Oleh Prof Dr Mardianto MPd
Paradigma baru IAIN Sumatera Utara menghadapi tantangan masa depan adalah pencanangan Wider Mandate (mandat), hal tersebut meliputi: (1) manajemen korporatif, (2) produk adalah karya ilmiah, jasa pengembangan dan pelayanan keilmuan, (3) kemajuan terletak pada konstribusi semua pihak (4) kemajuan terletak pada manajemen strategis, (5) mahasiswa adalah pencari dan mitra dalam pengembangan iptek, (6) andragogik. (Yasir Nasution, 2007:20).
Sebagai sebuah lembaga pendidikan tinggi, IAIN Sumatera Utara harus tetap mempertimbangkan supra sistem dan sub sistem bila ingin eksis seperti lembaga lainnya di masa depan. Dalam berpikir sistemik supra sistem adalah rumah besar yang menjadi rujukan lembaga ini yakni Kementerian Agama RI, masyarakat Sumatera Utara, dan Pemerintahan Republik Indonesia.
Sementara sub sistem adalah fakultas, mahasiswa, dosen, serta berbagai hal regulasi dan pembinaan yang ada di dalam kampus. Bila supra sistem dapat diterjemahkan dengan baik dalam berbagai program, kemudian subsistem dapat bersinergi dalam mengembangkan dan melaksanakan kegiatan, maka tujuan IAIN akan tercapai dengan efektif.
Awal abad ke 21, rektor M Yasir melihat lima komponen sistem menjadi pilar utama untuk mengefektifkan ketercapaian tujuan IAIN sebagaimana yang diharapkan oleh para pendahulunya yakni sebagai berikut:
1. Manajemen korporatif, IAIN adalah lembaga milik pemerintah bukan milik pribadi atau organisasi, tetapi akan maju dan berkembang bila sebagian mental SDMnya adalah seperti perusahaan. Baru saja tahun 1990 an kita membaca buku “Mega Trend 2000” karya Particia Aburdene yang menyatakan akan terjadi swastanisasi pemerintah disambut langsung oleh rektor. Bekerja yang diukur dengan berkinerja adalah hal utama, apresiasi karena prestasi adalah pemacu, inilah cikal bakal institusi kita pun mengarah dari Satuan Kerja (Satker) menjadi Badan Layanan Umum (BLU).
2. Produk adalah karya ilmiah, jasa pengembangan dan pelayanan keilmuan. Sebagai lembaga pendidikan tinggi maka core bisnis kita adalah pendidikan, penelitian dan pengabdian. Produk pendidikan adalah kualitas SDM yang mumpuni untuk diberikan kepada masyarakat dan pemerintah maupun swasta, produk penelitian adalah ilmu pengetahuan baru yang teruji, berlisensi, siap menjadi solusi masyarakat. Produk pengabdian adalah model atau prototype miniatur dari sebuah keadaan baik itu keadaan masyarakat, keadaan kantor, madrasah, keadaan masjid.
3. Kemajuan terletak pada konstribusi semua pihak. Tidak ada unggulan khusus pada fakultas tertentu, karena ini akan mengakibatkan berpikir sektoral, bila jumlah mahasiswa yang terlalu over, sementara di tempat lain minus, maka semuanya harus berpikir lebih besar untuk perguruan tinggi. Namun demikian kesadaran akan keadaan harus diawali dan diinisiasi oleh pihak yang mengalami minus kontribusi.
4. Kemajuan terletak pada manajemen strategis, tata kelola perguruan tinggi memiliki hal yang bersifat dinamis dan progresif. Berbagai regulasi terus bergulir dari pemerintah untuk dijalankan, sementara keadaan masyarakat kadang berbanding tidak lurus dengan aturan yang ada. Contoh penyesuaian uang kuliah adalah hal nyata bagaimana seorang pimpinan memberi pertimbangan terhadap kedua kutub ini, satu sisi pemerintah mengikuti pasar bebas, di sisi lain input mahasiswa dari kelompok menengah ke bawah. Investasi SDM untuk mengantisipasi hal ini adalah penting, maka meningkatkan kemampuan SDM tenaga kependidikan salah satu hal yang dilakukan.
5. Mahasiswa adalah pencari dan mitra dalam pengembangan iptek. dapat diterjemahkan bahwa civitas akademika yakni dosen, mahasiswa dan tenaga kependidikan adalah kemitraan bukan subyek dan obyek dalam satu kegiatan. Melibatkan, memberi kesempatan kini telah menjadi satu kata penting yakni kolaborasi dosen, mahasiswa dan tenaga kependidikan. Ukuran kinerja seorang dosen akan tampak ketika ia menghasilkan lulusan yang mumpuni, pembimbingan skripsi, tesis dan disertasi akan dilihat kemampuan bersamanya menghasilkan produk ilmiah. Bahkan program studi akan di akreditasi salah indikatornya adalah kolaborasi penelitian dan publikasi bersama antara dosen dan mahasiswa.
6. Andragogik. Secara psikologis stakeholders perguruan tinggi adalah orang dewasa, maka pendekatan andragogi yang dimaknai kesadaran akan fungsi peran masing masing untuk melakukan pekerjaan adalah hal utama. Dalam birokrasi lembaga maka “Atasan menuntut komitmen dan kesetiaan, maka bersamaanlah bawahan meminta keteladanan dalam setiap tindakan”.
Hari ini, 20 tahun yang lalu, enam pilar telah dicanangkan, harapan telah ditambatkan, akhirnya semua kita yang memiliki identitas bagian dari UIN Sumatera Utara Medan harus menyatakannya, baik dalam pikiran, perbuatan, terlebih sikap dan komitmen. Perubahan pasti terjadi, kesiapan akan perubahan itulah yang harus kita peduli.
Selamat milad ke 50 tahun IAIN-UIN Sumatera Utara Medan, setiap kita memiliki potensi untuk berkompetensi melakukan sesuatu yang terbaik, karena itu bagian dari pilar perubahan yang dicita-citakan.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.