Tafsir ilmu adalah sebuah upaya memahami ayat-ayat Al-Qur`an yang mengandung isyarat ilmiah dari perspektif ilmu pengetahuan modern. Di era modern tafsir ilmi semakin populer dan meluas. (Kementerian Agama RI, 2013:xxii).
Ilmu itu begitu luas, seakan tak bertepi, jauh tak terlihat, bermanfaat tak terbatas selagi manusia ingin menggali sebanyak itu pula didapat. Tetapi Al-Qur`an memberikan inspirasi yang berbeda, dengan menekankan kepada siapa saja yang ingin menggali maka ia akan mendapatkan, komunitas mana saja yang mendukung maka akan mendapat wawasan, bahkan masyarakat yang berpartisipasi maka akan datang keberkahan.
Dalam hal ini adalah Kementerian Agama Republik Indonesia yang peduli terhadap ilmu pengetahuan dari nilai Al-Qur`an maka pantas menjadi sebuah warisan untuk peradaban.
Hari ini tentu berbeda dengan kemarin, pemaknaan ayat-ayat Al-Qur`an mengalami berbagai perubahan bahkan bertransformasi sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
Ini sekaligus mengisyaratkan bahwa sisi mana Al-Quran menjadi wahyu kalam Ilahi, dan dari sisi mana pula yang dikemas sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam satu kajian kemudian menjadi lembaga pengkaji Al-Qur`an Kementerian Agama Republik Indonesia melihat bahwa fenomena ini setidaknya dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
Pertama; pengaruh kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan Barat (Eropa) terhadap dunia Arab dan kawasan muslim. Ilmu itu milik siapa saja, bagi ummat yang mendapatkan lebih dahulu bila ditujukan untuk kemaslahatan yang lebih besar maka akan berkembang. Walaupun di Barat ilmu pengetahuan mengalami pertumbuhan cukup pesat, tetapi ini justru memberi dampak terhadap adanya sikap terbuka bagi pengkaji Al-Qur`an dan lebih progresif.
Kedua; munculnya kesadaran untuk membangun rumah baru bagi peradaban Islam setelah mengalami dualisme budaya yang tercermin pada sikap dan pemikiran. Dualisme ini melahirkan sikap kontradiktif antara mengenang kejayaan masa lalu dan keinginan memperbaiki diri, dengan kekaguman terhadap peradaban Barat yang hanya dapat diambil sisi materinya saja. Bila dipahami ilmu membawa ideologi dan budaya tertentu, maka kewaspadaan terhadap dampaknya sangat mungkin dialami oleh para ilmuan dipihak lain. Kebimbangan dan kebingungan dalam bersikap para ilmuan muslim justru mengajak mereka tidak perlu berlama di jembatan, tetapi menjadikannya sebagai instrumen untuk menguatkan keberpihakan pada ilmu yang diridhai Tuhan.
Ketiga; perubahan cara pandang muslim modern terhadap ayat-ayat Al-Qur`an, terutama dengan munculnya penemuan-penemuan ilmiah modern pada abad ke-20. memang Al-Qur`an mampu berdialog dengan siapa pun dan kapan pun. Penemuan terus saja terjadi, dialog ilmu pengetahuan terus berlangsung, dampak pada masyarakat bahkan luar biasa, dan hasilnya inilah masyarakat yang terbuka terhadap hal baru, termasuk tafsir modern dari ayat-ayat Al-Qur`an. Tidak perlu skeptis, justru adaptif dalam memahami berbagai fenomena munculnya ilmu baru, menjadikan penafsiran ayat-ayat Al-Qur`an semakin kolaboratif untuk mengatasi masalah ditengah-tengah masyarakat.
Keempat; tumbuhnya kesadaran bahwa memahami Al-Quran dengan pendekatan sains modern bisa menjadi sebuah ilmu kalam baru. Bila dulu diajarkan Al-Qur`an diperkenalkan dengan pendekatan logika/filsafat sehingga menghasilkan ratusan bahkan ribuan karya ilmu kalam, sudah saatnya pendekatan ilmiah/ saintifik menjadi alternatif. Berpacu dalam membangun ilmu pengetahuan tidaklah mesti saling berdebat dan menyalahkan apalagi apriori terhadap pihak lain. Ilmu pengetahuan yang berkembang disisi lain akan lebih bermakna bila dipahami sebagai kontributor terhadap penafsiran Al-Qur`an disisi lainnya.
Dalam rangka memberi pencerahan terhadap masyarakat khususnya umat Islam, maka benar bila Kementerian Agama RI, memberikan pemaknaan lebih lengkap, sistematis dan bermanfaat terkait dengan tafsiran baru ayat-ayat Al-Qur`an.
Tafsir berbasis sains adalah jawaban bahkan solusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, bahkan inspirasi untuk pemaknaan yang lebih luas bagi umat untuk memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Al-Qur`an sudah dibaca, tafsir sudah diberi makna, maka kini tinggal mengamalkannya.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.



















