Pembelajaran dan pengajaran kontekstual memberikan dua pertanyaan penting bagi para siswa; “konteks-konteks apakah yang tepat untuk dicari oleh manusia?” dan “langkah-langkah kreatif apakah yang harus saya ambil untuk membentuk dan memberi makna pada konteks?”.(Johnson,2006:66)
Seorang guru matematika di sebuah madrasah tsanawiyah memulai pembelajaran dengan menanyakan kepada siswanya, berapa skor akhir pertandingan antara Indonesia dan Bahrain, semua siswa menjawab 2:2.
Banyak komentar yang mengiringi jawaban tersebut, ada yang kesal, ada yang optimis, bahkan mengulas bola sampai FIFA, tetapi ada juga yang diam seperti tidak terjadi apa-apa.Intinya kelas jadi ramai, riuh dan sebagian siswa ingin memberi tanggapan serius.
Kita tanya mengapa seorang guru matematika mesti bertanya tentang bola, padahal ia bukan guru olahraga, jawabannya karena memang pada malam sebelumnya berlangsung pertandingan prakualifikasi piala dunia zona Asia.
Sebagian siswa menonton dari pengalaman itulah guru mencoba melakukan apersepsi materi pembelajaran dengan pengondisian. Karena cerita bola lagi hits atau dalam bahasa media sedang viral, maka guru ini sebenarnya telah melakukan pembelajaran kontekstual.
Memulai pembelajaran dari pengalaman anak, karena anak memang memiliki sumber informasi yang begitu kaya dan ragam. Mereka juga menonton televisi, youtube, dan platform lainnya, bahkan mereka berdiskusi dengan teman sebaya.
Sebelum berangkat ke sekolah mereka telah memiliki pengetahuan yang cukup untuk standar minimal berbagai materi pelajaran. Di sinilah peran guru berpindah dari pengajaran menjadi pembelajaran, karena memanfaatkan seluruh sumber daya yang menjadi lingkungan sebagai bagian dari pengayaan ilmu pengetahuan anak.
Pemberdayaan tersebut dengan cara mendorong anak terus aktif berinteraksi dengan lingkungan, dengan sumber belajar lainnya, dengan media, dan dengan teman sebaya.
Jadi guru bukan lagi mengajar untuk memberikan ilmu pengetahuan akan tetapi mengembangkan pembelajaran atau mengorkestra lingkungan.Kita bayangkan sekali lagi sebagain guru kita telah merancang, mempersiapkan pembelajaran sebelum tahun ajaran, apakah ini yang harus dilakukan, dan dipertahankan.
Tentu tidak selamanya apa yang direncanakan harus dilakukan, karena kontekstualisasi situasi dalam pembelajaran selalu berubah dan dinamis, maka guru harus melakukan berbagai skenario.
Skenario pertama adalah menjalankan apa yang ada dalam rencana pembelajaran. Skenario kedua adalah merubah sesuai dengan kebutuhan atau keadaan di lapangan, dan skenario ketiga adalah guru harus kreatif memodifikasi pembelajaran agar sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang dialami anak.
Sampai di sini jelas, kreatifitas akan muncul ketika guru dihadapkan oleh situasi yang kadang tidak sesuai dengan apa yang direncanakan. Perencanaan itu perlu, dan sangat perlu, namun penyesuaian itu lebih penting untuk mengatasi keadaan di lapangan pembelajaran.
Kita baru sadar guru yang hanya berpegang atau berpatokan pada rencana pembelajaran semata adalah mereka yang kaku dan tidak memiliki empati situasi.
Kontekstual dan kreatifitas menjadi ruang penting bagi kegiatan pembelajaran dan di sanalah akan lahir generasi yang siap untuk segala macam situasi atau berbagai tantangan hidup.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.