Fenomena krisis akhlak di era globalisasi telah melanda generasi muda, sehingga ditemukan pemuda-pemudi yang enggan mengamalkan tuntunan Islam dalam aktivitas sehari-hari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa akhlak manusia terhadap dirinya sendiri ialah berupa upaya menyeimbangkan jasmani dan rohani diri, tanpa pemaksaan salah satu dari keduanya, dan memelihara diri dengan sifat terpuji seperti syukur, ikhlas, sabar, pemaaf, dan amanah. Selanjutnya, akhlak manusia terhadap Allah SWT. sebagai Sang Pencipta ialah taat beribadah dan memelihara kelangsungan kehidupan sebagai khalifatullah fil ardh. Adapun akhlak manusia terhadap Rasulullah saw. yaitu meneladani kehidupan beliau dan melaksanakan ajaran Islam sesuai dengan perkataan, perbuatan, dan penetapan yang dicontohkan Rasulullah SAW.(Ira Suryani, 2022).
Generasi ideal untuk hidup di masa depan adalah mereka yang siap meneladani Rasulullah, bagaimana dalam kehidupan sehari-hari baik dalam berperilaku hidup sendiri, berkeluarga, bermasyarakat dan seterusnya.
Akhlak dalam tuntutan yang diajarkan diantaranya hidup dengan penuh kesyukuran, ikhlas dalam setiap tindakan, bersabar dalam setiap menghadapi cobaan dan memaafkan segala kesalahan orang lain, serta amanah dalam menjalankan tugas.
Generasi ideal yang memiliki rasa syukur diawali dari kemampuan dirinya mengenal bahwa ia adalah bagian dari alih generasi terdahulu yang mempersiapkan dengan sebaik-baiknya. Orang tua telah menyekolahkan, lingkungan telah menciptakan kebaikan, serta negara telah menganggarkan dana pendidikan.
Bila ini disyukuri maka sikap positifisme menjadi motivasi yang kuat dan memberikan berbaik sangka terhadap kehidupan, generasi ini akan mudah diarahkan untuk menatap masa depan.
Generasi ideal yang memiliki sifat ikhlas, pada umumnya diciptakan oleh lingkungan keluarga dimana orang tua yang tidak pernah menuntut apapun dari anak anak mereka.
Keikhlasan orang tua ini memberi dorongan bahwa bila kita memberikan dengan sungguh dan senang tanpa adanya imbalan, maka satu saat nanti akan mendapatkan lebih dari yang diinginkan sekarang.
Bila orang tua, guru dan siapapun kita yang memberi perhatian terhadap generasi muda dengan niat untuk kebaikan masa depan, maka mereka sendiri menjadi jawaban apa yang terbaik.
Bukankah penghormatan terhadap generasi tua adalah bentuk balasan ikhlas yang kita berikan selama ini. Begitu juga dengan generasi yang selalu bersabar atas segala hal yang telah dilakukan.
Apakah menghadapi masalah, cobaan atau hasil yang tertunda. Setiap kita pasti menghadapi masalah, banyak cara untuk mengatasinya, belajar mengenal dan mengurai masalah itu pertanda kita dekat dengan kesabaran.
Setiap orang pernah mendapat cobaan yang dianggap tidak mampu mengatasinya, padahal tidak ada seorangpun yang diberi tuntutan yang tidak sesuai dengan kesanggupannya.
Sampailah semua kita pasti ingin menuai hasil dari apa yang kita lakukan, tentunya tidak mesti hari ini, bisa saja esok, dan lain waktu. Ada saat yang tepat direncanakan oleh Tuhan, sehingga jawabannya pada kemampuan kita bersabar akan apa yang akan kita inginkan.
Sampailah pada generasi yang melakukan silaturahmi antara sesama makhluk, di mana ketika ada masalah yang dihadapi, konflik antarkepentingan, kata maaf adalah jawaban.
Memaafkan bukan untuk merendahkan diri, atau kalah dalam peperangan, tetapi terapi jiwa agar sehat secara spiritual untuk menjadi semangat kembali mengabdikan diri padanya.
Generasi yang kuat menjalankan segala hal di atas, mengarah pada puncaknya yakni menjadi orang yang amanah terhadap apapun yang ada di pundaknya.
Mereka siap menerima estafeta alih kekuasaan, alih peradaban untuk dilanjutkan pada sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Siapapun kita memiliki kesempatan untuk menjadikan diri kita sampai pada puncak akhlakul karimah, semua langkah dapat dijalani, tetapi tidak mesti satu persatu selesai.
Amanah yang utama adalah ia menerima dirinya sendiri sebagai makhluk Tuhan, sekaligus tidak merusak apapun yang ada pada dirinya, lingkungannya apalagi orang lain.
Ira Suryani, memberikan catatan penting kepada kita bahwa alih generasi itu penting dengan mempersiapkan sikap keagamaan. Contoh Rasulullah itu harga mati, sampai kapanpun tetap idael untuk dijadikan panutan.
Dalam hal ini, pada setiap pergantian kepengurusan satu organisasi ada pesan paling sederhana kepada pemimpinnya; kelau tidak bisa berbuat lebih baik, paling tidak janganlah meninggalkan yang lebih buruk. Sungguh itu sebuah warning, tentang generasi hari ini.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.