Oleh Prof Dr Mardianto MPd
Sukses belajar tidak dapat diukur melalui test yang harus diingat atau diucapkan saja. Tapi berhasil tidaknya anak belajar harus dinilai kekuatan adaptasi terhadap keharusan hidup sekarang dan nanti sebagai hasil pengalamannya di sekolah. (A Hakim Rangkuti, 1984).
Akan tetapi makna mendidik bagi seorang pendidik yang benar-benar menjalankan prinsip evaluator, akan menembus dinding-dinding batas pembelajaran. Bila hari ini peserta didik dengan kejujuran, insya Allah, generasi akan datang akan menunjang harkat keluhuran.
Belajar adalah sebuah proses, dari input dikelola, kemudian menjadi keluaran atau output. Untuk mengetahui input yang berkualitas maka dilakukan seleksi, untuk mengetahui proses berkualitas maka dilakukan perencanaan yang baik.
Kemudian untuk mengetahui output yang benar benar sesuai harapan, maka dilakukan penilaian. Perencanaan, proses dan penilaian adalah satu rangkaian kegiatan pendidikan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya.
Ketika pendidik inspiratif merencanakan pembelajaran bahwa keluaran hasil yang diharapkan adalah anak dapat mengetahui, atau melakukan bahkan lebih dari itu menjadi bagian dari kehidupan terhadap satu nilai diajarkan, maka akan berakibat pada proses pembelajaran harus dikembangkan. Lebih dari itu ketepatan mengukur dari hasil yang diperoleh adalah hal penting.
Mengukur keberhasilan belajar adalah bukan pada saat di mana anak belajar saja, akan tetapi bagaimana nilai yang diajarkan dapat tertanam menjadi bagian dari kehidupan anak setelah mengikuti belajar. Kehidupan anak setelah belajar memang di luar jam belajar, di luar batas kelas, bahkan di luar
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.