The discussion related to religious moderation becomes a very important and interesting study, given the socio-religious conditions of the Indonesian people, which are very plural, consisting of many ethnic groups, religions, and schools of religious understanding. The term moderation comes from the word moderate, which means avoiding extreme behavior or disclosure or having a tendency to the middle-way dimension. Moderation or moderate comes from English which can be likened to wasathiyah in Arabic. Therefore, every time you say the word moderation, it will have the same meaning as wasathiyah. What is meant by the term religious moderation in this study is a religious understanding that arises from a person as a religion that can bring grace to all nature. Islam as a religion that brings teachings can shape character, mindset, and morals that bring peace, because it is placed fairly, not extremely left or right, not excessive, not one-sided, but in the middle proportionally and balanced, thus making him an example, nurturing and guiding others. (Pagar Hasibuan, 2023).
Bandul antara Timur dan Barat pasti ada di tengah yakni seimbang antara jarak bujur keduanya. Bandul antara Utara dan Selatan pasti ada ditengah garis lintang yakni khatulistiwa yang menjadi pembagi dari keduanya.
Seimbang dan pembagi adalah hal penting ketika ada dua pihak yang kita jadikan berbeda satu dengan lainnya. Termasuk dalam hal hidup beragama, sekali lagi hidup beragama, bukan agamanya.
Hidup beragama memerlukan pengetahuan, pemahaman serta pengalaman yang membentuk budaya dalam kehidupan sehari-hari.
Pengetahuan itu penting untuk mengerti ontologi agama yang dijadikan dasar bagaimana orang hidup beragama, ini akan menghantarkan kita pada ideologi atau keyakinan yang pasti tetapi benar.
Pemahaman terhadap agama itu sangat diperlukan agar kita dapat mengadaptasi bagaimana orang melakukan pada zaman dulu, kini dan yang akan datang. Bahkan epitimologi mengajarkan dengan adaptasi ini kita akan mengerti bagaimana orang beragama di luar sana, di dalam sini dan di hadapan kita.
Akhirnya pengalaman tentang hidup beragama, dengan aksiologi inilah sangat dibutuhkan bagi orang yang ingin hidup bahagia sendiri, bersama dan berdakwah.
Dari ketiga hal di atas; yakni pengetahuan, pemahaman serta pengalaman maka kita setuju bila; Pembahasan terkait moderasi beragama menjadi kajian yang sangat penting dan menarik, mengingat kondisi sosial keagamaan masyarakat Indonesia yang sangat plural, terdiri dari banyak suku bangsa, agama, dan mazhab paham keagamaan.
Prof Pagar memberi sistematika dengan cara mengerti dulu apa itu moderasi beragama, menurut beliau; Istilah moderasi berasal dari kata moderate yang artinya menghindari perilaku atau keterbukaan yang ekstrem atau cenderung ke dimensi jalan tengah.
Moderasi atau moderate berasal dari bahasa Inggris yang dapat diibaratkan dengan wasathiyah dalam bahasa Arab. Oleh karena itu, setiap kali mengucapkan kata moderasi akan memiliki makna yang sama dengan wasathiyah.
Bila pengetahuan kita cukup, maka kita akan mudah memahami bagaimana orang melakukan moderasi beragama. Maka dalam hal ini yang dimaksud dengan istilah moderasi beragama dalam kajian ini adalah paham keagamaan yang muncul dari diri seseorang sebagai agama yang dapat membawa rahmat bagi seluruh alam.
Apakah moderasi beragama muncul sebagai sebuah jawaban terhadap persoalan masyarakat yang timbul tentang pengetahuan, pemahaman serta pengalaman beragama? Boleh saja kita jadikan latar belakang terhadap berbagai regulasi yang dibuat oleh pemerintah, namun lebih dari itu moderasi beragama adalah watak yang memang menjadi bagian dari agama itu sendiri.
Sungguh kejelian melihat seorang Prof Pagar sekali lagi menegaskan bahwa; Islam sebagai agama yang membawa ajaran dapat membentuk akhlak, pola pikir, dan akhlak yang membawa kedamaian, karena diletakkan secara adil, tidak ekstrem kiri atau kanan, tidak berlebihan, tidak berat sebelah, tetapi di tengah secara proporsional dan seimbang, sehingga menjadikannya sebagai teladan, pengayom, dan pembimbing bagi orang lain.
Kembali ke bandul kehidupan kita, hidup bahagia adalah mereka yang memiliki keseimbangan antara timur dan barat, antara utara dan selatan, tetapi ingat, sekali lagi ingat, bukan antara benar dan salah. Titik tengah itu ada di dalam pikiran kita, dalam perasaan, dan dengan itu ibadah kita menjadi lebih berkah.
Apa hubungannya? Ternyata moderasi beragama itu bukan hal yang jauh, dan sulit apalagi formal, tetapi adalah apa yang kita ketahui bahwa hidup itu sederhana, apa yang kita pahami beragama itu yang penting bahagia baik dengan semua tetangga, dan menjadi pengalaman yang seimbang dan berbagi serta berkelanjutan.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.