Inti dari etnografi adalah upaya untuk memperhatikan makna-makna tindakan dari kejadian yang menimpa orang yang ingin kita pahami. Beberapa makna tersebut terekspresikan secara langsung dalam bahasa; dan di antara makna yang diterima, banyak yang disampaikan hanya secara tidak langsung melalui kata-kata dan perbuatan.(Spradley, 2007:5)
Setiap orang pasti mengalami sesuatu baik itu disadari atau tidak, baik itu rencanakan maupun sembarangan, apakah itu keterpaksaan atau dengan sukarela. Semua tindakan yang menjadi pengalaman dialami oleh seseorang bisa saja sendiri, berdua, bersama atau ramai. Bahkan kegiatan tersebut setiap saat, atau setiap waktu bisa di rumah, di hutan, atau di tempat pekerjaan dan lain sebagainya.
Mengerti dan memahami tindakan yang menjadi pengalaman begitu kompleks, ada yang terjadwal tetapi lebih banyak yang tidak terdapat dalam roster pelajaran.
Artinya sedikit orang yang mencatat apa yang dilakukan dan sangat panjang dan luasa pengalaman yang tidak terkendalikan, apalagi dicatat sebagai sebuat dokumen. Itulah tindakan, kejadian yang menjadi bagian dari perjalanan hidup, dari sanalah kita sesungguhnya belajar apa arti kehidupan.
Penelitian etnografi memulai dari satu kesadaran bahwa setiap tindakan seseorang pasti memiliki dasar, dan tujuan, untuk itu perlu diketahui apa makna dari itu semua.
Makna dapat diperoleh dari tindakan yang terukur, terulang, terkontrol dan terkendali, sehingga catatan dapat mengikuti, mengiringi dan mendokumentasi apapun yang terjadi.
Tetapi juga dalam penelitian etnografi kita justru tidak diminta untuk menjadi aktor utama, apalagi menjadi pendamping kejadian, atau justru mengendalikan satu keadaan. Semua yang berjalan secara alamiah itulah sesungguhnya obyek dan subyek yang akan dicatat dan didokumenkan.
Penelitian etnografi kemudian diajak untuk memahami lebih jauh, bahwa setiap subyek pasti memiliki potensi untuk melahirkan informasi. Tidak mesti dengan bicara atau pernyataan verbal bahkan tulisan, untuk dipercaya, tetapi setiap gejala pasti bermakna, bahkan diamnya anggota masyarakat pasti ada sesuatu nilai di sana.
Sekali lagi catatannya adalah; apa yang menyebabkan hal itu terjadi, bagaimana hal tersebut bisa terjadi, dan apa yang dituju dari kejadian tersebut.
Setiap orang dalam berbagai keadaan, atau setiap pekerjaan dalam berbagai profesi dapat menjadi obyek penelitian etnografi.
Pertanyaan-pertanyaan singkat yang dapat dimulai untuk menjadikan fenomena ini bermakna adalah; mengapa ia memiliki pekerjaan tersebut, apa sengaja atau keterpaksaan, apakah dia sendiri yang mendaftarkan diri untuk mengikuti tes pegawai, apakah ada campurtangan orang lain sehingga ia ditempatkan pada posisi tersebut.
Sungguh semakin digali semakin dalam dan semakin kompleks kita mempersepsikan pekerjaan seseorang yang menjadi pilihan profesinya.
Berlama-lama dan berdalam-dalam dalam penelitian etnografi maksudnya adalah untuk mengetahui bagaimana sifat siklus yang dialami oleh seseorang sehingga ia melakukan hal tersebut, apakah setiap hari, sepekan, sebulan atau bahkan bertahun-tahun dan seterusnya.
Berdalam-dalam dimaknai bahwa bila kita ingin mengetahui seseorang, maka perspektif yang harus dibangun dari berbagai sudut pandang, dari teman baiknya, dari teman akrab dan karibnya, dari orang yang membencinya bahkan orang yang pernah dikhianatinya.
Keberhasilan penelitian etnografi bukan pada tebalnya sebuah laporan, atau menyetujui teori-teori sebelumnya, akan tetapi bagaimana ia menemukan ada fenomena baru yang pantas diungkap, dan kemudian ditawarkan untuk dijadikan teori baru dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Boleh saja orang mempercayainya bahwa fenomena itu kasuistik, sangat kecil, akan tetapi metodologi etnografi setelah grandtour, kemudian minitour paling tidak memberi gambaran apa yang benar-benar terjadi.
Dan mungkin saja bisa digunakan atau jadi pertimbangan ketika kita memahami hal yang sama di tempat lain, atau pada waktu lain. Dari sinilah kita mengangkat sebuah prinsip teori itu bukan benar dan salah, tetapi dipakai atau tidak.
Hasil penelitian etnografi pada gilirannya dapat dijadikan dasar bagaiman kita melakukan sesuatu lebih banyak dengan kesadaran, lewat perencanaan, kemudian dengan sukarela, bersama.
Kita juga akan melakukannya pada tempat yang telah disiapkan, atau sesuai dengan kebutuhan akhirnya itulah yang bernilai kesenangan, menuju kebahagiaan.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.