Oleh Prof Dr Mardianto MPd
Pria memiliki kemampuan untuk dijadikan sandaran sebagai orang yang bisa diberi tanggung jawab sebagai kepala keluarga dan kemampuan untuk berani dan mau melangkahkan kaki memenuhi kebutuhan/kewajiban keluarga. Seorang suami wajib memiliki kemampuan tersebut karena jika wanitanya (istri) lebih mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga, dikhawatirkan berkurangnya manjanya wanita (istri) dan hilangnya taat istri kepada suaminya. (Dedi Masri, 2021).
Setiap kita pasti memiliki identitas pria atau wanita, tetapi apakah identitas itu kita yang memilih atau tidak pastinya itu kita terima dari takdir Tuhan. Takdir yang ada pada diri kita disyukuri dengan identitas tersebut kita memaknai adanya perbedaan untuk saling melengkapi, dan saling membutuhkan jadilah hidup berpasangan. Bila kita masih merasa dapat menyelesaikan sendiri itu baik, tetapi hukum alam adalah pasangan itu harus diterima bukan untuk diingkari.
Hukum dasar di dunia ini adalah berpasangan, diawali ada yang menciptakan ada yang diciptakan. Bila yang diciptakan itu ada pria dan wanita, maka yang menciptakan tidak ada jenis kelaminnya, bila yang diciptakan itu ada kanan dan kiri, besar dan kecil, hidup dan mati, maka yang menciptakan tidak demikian, begitulah seterusnya dalam logika kita sendiri dapat merumuskan dan memutuskan untuk sebuah keyakinan.
Ingin melakukan hal yang berbeda dari logika di atas, ia tidak pria dan tidak wanita, ia mampu sendiri tunggal tanpa berpasangan, maka mengarah pada dia sendiri yang menciptakan eksistensinya.
Pernyataan yang dapat disampaikan di sini adalah selagi kita mengakui sebagai makhluk yang diciptakan kita adalah saling melengkapi, kelebihan pria adalah untuk melindungi kelemahan wanita, kelebihan wanita adalah untuk mendukung kesempurnaan pria.
Mengapa mesti pria yang memimpin, mungkin itu formalnya, tetapi secara informal kita harus mengakui wanita itu memimpin dalam banyak hal. Marilah kita persepsi diri kita sesuai dengan kodrat kita sebagai pria atau wanita dengan baik, setuju bila Morteza Muttahari pernah menyatakan; pria diciptakan untuk menaklukkan dunia, sementara wanita yang menaklukkan dunia cukup dengan membersamai seorang pria.
Entahlah dalam pendidikan semua harus memiliki peran, baik ia pria ataupun wanita bila saling menyadari dan memosisikan diri sebagai pendidik maka akan mendapat keberkahan. Sekali lagi Dedi Masri mengonfirmasi Surat An-Nisa ayat 34 telah menekankan bahwa Laki-laki harus bisa menjadi pemimpin kaum wanita, karena baik dalam suatu organisasi, wilayah, negara maupun rumah tangga, kepemimpinan merupakan otoritas seorang laki-laki.
Kenyataannya dalam statistik banyak wanita yang menjadi guru, baik di jurusan guru, guru di kelas, bahkan kepala sekolah.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.