Sebenarnya arti ma`rifat itu ialah pengetahuan, mengetahui sesuatu dengan seyakin-yakinnya. Ma`rifatullah sebenarnya dapat kita artikan dengan tepat mengenal Allah, kenal kepadanya mengenai zat-Nya, sifat-Nya dan asma-Nya. (Atjeh,1989:67).
Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta, tak cinta maka tak jadi, setelah jadi maka ia bukan saja mengenal obyek maf'ulumbih, tetapi justru ia lebih mengenal dirinya sendiri fail.
Siapa yang kendal dirinya maka ia akan mengenal Tuhannya. Yang dikenal ternyata mendahulukan yang mengenal, keduanya ada pada diri kita, kapan saja, siapa saja, tentang apa saja. inilah awal dari dunia perkenalan dengan apa yang disebut Tuhan Allah.
Terdapat tiga perkenalan yang unik menurut tulisan ini yakni;
Pertama, yang saya kenal selama ini, saya memiliki kemampuan untuk melakukan banyak; saya bisa makan, minum, bernafas, dan juga bisa berlari, berbicara pada orang lain. Ini saya akui dapat saya pelajari dan saya kembangkan, bahkan saya kendalikan.
Kedua, yang saya kenal selanjutnya, saya dapat berjalan ke mana saja, terserah apakah saya berkendaraan sepeda motor, atau saya naik pesawat terbang. Saya bisa saja menentukan tujuan saya tetap tinggal di rumah malam ini, atau saya pergi ke tempat keramaian, atau saya harus ke masjid. Jadwal saya yang menentukan sendiri dan untuk dipatuhi atau dilanggar.
Ketiga, berikutnya saya mengenal diri saya 24 penuh, saya bangun tidur, mandi, sarapan, ibadah, begitu siang malam siklus saya lakukan. Selama sepekan saya ikuti nama harian, sehingga bulan dan tahun saya dapat merencanakan, atau saya juga membatalkan.
Suatu ketika saya akan berangkat tengah malam ke bandara, ternyata karena terburu saya bangun kesiangan, terlambat ketinggalan jadwal yang telah ditentukan, akhirnya saya sakit, dan opname beberapa waktu.
Betapa takutnya saya waktu hari kedua tepatnya Jumat Kliwon tanggal 13 di ruang inap, segala hal berkecamuk dalam diri saya. Semua yang saya kenal selama ini tidak ada yang mampu menghampiri apalagi menemani saya.
Makan minum yang selama ini tinggal saya pilih, kini dipilihkan perawat pun saya sulit menerimanya, bernafas dibantu oleh alat, berdiri pun tak sanggup apalagi berjalan dan berlari.
Ingin rasanya menyampaikan apa yang saya rasakan pada orang lain, tetapi saya justru dikarantina dengan alasan untuk istirahat. Tak ada yang dapat saya lakukan kecuali pasrah pada aturan yang saya sendiri harus menyetujuinya. Yang saya kenal akhirnya saya tidak mampu mengendalikan diri saya.
Bagaimana saya mau marah kepada pesawat terbang yang salah satu tempat duduknya sudah saya sewa, justru saya ditertawakan, bahkan dimarahi oleh petugas Angkasapura.
Diam dan terbaring di ruang sendiri tanpa orang lain, itulah sebuah pilihan keterpaksaan, inilah yang disebut melanggar apa yang saya rencanakan, karena tak kuasa lagi untuk memilih.
Hari-hari dirawat, seakan jam di dinding menjadi teman menghabiskan waktu. Jarum jam konsisten dari detik membawa menit, akhirnya menetapkan jam itulah siklus yang menghantarkan saya dari malam sampai siang.
Pandangan saya tidak ada yang lain rasanya jarum jam yang kecil dapat saja saya pegang dan putar balik, atau saya patahkan. Tetapi justru saya dipaksa mematuhi hukum alam, sementara saya tak kuasa membalikkan waktu untuk mundur walau satu detik sekalipun.
Tiga pengalaman ini membentuk sebuah pengetahuan, karena saya sendiri yang mengalami dan akhirnya mengetahui hal tersebut dengan seyakin-yakinnya.
Di saat itulah saya kenal diri saya ternyata saya tidak kuasa atas diri saya sendiri. Dan saya bagian dari kekuasaan yang mengenal saya, mengendalikan saya dan memberikan dari apa yang saya sakswasangkakan.
Jadi benarlah bila dinyatakan bahwa Ma`rifatullah sebenarnya mengenal Allah, kenal kepadanya mengenai zat-Nya, sifat-Nya dan asma-Nya yang dijadikan bagaimana kita mengenal diri kita sendiri.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.