Barangsiapa tidak terdidik oleh orang tuanya, maka akan terdidik oleh zaman, maksudnya barangsiapa tidak memperoleh tata krama yang dibutuhkan sehubungan pergaulan bersama melalui orang tua mereka yang mencakup guru-guru dan para sesepuh, dan tidak mempelajari hal itu dari mereka, maka ia akan mempelajarinya dengan bantuan alam, dari peristiwa-peristiwa yang terjadi sepanjang zaman, zaman akan mengajarkannya. (Ibn Khaldun: 2001:xi).
Hati-hati di luar, karena di luar ada sesuatu yang membuat kita harus hati-hati, apa itu hal yang tidak terkendali. Di luar maksudnya adalah di luar rumah, di luar kendali di luar kesadaran kita.
Maka kita selalu memberi perhatian bagi siapa saja yang akan keluar, keluar dari lingkungan kita untuk berhati-hati, memperhatikan hal dari yang kecil sampai yang besar. Tujuannya jelas untuk dapat berjalan keluar dengan selamat dan kembali dengan seutuh diri sebagaimana ketika ia memulai keluar dari rumah sebelumnya.
Pendidikan dapat dilakukan di mana saja, kapan saja oleh siapa saja, namun pendidikan yang dilakukan oleh orang pertama yakni orang tua dalam keluarga itu adalah hal utama. Niat dan tujuan orang tua berumah tangga adalah untuk mendapatkan keturunan, dan meneruskan kehidupan.
Karena itu kehadiran anak adalah inheren harus dipersiapkan, maka disebut pendidikan in formal. Bagi anak yang tidak dapat pendidikan dari orang tuanya maka satu hal ia alfa tentang kehidupan ini.
Ibn Khaldun mengingatkan kita, barangsiapa tidak terdidik oleh orang tuanya, maka akan terdidik oleh zaman.
Zaman yang menjadi pendidik anak, bukan di luar rumah, bukan di luar kendali tetapi mungkin di luar kesadaran kita. Hal ini bisa saja terjadi, anak diam di rumah tetapi ia mendapatkan informasi yang mempengaruhi dirinya tentang apa itu hidup dan kehidupan.
Untuk itulah sekali lagi penting pendidikan dilakukan oleh orang tua yang masih memiliki kesadaran tentang pendidikan memperoleh tata krama yang dibutuhkan sehubungan pergaulan bersama.
Kita harus menyadari bahwa melalui orang tua mereka yang mencakup guru-guru dan para sesepuh maka pendidikan akan lebih baik dibanding apapun di dunia ini.
Anak yang belajar diluar kendali bisa saja ia belajar di rumah dengan gadget, anak yang belajar dengan kendali kita bisa saja ia mentaati aturan waktu dan tempat, namun ruh dari pendidikan belum didapatkannya.
Bayangkan ketika ini terjadi maka nilai-nilai yang menjadi marwah keluarga tidak dipelajari, maka ia akan mempelajarinya dengan bantuan alam, dari peristiwa-peristiwa yang terjadi sepanjang zaman, zaman akan mengajarkannya.
Sungguh apakah ini disadari atau tidak, maka mungkin saja orang tua akan ditegur oleh alam kemudian barulah ia memahaminya, dan kemudian mengendalikan anak dengan cara membangun rumah tangga lagi.
Kita bersyukur diingatkan oleh Ibn Khaldun tentang pendidikan anak. Intinya adalah orang tua akan menjadi kepala keluarga ketika ia memiliki kesadaran untuk mengendalikan anggota keluarganya.
Orang tua yang mampu merencanakan, mengendalikan dan menuju satu tujuan berkeluarga yakni membawa semua anggotanya jauh dari api neraka.
Ini bukan sekadar pertannggungjawaban sebagai ketua atau pimpinan, tetapi itulah yang disebut orang tua mampu mengendalikan keluarga. Dan akhirnya justru orang tua yang harus hati-hati dalam berumah tangga, hati-hati mendidik anak, hati-hati memberi perhatian terhadap anak.
Awalilah dengan hati-hati memberi rezeki untuk untuk dibawa ke rumah menafkahi seluruh anggota keluarga, karena zaman tidak selalu memberi aba-aba kapan kita harus berhati-hati. Padahal aba-aba tentang rezeki halal dan haram selalu ada di depan mata.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.