Guru jangan hanya memberi pengetahuan yang perlu dan baik saja tetapi harus juga mendidik si murid akan dapat mencari sendiri pengetahuan itu dan memakainya guna amal keperluan umum. Pengetahuan yang baik dan perlu itu yang manfaat untuk keperluan lahir batin dalam hidup bersama. (Ki Hajar Dewantoro).
Manusia seutuhnya adalah seseorang yang memiliki perkembangan sempurna baik jasmani, rohani maupun eksistensi.
Jadi pertumbuhan jasmani selalu ditampakkan adalah kebutuhan gizi yang cukup, tinggi dan berat badan yang ideal serta kesehatan yang terjamin.
Mungkin ini yang perlu dirangsang dengan makan siang gratis, atau susu untuk anak sekolah dalam program pendidikan di masa depan.
Begitu juga dengan perkembangan rohani ditampilkan dengan kemampuan mengikuti pendidikan formal minimal ikut pendidikan dasar 6 tahun kemudian wajib belajar 9 tahun.
Sekolah setinggi-tingginya paling tidak memberi gambaran bahwa rohani seseorang telah memiliki fondasi untuk mengenal diri sendiri atas potensi, bakat dan kemampuan serta mengasah keterampilan untuk bekerja.
Akan halnya dengan eksistensi selalu diindikasi dengan kemampuan seseorang beradaptasi dengan lingkungannya apakah ia bermasalah, atau bermanfaat untuk orang lain.
Semakin banyak bergaul dan menjadi bagian dari komunitas yang baik, maka seseorang biasanya memiliki ketangguhan atau justru menjadi pembaharu di tengah-tengah masyarakat.
Tak ada yang baru ini sesungguhnya yang dimaksud oleh seorang Ki Hajar Dewantoro bapak Pendidikan kita dengan kalimat yang sederhana yakni; pengetahuan yang baik dan perlu itu yang manfaat untuk keperluan lahir batin dalam hidup bersama.
Lantas apa yang harus dilakukan sekolah, guru kepada siswa terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan anak agar dapat mencapai hal yang sempurna.
Tentu tidaklah sampai pada paripurna, hanyasanya sekolah dan guru harus bekerjasama menciptakan suasana dan strategi pembelajaran yang baik pada anak.
Tidak semua materi pelajaran harus dimasukkan dalam roster, tidak semua pengetahuan harus diselesaikan di sekolah, dan tidak semua hal harus dibebankan pada guru di kelas.
Banyak materi pelajaran di muka bumi ini, khususnya hal tentang kehidupan di tengah-tengah masyarakat rangsanglah anak untuk menemukan, mengidentifikasi bahwa ke kelas untuk sama-sama mencari solusi.
Belajar seperti ini akan membiasakan anak berfikir akademis dari hal-hal praktis.Ternyata banyak persoalan hidup dari hal kecil sampai politik negara, bahkan dunia, mungkin itu bisa saja untuk wawasan kognitif atau mengasah pengetahuan.
Tetapi sekolah hanya memberi pelajaran bagaimana mengenali dan mencari hikmah bukan bertugas sebagai lembaga yang memutuskan apalagi membuat simulasi sebuah pengadilan.
Hal ini membiasakan anak untuk mampu menempatkan sesuatu pada tempat yang tepat, waktu yang tepat, dan kondisi yang tepat pula.
Bayangkan seorang guru yang hanya 6 jam bertemu dengan anak setiap hari, tentulah tidak semua hal harus diperagakan bagaimana mencari ilmu pengetahuan di muka bumi ini.
Tetapi setiap detik ketika guru memberi tauladan akan memberi inspirasi, bila anak hidup sendiri, telebih ketika ia akan tamat dari sekolah satu saat nanti.
Sekali lagi Ki Hajar Dewantoro memberi penegasan dalam hal ini; guru jangan hanya memberi pengetahuan yang perlu dan baik saja tetapi harus juga mendidik si murid akan dapat mencari sendiri pengetahuan itu dan memakainya guna amal keperluan umum.
Jadi hari pendidikan nasional yang setiap tahun kita peringati, bukan sekadar memaknai lahirnya seorang tokoh pendidikan di negeri ini.
Lebih dari itu, anak masa kini harus kita tangani bersama agar lebih baik dari apa yang kita alami semoga mereka dapat hidup sesuai dengan zamannya.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.