila dijaga maka hasilnya pun tak disangka.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.