Pola pikir digital bukan cuma tentang kemampuan mengoperasikan teknologi digital secara teknis, tetapi merupakan sikap dan perilaku yang memiliki orientasi untuk memanfaatkan teknologi digital bagi kepentingan organisasi untuk menghasilkan sesuatu yang menguntungkan, cepat, mudah dan praktis. (Noralia PY dkk, 2020:10).
Biar lambat asal selamat, ternyata ini sudah kedaluwarsa dan ditinggalkan oleh generasi abad 21. Yang ada sekarang adalah cepat dan tepat, bukan hanya dalam pekerjaan tetapi dalam bersaing mendapatkan kesempatan.
Betapa pentingnya kecepatan dalam pekerjaan, revolusi kecepatan dari mesin biasa ke mesin turbo, bahkan sampai mesin kilat kini ada dihadapan kita.
Revolusi ini semua adalah persoalan bagaimana menyelesaikan pekerjaan dengan kecepatan yang terukur dan dapat diandalkan untuk pekerjaan yang lebih besar, lebih banyak dan lebih luas.
Teknologi sebagai sebuah rekayasa manusia salah satu tujuannya adalah menawarkan pekerjaan yang mampu diselesaikan secepat mungkin dari pada tenaga manusia, apalagi tenaga alam.
Maka memanfaatkan teknologi dengan baik adalah memberi kecepatan dalam mengelola, mengembangkan dan mengendalikan kekuatan alam, salah satunya teknologi digital.
Mudah-mudahan semua dapat tercapai seperti yang diharapkan. Kalimat ini adalah sebuah harapan yang sulit diukur, tetapi memberikan harapan dengan sedikit mimpi atau hayalan. Kalimat mudah-mudahan, walaupun memiliki kekuatan spritual namun pada era abad 21 ini sebagian generasi kita sudah meninggalkannya.
Hari ini semua perencanaan menggunakan modal yang terukur, pengelolaan yang terdeteksi dengan statistik, serta prediksi yang akurat, bahkan eror atau kesalahan pun dapat dihitung dengan angka secara rigit.
Teknologi digital menawarkan pengolahan data masa lalu, bagaimana menjadi input coding sekaligus untuk menetapkan apa yang akan terjadi masa depan. Bantuan teknologi kini berlomba untuk mendapatkan seakurat mungkin bukan dengan semangat mudah-mudahan tetapi justru telah memudahkan apa yang kita inginkan.
Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Sungguh pepatah ini memberi dorongan bahwa bila kita ingin bersenang maka harus diawali dengan sakit, bila kita ingin mudah maka awali dengan sulit.
Bertahun-tahun belajar tentang kesulitan sebaiknya menjadi pelajaran agar jangan terulang apalagi jatuh pada lubang yang sama. Generasi sekarang menjadikan masa lalu untuk tidak diulangi, bahkan berani menyatakan masa depan itu tidak ada kaitannya dengan algoritma masa lalu.
Teknologi digital menawarkan dunia ini lebih praktis, semua dapat didigitalkan dan dijadikan bagian dari coding, algoritma bahkan korelasi sampai prediksi. Bahkan kompleksitasnya interaksi antar individu, antar unsur yang ada didunia dapat diurai dan direkayasa.
Sungguh teknologi digital merambah dari dunia yang belum diprediksi sebelumnya sampai meninggalkan siapa saja yang tidak siap menerimanya. Di akhir abad ke 20 kemarin kita akhirnya dipaksa meninggalkan kata: untung-untung, atau semoga menguntungkan.
Mengapa ini semua bisa terjadi, tidak lain adalah bandul sejarah sedang bekerja, dari era agraris, industri menjadi teknologi. Digitalisasi sebagai instrumen utama paradigma cara berpikir manusia mendapat tempat bahkan menjadi panglima membangun peradaban saat ini. Namun kita ternyata diingkatkan dalam digital ada yang perlu lebih dalam untuk dipahami yakni digital mindset.
Digital mindset dapat diartikan sebagai suatu pola pikir yang dilandasi dengan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi apabila konsep pengembangan berbasis digital dapat dipahami secara utuh.
Digital mindset dapat diartikan sebagai suatu pola pikir yang dilandasi dengan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi apabila konsep pengembangan berbasis digital dapat dipahami secara utuh.
Generasi abad 20 yang masih hidup di abad 21 ini, memberikan warisan bahwa faktor manusia masih menjadi sentral dalam pengambilan keputusan, sementara digital adalah bantuan utama untuk menjadi pertimbangan.
Dengan cara inilah maka sikap dan perilaku yang memiliki orientasi untuk memanfaatkan teknologi digital bagi kepentingan organisasi untuk menghasilkan sesuatu yang menguntungkan, cepat, mudah dan praktis dapat diterima dengan baik.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.