Keterampilan dasar mengajar bagi guru diperlukan agar guru dapat melaksanakan perannya dalam mengelola proses pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efesien. 1) Persiapan mengajar yang dilakukan terdiri dari tiga bentuk yaitu persiapan pembelajaran berupa membuat silabus, RPP, prota, prosem, media pembelajaran dan sumber belajar, persiapan fisik dan dan persiapan mental. 3) Impelementasi keterampilan dasar mengajar guru melalui bertanya dan menjawab dapat meningkatkan partisipasi peserta didik secara penuh dalam proses pembelajaran dan memudahkan guru dalam mengevaluasi pembelajaran yang telah dilakukannya. 4) Implikasi keterampilan dasar guru menjadikan proses pembelajaran berjalan dengan efektif, karena semua siswa secara antusias merasa nyaman dan memberikan respon yang positif dalam setiap proses pembelajaran. (Caniago dkk, 2021).
Bila guru mengajar penuh dengan persiapan, maka siswa siap malaksanakan semua tujuan pelajaran, bila guru mengajar tanpa persiapan, maka pelajaran tidak memiliki tujuan apalagi siswa dengan harapan.
Persiapan mengajar itu penting, lebih penting dari lainnya, artinya bahwa bila seseorang melakukan pengajaran tanpa persiapan itu bukan saja tidak boleh, tetapi sungguh berbahaya dalam dunia pendidikan.
Sedikitnya ada tiga hal terkait dengan persiapan dalam hal ini yakni;
Pertama; Persiapan dalam bentuk administrasi, dan paedagogi. Dalam hal administrasi seorang pendidik telah menyiapkan pelajaran setahun atau satu semester, dari sejak kompetensi, strategi, metode dan peralatan atau media sampai evaluasi yang ditetapkan telah dirumuskan.
Kita mengenal istilah RPS, RPP, SAP, Prosem, Prota, dan lain sebagainya tidak lebih adalah upaya mempersiapkan pembelajaran secara adminstrasi, karena ini yang akan ditagih di akhir pembelajaran.
Persiapan dalam bentuk paedagogik, artinya kesiapan seorang guru dalam mendidik menyampaikan pengetahuannya di depan kelas terlebih di luar kelas. Boleh saja guru mengajar sesuai dengan rencana dan selesai sesuai dengan roster pelajaran, tetapi justru yang menentukan keberhasilan adalah faktor lain.
Faktor ikhlas, doa, faktor suritauladan guru di lingkungan keluarga dan masyarakat semua guru akan menyetujui ini hal penting dan berkonstribusi terhadap keberhasilan siswa di masa mendatang.
Kedua; mengimplementasi keterampilan persiapan pembelajaran adalah kemampuan untuk mengikuti langkah-langkah yang telah ditetapkan, tidak ada salahnya bila seorang guru melihat RPP waktu mengajar, seperti teknisi mesin cuci sebelum dan saat ia mereparasi ia tetap memegang manual mesin yang ada di depannya.
Namun demikian ketika di lapangan guru menghadapi siswa yang berbeda, maka perubahan skenario pembelajaran siap digantikan, keahlian dan kepiawaian inilah yang harus dimiliki guru sebelum ia terjun ke kelas. Faktor jam terbang memang menentukan, karena pengalaman menghadapi skenario yang tidak seperti kenyataan di lapangan banyak dan selalu terjadi. Guru senior memang lemot dalam hal teknologi, tetapi ia piawai mengendalikan kelas, apalagi mengontrol dan mempengaruhi orang yang menggunakan teknologi. Guru tamatan 2016 sampai sekarang memang mewakili generasi Z, ahli dalam hal aplikasi, tetapi bisa saja mereka kewalahan ketika aplikasi berhenti, apalagi listrik mati, seperti tidak ada kehidupan.
Ketiga; implikasi keterampilan dalam mempersiapkan pembelajaran memang bukan diukur dari kerapian, kelengkapan dan keakuratan administrasi saja, lebih dari itu bagaimana hasil yang diperoleh. Seperti siklus dalam kurikulum yakni; ide, dokumen, pelaksanaan, serta tamatan adalah menjadi bagian yang terus menerus dilakukan, dikembangkan, dievaluasi dan dilakukan perbaikan.
Persiapan yang baik akan terlihat bagaimana siswa mampu melakukan ujian atau kompetensi seperti yang diharapkan, dan itu semua bukan diukur saat ujian saja. Ukuran keberhasilan pendidikan adalah ketika siswa memiliki prestasi sama atau lebih dari usia guru ketika mengajarnya.
Bayangkan anak TK dianggap berhasil ketika ia seusia gurunya satu saat nanti apakah ia menjadi orang yang lebih baik dari gurunya atau tidak. Jauh sekali, itulah dunia persiapan pembelajaran, maka tidak sembarangan orang mampu mengembangkannya, karena keahlian menerawang masa depan anak untuk profesi yang dipilihnya.
Akhirnya kita baru menyadari bahwa pernyataan bila guru mengajar penuh dengan persiapan, itu bukan berarti mengada-ada dalam hal administrasi.
Kita harus menyetujui dimana hasil penelitian Chaniago adalah benar dimana dengan persiapan tersebut siswa siap malaksanakan semua tujuan pelajaran.
Bukti lain lagi Chaniago menegaskan bahwa bila guru mengajar tanpa persiapan sama halnya dengan hidup tanpa tujuan.
Bukti ilmiah penelitian memberi penjelasan bahwa pelajaran tidak memiliki tujuan apalagi siswa dengan harapan apa yang akan diperolehnya di masa depan.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.