Oleh Prof Dr Mardianto MPd
Pembelajaran matematika jarak jauh berbasis teknologi dapat memberikan dampak positif maupun negatif baik pada siswa maupun guru. Faktor yang memberikan dampak negatif disebabkan oleh pelaksanaan pembelajaran yang tidak memperhatikan personal faktor dan personal behavior baik siswa maupun guru. Faktor lainnya adalah pelaksanaan pembelajaran yang tidak menghadirkan pembelajaran yang dekat dengan kehidupan, tradisi dan budaya sekitar siswa, sehingga siswa merasa asing dengan konten masalah dan pembelajaran yang didesain berbasis teknologi. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji secara kritis terkait dampak positif dan dampak negatif yang ditinjau dari personal factor dan personal behavior pada pelaksanaan pembelajaran matematika jarak jauh berbasis teknologi (Edi Syahputra, 2022).
Setiap kegiatan pendidikan memiliki risiko, apakah itu kebaikan dan kemungkinan saja ada dampak negatif yang mengiringinya. Terlebih dengan pilihan menggunakan teknologi atau bertahan terhadap cara-cara tradisional, maka semuanya akan memiliki risiko bagi siswa, ia akan mengalami apa yang menjadi keputusan bagi pendidik.
Pembelajaran matematika jarak jauh berbasis teknologi dapat memberikan dampak positif maupun negatif baik pada siswa maupun guru. Thesa ini tentu beralasan, pendidikan jarak jauh adalah sebuah pilihan sulit, mengapa mesti dilukan tentu bukan hanya alasan pandemi, atau alasan tersedianya teknologi, tetapi utamanya adalah pendidikan harus terus berjalan apapun keadaan yang terjadi.
Kita harus menyadari bahwa pendidikan dan peradaban berjalan seiring, teknologi dan strategi pembelajaran berbanding sama, maka kemampuan mengembangkan berbagai perangkat untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan itulah teknologi pendidikan.
Faktor yang memberikan dampak negatif disebabkan oleh pelaksanaan pembelajaran yang tidak memperhatikan personal faktor dan personal behavior baik siswa maupun guru. Para guru telah berjuang keras, dengan maksud pendidikan harus tetap berlangsung hal ini akan berdampak banyak hal, bukan saja persoalan pilihan lain yang lebih parah.
Siswa telah diberi pelatihan, dan bekal cara belajar mandiri, begitu juga berbagai aplikasi diciptakan untuk memudahkan guru melayani siswa, hasilnya tetap mempunyai celah masalah.
Kesiapan guru dan siswa apakah secara bersamaan atau sendiri sendiri tetap menjadi bagian penting bagaimana menyamakan persepsi bahwa belajar itu perlu, strategi itu harus disepakati, dan tujuan harus sama sama dicapai.
Faktor lainnya adalah pelaksanaan pembelajaran yang tidak menghadirkan pembelajaran yang dekat dengan kehidupan, tradisi dan budaya sekitar siswa, sehingga siswa merasa asing dengan konten masalah dan pembelajaran yang didesain berbasis teknologi.
Ini adalah hal penting harus ditemukan oleh penelitian terkini di berbagai tempat. Bila saja pendidikan jarak jauh dirancang sedemikian rupa maka segala perhitungan dan kemungkinan akan dipertimbangkan.
Faktor tradisi dan budaya yang ada di tengah tengah masyarakat dijadikan bagian penting menjadi lingkungan pendidikan jarak jauh maka hasilnya bisa saja lebih maksimal.
Kita harus mengakui bahwa pendidikan jarak jauh yang kita lakukan lebih kepada mengatasi masalah pandemi, bukan sebuah perspektif tentang kemajuan teknologi pendidikan. Maka menyelesaikan sesaat untuk sebuah program mengatasi masalah itu adalah wajar, tetapi ternyata memiliki keterbatasan.
Berubahnya mindset para pendidikan di era milenial, para peserta didik di mana mereka adalah generasi z, menjadikan paradigma pendidikan akan lebih memungkinkan untuk transformasi kepada teknologi pendidikan.
Jadi, paradigma akan menjadi tradisi baru, dan membentuk budaya baru tentang belajar bagi guru dan siswanya.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.