Oleh Prof Dr Mardianto MPd
Lokasi kampus IAIN Sumatera Utara yang amat strategis di tengah Kota Medan ini mempunyai peluang besar untuk dikembangkan. Dalam hal ini dapat pula dijalin kerja sama dengan berbagai pihak, baik pemerintah maupun swasta, antara lain dengan membangun sebuah Gedung dengan multifungsi, namun yang satu dengan lainnya bersifat saling mendukung untuk pengembangannya, misalnya dengan perbankan Islam, penerbitan Islam, Massmedia Islam dan berbagai lembaga lainnya. Dengan demikian biaya pengelolaan gedung representatif dimaksud dapat ditanggung bersama, bahkan mungkin dapat memberi keuntungan besar bagi IAIN Sumatera Utara untuk dapat digunakan bagi pengelolaan dan pengembangan sesuai sebagaimana diharapkan. (HA Nazri Adlani, 1993:131).
Apakah masyarakat hari ini membutuhkan sarana seperti gedung, tanah yang luas, atau kontektivitas atau lainnya. Tergantung siapa masyarakat dimaksud, masyarakat Indonesia, atau Sumatera Utara lebih spesifik lagi Medan-Deli Serdang dan sekitarnya mungkin membutuhkan gedung, maka lahan atau tanahnya sudah disiapkan.
Berbeda dengan insan akademik, justru membutuhkan tanah yang luas dan konektivitas. Hari ini mahasiswa lebih dari 30 ribu memerlukan area oksigen yang nyaman untuk bernafas sebagai kampus smart. Tak peduli di mana posisi, justru sejak awal 1990, ternyata sudah ditegaskan oleh seorang Nazri Adlani.
Bila benar catatan kami; perguruan tinggi tertua memiliki nama Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), perguruan tinggi negeri dengan terbanyak jumlah mahasiswa bernama Universitas Sumatera Utara (USU), dan perguruan tinggi paling asri pemilik kota Medan bernama Universitas Negeri Medan (Unimed).
Kampus UIN ada di tengah kota Medan (Jalan IAIN/Sutomo) kini telah lewat tokohnya menjadi “bertuah”, Kampus yang paling ‘modern” ada di sebelah Selatan kota (Tuntungan/ Durian Jangak), kampus paling mudah akses ke jalan tol sebelah Timur (jendela kota Medan) bahkan jumlah mahasiswa lebih dari kecukupan daya tampung.
Sungguh inilah UIN Sumatera Utara Medan perguruan tinggi yang memiliki semua sudut dan identitas Sumatera Utara. Tanah dan lahan telah dibangun gedung, konektivitas telah dijalin dan dijalurkan, tetapi yang utama adalah konektivitas antara akademisi dengan ilmu pengetahuan.
Hubungan antara disiplin ilmu telah dibangun lewat Wahdatul Ulum, hubungan antara ilmuwan murni dengan terapan telah dikembangkan berbagai lembaga bernuansa start-up dan milenial, hubungan antara kampus dan masa depan kini telah digagas dengan Kampus Smart Religius.
Mungkin harapan rektor tahun 1990-an tidak sia-sia, karena penuh perhitungan tersuasana oleh pemikiran Ziauddin Sardar ilmuwan Pakistan yang kesohor sebagai seorang futurolog pada waktu itu.
IAIN adalah masa lalu, tahun 1990 melihat hari ini tentu bangga dengan capaian dan prestasi. Selamat milad IAIN-UIN Sumatera Utara Medan ke-50, dari akhir abad ke-20 kami sampaikan kampus ini adalah harapan masa depan. Konektivitas bukan sekadar bangunan atau jaringan jalinan, tetapi kolaborasi untuk kebermaknaan umat manusia di masa depan.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.