Oleh Prof Dr Mardianto MPd
Intensitas waktu yang diluangkan mahasiswa dalam membaca, jika dilihat dari waktu yang disisihkan oleh mahasiswa dalam membaca buku relatif rendah, yaitu kurang dari satu jam tiap harinya bahkan ada yang tidak pernah sama sekali meluangkan waktu untuk membaca, kecuali saat-saat menjelang ujian. Faktor yang menghambat mahasiswa dalam membaca, yang paling besar adalah berasal dari dalam diri mahasiswa yang ditunjukkan dengan kebiasan atau kegemaran membaca yang sangat rendah. Membaca bukan sesuatu yang menjadi kebiasaan atau gaya hidup bagi mahasiswa. (Sapri, 2015:ii)
Ibadah paling tua dalam Islam adalah belajar, ini isyarat dari ayat yang pertama turun adalah Iqra` artinya membaca, membaca itu adalah alat utama untuk belajar. Jadi jelas ada kaitan antara membaca, belajar, ibadah, ketiganya menyatu dalam kehidupan seseorang apalagi generasi muda yang ingin meneruskan peradaban.
Membaca adalah satu keterampilan dasar bagi seseorang untuk mengetahui tentang berbagai hal. Keterampilan membaca diawali dari mengenal huruf, kaidah, sampai pada penyusunan narasi untuk berkomunikasi.
Sistematika membaca dikembangkan dari pengenalan huruf, memahami makna kata, merangkai kalimat, kemudian menyusun paragraf sampailah pada satu teks narasi untuk sebuah pesan yang baik. Berkembang lebih jauh tentang membaca ini maka seseorang akan semakin terampil dalam hal menggunakan logika dimana narasi diperkuat dengan deretan angka, dukungan data, dan pembuktian fakta, maka semakin akuratlah narasi bacaannya.
Tetapi ingat ahli pembaca atau narrator ulung bukan semata persoalan merangkai dengan logika formal, akan tetapi kepiawaiannya menempatkan diksi dan konteks adalah hal utama. Benar bicaralah sesuai dengan keadaan siapa yang anda ajak berbincang.
Belajar adalah sebuah aktivitas disengaja untuk mendapatkan sesuatu yang permanen bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu dan keterampilan serta nilai yang menjadi sikap kepribadian terbentang seluas alam semesta, tersemat di seluruh manusia, dan ada terselip pada setiap individu. Tetapi bagaimana kita mengetahui, mengungkap dan mengasahnya sampai akhirnya kita berkuasa mengendalikan, saat kapan kita butuhkan, saat kapan kita gunakan, dan kita jadikan untuk kehidupan sehari-hari.
Belajar adalah mengenali potensi diri untuk mengetahui ilmu dengan mengetahui kunci-kunci utamanya. Belajar juga mengasah keterampilan dengan mengasah kemampuan selalu berlatih di medan yang sebenarnya, karena dari kehidupan nyata (bahkan kesalahan sekalipun) kita akan mendapatkan hal baru. Belajar adalah proses pemaknaan akan arti hidup, semua berawal dan pasti berakhir, kemudian bagaimana kita hidup seimbang ditengah-tengahnya.
Ibadah memberikan pesan kepada kita, manusia hidup memiliki tujuan. Ketika tujuan dapat diperjelas, maka dimana kita sekarang, sedang dimana dan akan kemana akan lebih nyata. Dari kenyataan itu akan membimbing langkah agar tetap pada koridor yang tepat. Jadi ibadah adalah proses menjalani sesuai dengan aturan yang diyakni, dengan itu hidup ini akan terarah, dan terkendali akhirnya kebahagiaan dapat dicapai.
Pendidik inspiratif selalu menyadari, bahwa peserta didik harus dibekali dengan keterampilan membaca yang memadai, kemudian dengan itu ia akan belajar secara konsisten dan akhirnya bernilai ibadah. Bila peserta didik telah memiliki kemampuan membaca, ia akan belajar kapan saja, dimana saja dan kepada siapa saja, konsistensi itulah yang harus dipelihara dan dikembangkan terus menerus.
Ibadah akan lebih baik bila seorang memulai dengan ilmu pengetahuan, dengan keterampilan serta niatnya adalah untuk keberkahan. Ingat tidak mesti menunggu tua baru membaca, apalagi belajar karena ibadah bisa dimulai di sini, saat ini.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.